Semua orang pasti sudah mengenal buah durian. Sesuai dengan namanya, buah dengan permukaan kulitnya penuh duri. Buah ini populer mulai dari masyarakat di tepi hutan hingga kalangan kelas atas.Â
Masyarakat tepi hutan bisa memanen langsung buah dari pohonnya atau menunggu buahnya jatuh. Sedangkan orang kota bisa menemukan buah tersebut di berbagai supermarket dengan kelas premium.
Tapi belum tentu semua tau, bahwa sesungguhnya ada banyak jenis durian. Jenis durian pada umumnya nama latinnya adalah Durio zibethinus. Jenis tersebut varietas banyak, seperti durian montong, petruk, musang king, dll. Tapi untuk jenis yang akan diskusikan ini memang beda jenisnya dari durian yang biasa.
Jenis durian ini adalah Lai, nama latinnya adalah Durio kutejensis. Jenis ini termasuk jenis endemik Pulau Borneo. Artinya sebaran alaminya hanya tumbuh di Pulau Borneo saja, tidak ada di tempat lain.
Bagi masyarakat di Kalimantan, buah Lai sudah sangat populer. Meskipun awalnya Lai merupakan jenis durian hutan, namun saat ini untuk menemukannya tidak perlu lagi harus pergi ke dalam hutan. Jenis ini sudah umum dibudidayakan di kebun dan pekarangan rumah masyarakat.
Banyak nama lokal yang diberikan untuk buah Lai. Masyarakat setempat ada juga menyebutnya pampakin, pampaken, nyekak, dan ada juga yang menyebut durian kuning.
Kenampakan pohonnya hampir sama dengan pohon durian pada umumnya. Pohon Lai bisa tumbuh menjadi besar, tingginya bisa mencapai 25 m dengan diameter bisa mencapai 40 cm. Namun saat dibudidayakan, banyak masyarakat yang melakukan pemangkasan sehingga pohon tidak terlalu tinggi dan mudah untuk memanennya.
Yang membedakan dengan durian umumnya adalah daunnya yang agak berbeda. Bagian bawan daun Lai berwarna keperakan, sedangkan durian bagian bawah berwarna hijau.
Perbedaan lainnya adalah buahnya. Kulit luar dari Lai berwarna merah kekuningan, daging buahnya berwarna oranye atau merah kekuningan. Selain itu, tentu saja rasanya.Â
Rasa buah Lai lebih soft dibandingkan dengan durian pada umumnya yang aroma dan rasanya relatif tajam. Inilah yang membuat beberapa orang lebih menyukai Lai dibandingkan durian. Daging buahnya teksturnya juga relatif lebih keras dan padat sehingga lebih tahan lama untuk disimpan dibandingkan dengan durian biasa.
Berdasarkan hasil berbagai kajian dan penelitian yang dirangkum oleh Yusnikusumah dkk. (2022) menunjukkan bahwa biji lai memiliki kandungan antimikroba. Bunga Lai mengandung minyak esensial dan vitamin C yang bermanfaat sebagai antibakteri, antioksidan, antiradang dan juga penanganan penyakit kanker, diare dan demam.
Kulit batang pohon Lai mengandung zat anti diabetes dan sakit perut. Akar pohon dan kulit buah Lai juga dilaporkan mengandung senyawa fitokimia seperti flavonoid, tannin, terpenoid, phenol, dan saponin.
Menurut Atmoko (2014) masyarakat lokal dari etnik Dayak sering mengambil pucuk daun dan buahnya yang muda sebagai lalapan. Biji dapat dimakan dengan cara direbus atau dibakar terlebih dahulu.
Selain itu, biji Lai dapat diolah lebih lanjut menjadi panganan yang lebih menarik, seperti keripik. Cara membuat keripik adalah dengan merebusnya setengah matang, mengirisnya tipis-tipis, dijemur sampai kering terus digoreng.
Sebagai upaya konservasi jenis endemik, Penulis pernah melakukan eksplorasi benih Lai dari berbagai daerah di Kalimantan Timur dan Selatan. Benih tersebut selanjutnya disemaikan di persemaian sebelum ditanam di areal penelitian KHDTK Samboja.Â
Tanaman Lai seluas 2,5 ha tersebut menjadi areal konservasi genetik jenis Lai (Durio kutejensis) yang berasal dari berbagai lokasi tumbuh. Saat ini tanaman sudah berumur 10 tahun.
Jika berkunjung ke Kalimantan Timur, ada yang kurang jika belum mencicipi rasa unik buah Lai. Jika melakukan perjalanan dari Balikpapan menuju Samarinda atau sebaliknya maka akan menjumpai para pedagang buah Lai berjajar di Km 22 jalan non-tol Balikpapan-Samarinda.Â
Sempatkan singgah, pilih buah Lai-nya dan nikmati. Kira-kira apa bedanya dengan rasa durian yang pernah anda cicipi. Bagaimana menurut anda?
Sumber bacaan:
Yusnikusumah, T.R., Sari, U.K, Sitepu, B.S., Nugroho, A.W., Mukhlisi. 2022. Durio kutejensis (Hassk.) Becc., The potential species of kalimantan endemic Durian as nontimber forest products: a review. Paper presented in The 13th International Conference on Global Resources Conservation (ICGRC) July 25-26th, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H