Menurut kajian Effendi (2009) menyatakan bahwa kayu ulin selain memiliki tingkat kuat dan tingkat awet nomor 1, juga memiliki beberapa kelebihan lain. Kelebihan tersebut diantaranya adalah: Pertama, memiliki kemampuan bertunas yang baik. Sehingga sisa tunggul kayu ulin yang sudah ditebang masih bisa menghasilkan tunas-tunas baru.Â
Kedua, memiliki umur hingga ratusan tahun meskipun pertumbuhannya sangat lambat. Kelebihan ketiga adalah jika bijinya dipotong-potong dapat menghasilkan beberapa bibit sekaligus. Keempat, pada tingkat tertentu pohon ulin tahan akan kebakaran hutan karena kulitnya tebal dan berlapis-lapis. Selain itu perbanyakan bibit dapat dilakukan dari biji, cabutan alam, putaran maupun stek pucuk.
Karena pertumbuhan yang lambat maka jarang orang yang mau menanam pohon ulin. Beberapa perusahaan dan Lembaga menanam ulin sebatas untuk upaya konservasi dan penelitian. Biasanya dalam bentuk demplot penelitian ulin, areal konservasi genetic ulin, atau sumber benih ulin.
Untuk mengumpulkan bijinya juga bukan perkerjaan yang mudah. Biji ulin memiliki ukuran dan bentuk yang beragam, mulai dari buat, lonjong, dan ada yang bsar maupun yang kecil. Namun rata-rata berukuran biji ulin besar dan berat. Sehingga untuk mendapatkan seratus biji ulin memerlukan tenaga yang besar untuk mengangkutnya dari dalam hutan.
Semoga keberadaan pohon ulin bisa tetap lestari, sehingga anak cucu kita nantinya masih bisa melihat bagaimana penampakan pohon ulin dan bagaimana uniknya biji ulin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H