Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Rimba" dan Pelajaran dari Hutan yang Hilang

30 Oktober 2024   05:22 Diperbarui: 30 Oktober 2024   08:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah rimbunnya hutan Kalimantan, seekor anak orangutan bernama Rimba duduk memandangi langit yang perlahan tertutup asap tebal. Dengan wajah bingung, Rimba memandang ibunya, yang sedang bergelayut di dahan yang mulai jarang daunnya.

"Ibu," panggil Rimba sambil menunjuk ke arah pohon-pohon yang tumbang dan tanah yang gersang.

"kenapa hutan kita jadi rusak? Tempat bermainku sudah hilang, pohon-pohon sudah tak sebanyak dulu. Kemana kita akan pergi, Bu?"

Ibu orangutan, dengan suara lembut dan mata yang penuh kasih, membelai kepala Rimba.

"Anakku, hutan ini dulu sangat luas dan hijau, penuh pohon yang tinggi. Ini adalah rumah kita, tempat kita berlindung, makan, dan tumbuh. Namun sekarang, manusia datang dan menebang banyak pohon untuk membuat tempat tinggal dan ladang. Mereka lupa bahwa hutan ini juga adalah rumah bagi kita dan banyak makhluk lain."

Rimba termenung, melihat sekelilingnya yang sudah tak sama lagi.

"Tapi, Bu, jika hutan ini hilang, kemana kita akan tinggal? Bagaimana kita bisa bertahan hidup tanpa pohon-pohon yang melindungi kita?"

Ibu orangutan menarik napas dalam, berusaha memberi semangat pada anaknya.

"Kita masih punya cara untuk bertahan, Rimba. Kita harus belajar lebih bijak dalam mencari makan, lebih hati-hati saat memilih pohon untuk beristirahat. Dan yang paling penting, kita harus tetap bersama. Selama kita saling menjaga, kita bisa bertahan. Masih ada orang-orang yang peduli pada hutan ini, yang berusaha menyelamatkannya. Mereka mencoba menanam pohon baru dan melindungi kita dari bahaya. Kita harus bersabar dan tetap kuat."

Rimba mengangguk, meskipun hatinya masih gundah. Dia tahu tantangan akan terus ada, tapi ia merasa sedikit tenang mengetahui bahwa ibu dan makhluk hutan lainnya akan berjuang bersama-sama. Mereka akan bertahan, bukan hanya dengan kekuatan tetapi juga dengan harapan dan keteguhan hati.

Ibu orangutan memahami bahwa dengan semakin banyaknya orang asing yang masuk ke dalam hutan, ia dan anaknya perlu lebih waspada. Ia pun mengajarkan Rimba beberapa cara untuk tetap aman dan berhati-hati.

"Rimba," kata Ibu orangutan sambil merangkulnya

"saat kamu melihat orang asing atau mendengar suara yang tak biasa di sekitar kita, cepatlah mencari tempat yang lebih tinggi dan jauh dari tanah. Manusia sering kali tidak bisa memanjat pohon setinggi kita, jadi di sanalah kita lebih aman."

Rimba mendengarkan dengan seksama, mengamati setiap gerakan hati-hati yang dilakukan ibunya. Mereka belajar berpindah dari pohon ke pohon tanpa menyentuh tanah dan menghindari wilayah-wilayah yang lebih terbuka.

"Kita harus diam saat mereka mendekat, jangan bergerak atau membuat suara. Tetap tenang dan menunggu sampai mereka pergi," lanjut Ibu.

Namun, bukan hanya manusia yang menjadi ancaman. Predator seperti ular besar dan elang juga terus mengintai, terutama saat makanan di hutan mulai berkurang. Ibu orangutan pun mengajarkan Rimba untuk selalu waspada pada tanda-tanda keberadaan predator.

"Perhatikan burung-burung kecil dan suara alarm mereka. Mereka sering kali memberitahu kita jika ada ancaman," jelas Ibu.

"Selain itu, ketika mencari makan, jangan pergi terlalu jauh dari Ibu. Dengan tetap dekat bersama, kita bisa saling menjaga dan memberi peringatan jika ada bahaya."

"Baik Bu" jawab Rimba sambil memeluk erat induknya.

"Kita juga harus mulai lebih selektif dalam memilih pohon yang aman. Pohon dengan cabang besar dan dedaunan yang rimbun, karena predator lebih sulit melihat kita di sana", lanjut Ibu orangutan sambil mengelus rambut kepala anaknya yang jabrik.

Ibu orangutan juga mengajari Rimba mencari makanan saat makanan utama sulit ditemukan di satu tempat, Rimba diajarkan untuk berpindah dengan perlahan-lahan dan menyimpan buah-buahan di sepanjang perjalanan, sehingga mereka tidak mudah kehabisan makanan.

Sejak saat itu, Rimba tumbuh dengan semangat menjaga hutan. Ia belajar bahwa meskipun hutan rusak, harapan tidak boleh hilang. Setiap dahan yang ia lewati, setiap daun yang ia genggam, adalah bagian dari hutan yang berharga dan perlu dilindungi.

Dengan cara ini, Ibu orangutan dan Rimba belajar bertahan hidup. Mereka tetap bersama, lebih waspada pada lingkungan sekitar, dan selalu menjaga satu sama lain. Dalam dunia yang semakin penuh tantangan, mereka tahu bahwa kebijaksanaan dan kehati-hatian adalah kunci utama untuk terus hidup di hutan mereka yang tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun