Sebenarnya tak ingin kutuliskan kata-kata yang ada di surat ini,
Ingin sebenarnya tak perlu kutulis surat ini kepadamu,
Surat yang mungkin akan membuatmu makin menjauhiku,
Surat yang sebenarnya aku ragu untuk menulisnya,
Tetapi, aku harus menulisnya.Bukan demi dirimu, Bukan karena aku masih menyimpan kenangan itu,
Bukan karena luapan emosi yang ingin kutumpahkan kepadamu,
Tetapi demi diriku sendiri,
Agar aku bisa melupakanmu,
Agar aku bisa melangkah maju,
Agar aku bisa keluar dari bayangan masa lalu
Yang selalu menghantuiku,
Inilah suratku untukmu….
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Pertama kali aku melihatmu,
Kau bagaikan orang yang tak mungkin tersentuh olehku,
Kau cantik, ceria, membuat sekelilingmu terasa berwarna,
Tidak mungkin bisa bersanding denganku
Orang yang egois, cuek, dan aneh ini,
Dunia kita bertolak belakang satu sama lain,
Tak pernah terbayangkan sedikitpun aku kenal dengan dirimu
Hari demi hari berlalu,
Kita selalu berpapasan tanpa mengenal satu sama lain,
Just perfect stranger, nothing more..
Tapi, seperti kata pepatah,
“pertemuan seringkali datang tanpa diduga”,
Aku pun mengenalmu secara kebetulan,
Saat temanku sedang membutuhkan sandaran
Akibat luka hati yang diterimanya,
Kau pun ada disana,
Mencoba meringankan luka hati dia
Aku pun mencoba melakukan tindakan konyol
Agar dia bisa tertawa dan melupakan sejenak
Duka yang dialaminya,
Aku dan kamu pun mengantarkan dia pulang
Dan secara kebetulan jalur yang kita tempuh sama,
Dan sepanjang perjalanan, aku dan kamu bercerita dengan dia
Teman kita yang baru saja patah hati,
Tanpa berkenalan satu sama lain
Perbincangan kita terus berjalan sepanjang sore perjalanan kita di metromini ini
Perbincangan terus menghangat, dari sekedar membicarakan dia,
hingga ke pertanyaan pribadi masing-masing
seperti tempat tinggal, asal daerah, all little things
sampai berbicara tentang music favorit masing-masing,
tanpa terasa kaupun harus turun dari metromini ini,pergi ke rumahmu tercinta,
dalam benakku aku sedikit menyesal kau akan pergi,
“because we just having a good time here!”
Sebelum kau turun, kau melambaikan tanganmu dan tersenyum,
Mungkin bagimu hanya sekedar basa-basi,formalitas biasa terhadap seorang teman
“but for me, it’s one of the sweetest things in my life!!”,
Metromini pun berjalan perlahan,
Aku tetap duduk didalamnya
Sambil menatap kau perlahan Menghilang dari pandanganku..
Seiring metromini berjalan semakin kencang
Terbesit didalam pikiranku,
“why i didn't ask for her number? what an idiot!!"
Sepanjang perjalanan itu,
Aku masih menyalahkan diriku,
Kenapa tidak meminta no teleponmu,
“shit,,I feel like I’m most stupid person in the world!”
Malam pun datang,
Aku masih teringat akan dirimu,
Baru saja aku ingin meminta no teleponmu,
Tiba-tiba sebuah sms datang tak terduga,
Dan...
“it’s from you!!!”
Aku kaget karena tidak tahu kau dapat darimana no hpku,
Aku senang karena mendapatkan sms darimu,
Aku pun masih ingat persis isi dari smsmu,
“hai, om!!! apa kabar?? hhee.lagi ngapain??? hhheee.Salam dari ponakan.hhee=p.”
Aku pun langsung tertawa melihat sms itu,
Dan teringat silsilah “keluarga” kita yang kita bicarakan di metromini
Aku “abang” dari temen kamu yang kamu panggil “ibu”
Jadinya aku pun kamu panggil “om”,
“that’s so funny if I remember that silly word..”
Aku pun membalas sms mu dengan penuih semangat,
Dan aku juga sms “ade”ku untuk bertanya
Apakah dia yang memberikan no telpku kepadamu,
Dan dia bilang “iya”,
“ well, i very grateful toward her.
Without her, perhaps our meeting just ended up at the metro mini and
all of this moment will never began at all,,,”
to be continued
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H