Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Di Balik Tempurung, Tantangan Konservasi Penyu di Nusantara

29 Oktober 2024   05:38 Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:42 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyu hijau sesaat setelah bertelur di Suaka Margasatwa Nusa Barung (Foto: Tri Atmoko)

Indonesia, dengan keanekaragaman lautnya yang tinggi, menjadi rumah bagi enam dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia. Spesies tersebut meliputi penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). 

Sebagai satwa yang dilindungi, penyu laut di Indonesia menghadapi berbagai ancaman serius yang menempatkan mereka pada risiko tinggi. Tantangan ini mencakup eksploitasi berlebihan, perubahan iklim, polusi, dan gangguan habitat yang mempengaruhi kelangsungan hidup penyu dan generasi penerusnya.

Status Konservasi dan Perlindungan Penyu

Penyu laut di Indonesia telah memperoleh perlindungan hukum dari pemerintah melalui berbagai regulasi, termasuk Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 

Berdasarkan daftar merah IUCN, beberapa spesies penyu yang ditemukan di Indonesia masuk kategori endangered atau bahkan critically endangered, seperti penyu sisik yang mengalami penurunan populasi tajam akibat perburuan ilegal cangkangnya. 

Upaya konservasi melibatkan kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan komunitas lokal untuk melindungi habitat dan siklus hidup penyu.

Sebaran Penyu dan Perilaku Bertelur

Penyu memiliki kebiasaan unik, seperti kemampuan mereka untuk bernavigasi pulang ke tempat mereka dilahirkan. Migrasi penyu laut melibatkan jarak ratusan bahkan ribuan kilometer di lautan terbuka, menunjukkan kemampuan navigasi yang luar biasa. Fenomena ini menjadikan penyu sebagai spesies kunci dalam penelitian tentang migrasi laut dan orientasi satwa.

Di Indonesia, beberapa pantai utama yang menjadi lokasi peneluran adalah di Pantai Sukamade (Jawa Timur), Taman Nasional Meru Betiri, Suaka Margasatwa Nusa Barung, Taman Nasional Kepulauan Seribu, dan Pulau Derawan (Kalimantan Timur).

Penyu juga memiliki umur yang panjang dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai kematangan seksual, sehingga gangguan pada populasi saat ini berdampak jangka panjang.

Upaya untuk menyelamatkan telur penyu dari pencurian dan pemangsaan oleh predator (Foto: Tri Atmoko)
Upaya untuk menyelamatkan telur penyu dari pencurian dan pemangsaan oleh predator (Foto: Tri Atmoko)

Gangguan dan Ancaman

Penyu betina umumnya bertelur pada malam hari, menggali sarang di pasir dan meletakkan sekitar 50--200 butir telur per sarang, tergantung spesiesnya. Tempat bertelur yang ideal bagi penyu adalah pantai yang memiliki pasir bersih, suhu stabil, dan minim gangguan manusia atau predator.

Penyu laut di Indonesia menghadapi banyak ancaman, termasuk kehilangan habitat karena pembangunan di kawasan pesisir, pemangsaan telur dan tukik oleh hewan lain, serta perburuan oleh manusia untuk diambil daging dan cangkangnya. Salah satu ancaman besar lainnya adalah sampah plastik di laut.

Penyu kerap mengira plastik sebagai ubur-ubur (makanan utama beberapa spesies penyu), yang dapat menyebabkan kematian akibat tersumbatnya sistem pencernaan mereka. Selain itu, perubahan iklim mengancam kelangsungan hidup penyu, karena suhu pasir saat penetasan mempengaruhi jenis kelamin tukik---pasir yang terlalu panas menghasilkan lebih banyak penyu betina, mengganggu keseimbangan populasi.

Upaya Konservasi dan Tantangannya

Upaya konservasi penyu di Indonesia mencakup patroli di area bertelur, pembersihan pantai, dan penyuluhan bagi masyarakat pesisir. Salah satu program penting adalah pengelolaan pusat penetasan semi-alami di mana telur dipindahkan ke tempat yang aman dari pemangsaan dan gangguan hingga tukik siap dilepas ke laut. 

Tantangan utama dalam upaya konservasi adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga penyu, serta sulitnya mengontrol perdagangan ilegal cangkang dan telur penyu.

Konservasi penyu di Indonesia sangat krusial untuk melestarikan biodiversitas laut dan menjaga keseimbangan ekosistem. Diperlukan kerja sama lintas sektor untuk memastikan penyu memiliki tempat yang aman untuk berkembang biak dan tumbuh. 

Kesadaran masyarakat untuk tidak mengambil telur, menghindari pemberian makanan, dan menjaga kebersihan pantai adalah langkah awal untuk mendukung upaya konservasi. 

Perjuangan ini membutuhkan komitmen dan kesadaran bahwa keberadaan penyu tidak hanya penting bagi ekosistem laut, tetapi juga sebagai kekayaan alam Indonesia yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun