Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asal Mula Kodok Bernyanyi Saat Hujan Turun

2 November 2024   20:52 Diperbarui: 2 November 2024   21:26 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Koko" kodok bernyanyi riang bersama kawan-kawan (Ilustrasi: dok. Pribadi, menggunakan AI)

Dahulu kala, di sebuah hutan hujan yang lebat, hidup seekor kodok bernama Koko. Koko adalah kodok yang pemalu dan sering kali merasa kesepian. Ia memiliki suara yang nyaring dan unik, tapi Koko tidak pernah berani bernyanyi, takut jika hewan-hewan lain akan menertawakannya.

Pada suatu musim kemarau yang panjang, sungai dan kolam di hutan mulai mengering, dan banyak hewan kesulitan mencari air. Koko dan teman-temannya di tepi kolam pun merasakan hal yang sama. "Andai hujan segera turun," gumam Koko sedih sambil menatap langit yang cerah tanpa awan.

Suatu malam, saat Koko duduk termenung, seekor burung hantu bijak mendekatinya. "Mengapa kau terlihat sedih, Koko?" tanya burung hantu.

Koko pun menceritakan keresahannya, tentang kemarau yang membuatnya susah mencari air, dan tentang suaranya yang tak pernah ia gunakan karena malu. Burung hantu tersenyum bijak dan berkata, "Koko, mengapa tidak kau gunakan suaramu untuk memanggil hujan? Siapa tahu alam akan mendengarmu dan memberi kita pertolongan."

Koko terdiam, merasa ragu tapi juga penasaran. "Tapi... bagaimana mungkin suaraku bisa memanggil hujan?" tanyanya.

"Cobalah, Koko. Terkadang alam mendengarkan suara yang berasal dari hati yang tulus," jawab burung hantu sambil terbang pergi.

Akhirnya, Koko mengumpulkan keberaniannya. Ia duduk di tepi kolam yang mulai mengering dan mulai bernyanyi. Suaranya menggema di seluruh hutan, nyaring dan penuh harap. Ia bernyanyi sepanjang malam, memanggil-manggil hujan dengan hatinya yang tulus, berharap alam akan mendengar.

Pada pagi harinya, awan mulai berkumpul di langit, dan tak lama kemudian, hujan pertama pun turun membasahi hutan. Tanaman kembali segar, sungai-sungai mengalir, dan kolam tempat Koko tinggal pun terisi penuh dengan air.

Semua hewan berterima kasih kepada Koko, karena nyanyiannya yang tulus telah mengundang hujan yang sangat mereka nantikan. Sejak saat itu, setiap kali hujan akan turun, Koko dan keturunannya selalu bernyanyi, mengingatkan alam dan seluruh penghuni hutan bahwa nyanyian tulus dapat membawa berkah.

Keberanian untuk menggunakan talenta yang dimiliki, meski tampak sederhana, dapat membawa manfaat besar bagi banyak orang. Jangan ragu untuk berkontribusi, karena hal kecil yang kita lakukan bisa membawa perubahan besar bagi sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun