Percakapan semakin mengalir, dan tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Beberapa penghuni kos mulai merasa lelah dan kembali ke kamar, tapi saya dan beberapa lainnya tetap bertahan. Kami berbicara tentang harapan di tahun baru, cita-cita yang ingin dicapai, dan hal-hal kecil yang membuat hidup lebih bermakna.
Menutup Malam dengan Rasa Syukur
Menjelang subuh, udara mulai terasa dingin. Saya melipat tangan di dada, mencoba menghangatkan diri sambil memandang langit yang perlahan mulai terang. Suasana kos kembali hening, hanya tersisa suara sayup ayam berkokok di kejauhan.
Saya menatap teman-teman kos yang masih terjaga, merasa bersyukur bisa menghabiskan malam tahun baru dengan mereka. Sebelumnya, saya tidak pernah berpikir bahwa momen sederhana seperti ini bisa memberikan kebahagiaan yang begitu besar.
Ketika akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing, saya membawa perasaan damai dan hangat. Malam itu, saya belajar bahwa tahun baru tidak melulu harus dirayakan dengan pesta besar atau perjalanan jauh. Kadang, kebersamaan dalam kesederhanaan justru yang paling berharga.
Saya merebahkan diri di tempat tidur, membiarkan rasa kantuk mengambil alih. Dan sebelum benar-benar terlelap, saya tersenyum, mengingat kembali malam yang penuh tawa, cerita, dan kehangatan di kosan sederhana ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H