Mohon tunggu...
tri aulia adnan
tri aulia adnan Mohon Tunggu... -

keluar dari zona nyaman, selamat dunia akherat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

International Class, Kemajuan yang Menyakitkan

30 Januari 2016   17:48 Diperbarui: 30 Januari 2016   18:03 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekarang ini, sekolah-sekolah saling berlomba meningkatkan kualitas diri mereka. Termasuk perguruan tinggi yang statusnya negeri maupun swasta. Terlebih lagi di perguruan tinggi kurikulum atau materi yang ada tergantung kebijakan kampus itu sendiri. Apabila kurikulumnya bagus biasanya kampusnya juga bagus. Begitupun sebaliknya. Tapi masih ada kemungkinan kurikulumnya bagus kampusnya kurang bagus. Hal ini karena ada beberapa faktor yang kurang diperhatikan seperti faktor pengawasan dalam pelaksanaan kurikulum.

Saya kuliah di salah satu universitas negeri di Jawa Timur. Tepatnya di fakultas kependidikan. Di sana ada yang namanya kelas internasional. Yang pastinya dalam kuliahnya menggunakan bahasa asing. Seperti bahasa inggris dan bahasa arab. Dikelas ini, mahasiswanya sudah jelas diatas rata-rata dari kebanyakan mahasiswa.  Pokoknya kalau dilihat dari luar, kelas internasional yang berada di fakultas kependidikan ini sesuatu yang keren.

Waktu itu ada seminar kependidikan yang saya ikuti. Seminar yang bertemakan kependidikan sekaligus peresmian pembukaan kelas internasional di jurusanku, Pendidikan Bahasa Arab. Rangkaian acara yang seperti biasanya seminar diadakan. Kemudian pertengahan acara, dekan maju membicarakan tentang kelas internasional ini. Dari latar belakang terciptanya kelas internasional sampai sekarang ini. Saya ketika itu mendengar pak dekan mengatakan bahwa dibentuknya kelas internasional ini untuk mencetak guru-guru profesional berkelas internasional.  Keren bro..

Pada saat itu memang kampus kami terutama fakultas kependidikan ini bekerjasama dengan kampus di ASEAN. Ketika PKL, mahasiswa kelas internasional ini mengajar di Malaysia. Dengan ilmu yang didapat dari kampus mereka aplikasikan dalam pembelajaran. Dan setelah PKL, tanggapan kampus di Malaysia itu positif, malah sempat meminta lagi didatangi mahasiswa kampusku. Suatu kebanggan pastinya ketika ada respon positif datang ke kampus kami.

Menjadi kampus bagus merupakan cita-cita semua kampus. Namun ketika tidak berefek untuk bangsa sendiri, bukankah itu hal yang percuma. Kita berusaha menjadi guru internasional, mengajar di luar negeri, mencerdaskan bangsa lain. Namun bangsa kita semakin terperosok dalam kebodohan. Nasib generasi bangsa yang berada dipedalaman Kalimantan, Papua, Sumatra, Sulawesi, Nusa Tenggara. Mereka masih kurang akan pendidikan yang layak. Patut kiranya para calon-calon guru yang berkualitas di tempatkan di bangsa sendiri. Mecerdaskan bangsanya sendiri terlebih dahulu. Jadi apa yang dilakukan pak dekan itu baik, menjadikan calon guru itu bisa bahasa asing. Namun perlu diperbaiki arah dan tujuan dari kelas internasional itu sendiri. Terlebih lagi kelas internasional itu adalah jurusan PAI, PGMI.

Bangsa ini butuh guru-guru yang profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun