Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bertemu Jejak Kaki "Monster" di Rimba Kalimantan

8 Januari 2023   05:11 Diperbarui: 8 Januari 2023   17:56 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Jejak Kaki dan Jemari Orangutan (Foto: dokpri) 

Pagi itu jadwalnya mengamati burung di hutan tepat di sisi timur Pulau Borneo. Meskipun Mentari pagi belum menampakkan wujudnya, namun arunika mulai nampak di ufuk timur. Suara burung mulai berkicau satu demi satu, masih mudah mengidentifikasi jenis dari suaranya. Ada burung cabe, cucak kuricang, burung takur dan lainnya. Lama-lama seiring munculnya sinar matahari semakin ramai suara burungnya, dan mulai sulit mengidentifikasi suaranya.

Kaki terus melangkah di bekas jalan perusahaan HPH yang basah oleh hujan gerimis semalam. Meskipun hari mulai terang, mata harus konsentrasi, kalo tidak bisa-bisa terbanting karena terpeleset oleh jalanan yang licin. Sesekali harus melompati genangan air di kubangan bekas roda truk logging.

Sekilas sudut mata menangkap bentukan aneh di atas tanah yang lembek. Konsentrasi tertuju pada jejak tersebut, dahi berkerut, mulai menganalisis membandingkan dengan jejak satwa liar yang pernah terekam di otak. Bukan jejak babi, rusa, kijang, atau kancil, bukan pula jejak jenis kucing-kucingan. Jejak monyet beruk terlalu kecil, jejak manusia pasti bukan. Oohh... Yess.... jejak orangutan.

Ada dua jejak yang terekam jelas, satu di tepi jalan dan lainnya di tengah jalan logging. Besarnya hampir dua kali lipat telapak tanganku. Pola jejaknya menunjukkan dia menyeberang jalan tersebut.

Saat menoleh ke sisi semak belukar di tepi jalan tempat keluarnya makhluk itu, semak belukar telah menganga lebar seperti goa. Tinggi sekitar 1,5 m dengan lebar satu meter. Sekejap bulu kuduk merinding, membayangkan besarnya sosok yang menerobosnya, sembari menyeringai menunjukkan taring-tarinya, laiknya monster. Jadi kebayang film King-kong yang disutradarai oleh Peter Jackson atau The Planet of The Apes yang diangkat dari novel karya Pierre Boulle.

Mengapa Orangutan Turun ke Tanah?

Orangutan adalah satwa arboreal, artinya dia hidup dan beraktivitas di atas pohon. Dia bergerak antar cabang pohon untuk mengelilingi hutan. Secara alami dia jarang turun ke tanah. Bahkan dia membuat sarang dan tidurpun di atas pohon.

Saat Sebagian hutan ditebang untuk pembangunan jalan atau untuk dibuat kebun maka tajuk pohon akan terputus antar sisi hutannya. Akibatnya pergerakan orangutan tidak bisa menyeberang antar petak hutan.

Itulah yang menyebabkan orangutan harus turun ke tanah untuk menuju sisi hutan lainnya yang mungkin sedang banyak pohon sedang berbuah.

Selain itu, orangutan jantan dewasa bisa menjadi sangat besar dan kadang dia mulai kesulitan untuk memanjat pohon. Bobotnya bisa mencapai 130 kg dengan tinggi 1,3 (www.britannica.com). Kondisi tersebut menyebabkan dia lebih banyak beraktivitas dan berjalan di atas tanah.

Mengenali Jejak Kaki Orangutan 

Melihat bentuknya kakinya, bentuk kaki orangutan mirip dengan kaki manusia, meskipin tidak mirip-mirip banget sih. Tapi pasti ada telapaknya, ada jari-jari dan ibu jarinya.

Ada bekas jari-jari tangannya di atas tanah, di sebelah jejak kaki. Biasanya orangutan berjalan dengan knukle walking, yaitu ruas jari tangannya juga digunakan untuk menapak.

Implikasi Orangutan turun ke Tanah

Aktivitas satwa liar arboreal, termasuk orangutan, turun ke tanah sesungguhnya mempunyai konsekuensi lain, yaitu menjadi mudah terjangkit penyakit dan parasite dari tanah. Sehingga fragmentasi habitat dapat menurunkan tingkat kesehatan orangutan yang berakibat kematian dan kepunahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun