Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Teror Siluman Harimau

3 November 2024   07:51 Diperbarui: 3 November 2024   07:58 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu, langit tampak muram. Petir menyambar, kilatan-kilatannya menerangi desa yang terlelap di bawah bayang-bayang kegelapan hutan. Berita kematian Ki Wasesa, dukun sakti desa yang baru saja dihakimi massa, merasuki setiap sudut kampung. Warga yang menuduhnya sebagai dukun santet akhirnya memutuskan untuk mengadilinya sendiri. Namun, tak ada yang menyangka bahwa kejadian itu akan memancing sesuatu yang jauh lebih mengerikan.

Hanya beberapa hari setelah Ki Wasesa dikuburkan, desas-desus mulai terdengar. Ada yang melihat bayangan hitam sebesar harimau di pinggir desa, berjongkok di bawah pohon beringin besar. Ada pula yang bersaksi mendengar suara auman memekakkan telinga yang bergema hingga ke ujung desa. Setiap malam, suara-suara itu semakin mendekat, membawa bau busuk yang membuat bulu kuduk warga meremang.

Laras, seorang ibu muda, merasa tidak tenang. Putrinya yang masih balita sering menangis tanpa sebab setiap malam, seperti melihat sesuatu yang tak kasat mata. Laras sering melihat bayangan besar dengan mata merah menyala melintasi jendela rumahnya. Keesokan harinya, ia mendapati jejak-jejak cakar besar di halaman rumah, menancap dalam di tanah seolah mengintimidasi.

Di rumah-rumah lain, warga mulai mengalami hal serupa. Suara auman dan desah napas berat terdengar di jendela, disertai desiran angin yang membawa bau amis darah. Seorang petani yang pulang larut malam bersumpah bahwa ia melihat siluman harimau itu di tengah sawah, berdiri di atas kaki belakangnya dengan tatapan buas. Saat petani itu mencoba lari, ia mendengar bisikan kasar, "Aku akan datang untuk kalian... satu per satu."

Malam semakin terasa panjang dan penuh teror. Setiap kali mata tertutup, bayangan harimau itu selalu muncul dalam mimpi mereka, menerkam dari balik kegelapan. Satu per satu warga jatuh sakit, kulit mereka pucat dan tubuh melemah seolah kehilangan nyawa sedikit demi sedikit. Tidak ada yang berani keluar rumah lagi setelah matahari terbenam. Namun, meskipun bersembunyi di balik pintu terkunci, tak ada tempat yang benar-benar aman dari bayang-bayang siluman harimau itu.

Di tengah ketakutan yang tak tertahankan, seorang pemuda bernama Rangga memutuskan untuk menghadapi ketakutan ini. Ia teringat bahwa Ki Wasesa pernah memiliki jimat yang konon bisa mengusir roh jahat. Rangga pun menyusup ke rumah Ki Wasesa yang kosong dan penuh debu. Saat ia menemukan jimat itu, ia mendengar suara auman dahsyat tepat di belakangnya. Ia berbalik dan melihat bayangan harimau besar dengan mata menyala, memandangnya dengan amarah yang membakar. Siluman itu berjalan mendekat, mencakar-cakar lantai dengan kuku-kuku tajamnya.

Rangga berlari sekuat tenaga, keluar dari rumah itu dengan jimat di tangan. Namun, siluman harimau mengejarnya, aumannya menggema di telinga, merobek kesunyian malam. Saat ia merasa siluman itu akan mencapainya, mendadak tubuhnya terasa berat, dan kegelapan pun melingkupinya.

Rangga tersentak bangun. Keringat dingin membanjiri tubuhnya, napasnya tersengal. Ia menyadari dirinya berada di ranjang, di kamarnya sendiri. Cahaya pagi sudah menyusup lewat jendela, menenangkan ketakutan yang mencekam semalam. Itu semua hanya mimpi, mimpi buruk yang sangat nyata. Namun, saat ia turun dari ranjang, ia melihat jejak cakar besar di lantai kamarnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun