Titik pemberhentian kami adalah di Desa Salenrang, yang merupakan pintu gerbang menuju Ramang-Ramang. Di sini, sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani atau pemandu wisata. Mereka dengan ramah selalu menyapa dan menyambut para wisatawan yang datang.
Perjalanan selanjutnya adalah menyusuri Sungai Pute menggunakan perahu tradisional. Namun di luar dugaan, ternyata awan mulai menggelayut di langit dan tak lama rintik hujan mulai turun. Kamipun mulai galau, agenda menyusuri sungai terancam gagal.
Namun setelah penduduk lokal yang akan mengantarkan kami memastikan keamanan menyusuri Sungai aman meskipun kondisi hujan rintik, kamipun bernafas lega.
Untuk mencapai inti kawasan wisata, para pengunjung harus menaiki perahu tradisional menyusuri Sungai Pute. Perahu-perahu ini dikelola oleh masyarakat setempat, yang ramah menyambut wisatawan dan berbagi cerita tentang sejarah dan kehidupan mereka.
Dengan menggunakan jas hujan, perjalanan menyusuri sungai membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Selama di atas perahu, kami disuguhi pemandangan tebing karst yang menjulang tinggi, ditambah dengan pepohonan rimbun yang tumbuh di sepanjang tepian sungai. Terkadang, burung-burung liar melintas, menambah keindahan alami yang terasa seperti lukisan hidup.
Meskipun hujan cukup menghalangi kami untuk mengabadikan pesona alam tersebut, namun Pak Ridwan yang mendampingi kami dengan baik hati membantu mengabadikannya dengan baik selama perjalanan.
Beberapa tempat peristirahatan nampak di beberapa titik di sepanjang Sungai. Lokasi tersebut dilengkapi dengan cafe dan penginapan dengan nuansa etnik yang kental. Beberapa orang asing nampak sedang beristirahat menunggu hujan reda sambil menikmati panorama tebing kars yang ada di depan mereka.
Beberapa titik pemberhentian susur sungai adalah hamparan bebatuan alam dengan berbagai bentuk dan ukuran. Panorama tersebut menjadi lokasi yang fotoable yang berkesan dan sayang untuk dilewatkan.