Mohon tunggu...
T. Astari
T. Astari Mohon Tunggu... Freelancer - -

Seorang bibliophile yang sedang dalam proses menulis, ingin menjelajahi pengalaman, belajar, dan berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cahaya di Tengah Kegelapan: Glimmer dan Trigger dalam Kesehatan Mental

13 April 2024   05:58 Diperbarui: 13 April 2024   07:51 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan kesehatan mental kita, ada dua istilah yang penting untuk dipahami yakni "glimmer" dan "trigger". Apakah Anda pernah merasakan momen kecil kegembiraan yang muncul di tengah-tengah kesibukan Anda, seperti melihat pelangi di langit atau mendengar suara hujan yang lembut? Itulah yang disebut sebagai "glimmers" - momen kecil kebahagiaan atau kedamaian yang muncul dari mengapresiasi hal-hal sederhana dalam hidup. Ataukah Anda lebih sering merasakan gejolak emosi negatif yang dipicu oleh situasi tertentu? Hal inilah yang disebut "trigger". 

Istilah "trigger" yang memiliki konotasi yang lebih dalam dalam kesehatan mental. Trigger merujuk pada stimulus yang memicu ingatan menyakitkan, terutama bagi mereka yang telah mengalami trauma atau memiliki kondisi kesehatan mental tertentu. Bagaimana kedua istilah ini memengaruhi keseimbangan emosi kita? Mari kita selami lebih dalam tentang peran glimmers dan triggers dalam menjaga kesehatan mental kita.

Apa itu glimmer?

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengabaikan momen-momen kecil yang mungkin dianggap remeh. Namun, apa yang mungkin terlihat sepele bagi sebagian orang sebenarnya memiliki kekuatan besar untuk membawa kegembiraan, ketenangan, dan rasa syukur. Deb Dana, seorang pekerja sosial klinis, memperkenalkan istilah "glimmers" untuk menjelaskan fenomena ini.

Glimmers adalah momen-momen kecil yang muncul dari pengalaman sederhana sehari-hari. Mereka bisa berasal dari melihat pelangi, mendengarkan lagu favorit, atau merasakan sinar matahari di kulit Anda. Bahkan seperti sebuah pelukan hangat, aroma kopi pagi yang harum, atau senyuman anak-anak bisa menjadi contoh-contoh kecil dari momen Glimer ini. Meskipun tampaknya tidak penting, momen-momen ini memiliki kekuatan untuk menyentuh hati kita dengan kegembiraan, kesenangan, atau rasa syukur. Dengan mengapresiasi momen-momen glimmer ini, kita belajar untuk menghargai kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dalam hidup. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mental kita dan mengurangi tingkat stres yang kita alami sehari-hari.

Mengapa glimmers baik untuk kesehatan mental?

Mengapresiasi glimmers dapat menangkal efek stres, meningkatkan mood, dan membawa perhatian Anda ke saat ini. Mereka membantu Anda melihat hal-hal baik dalam hidup dan mengurangi rasa cemas serta tekanan emosional. Bagi mereka yang mengalami depresi atau trauma, glimmers dapat menyinari kegelapan dan membantu melihat sisi baik dalam hidup.

Cara menemukan dan memaksimalkan glimmers?

Glimmers ada di sekitar kita, namun kadang-kadang kita perlu berusaha melihatnya. Anda dapat meningkatkan peluang Anda menemukan glimmers dengan menjaga pikiran terbuka dan tetap terhubung dengan orang-orang yang Anda cintai. Tetapkan niat untuk mengizinkan cahaya masuk ke dalam hidup Anda, kunjungi tempat-tempat yang memberi Anda kegembiraan, dan libatkan indra untuk memperhatikan momen-momen kecil yang istimewa di sekitar Anda.

Generated with AI (www.bing.com)
Generated with AI (www.bing.com)

Selanjutnya, kita akan menjelajahi tentang trigger yang mungkin muncul tanpa kita sadari sehingga mempengaruhi emosional diri.

Apa yang dimaksud dengan trigger?

Dalam kesehatan mental, kata "trigger" seringkali memiliki konotasi yang dalam. Ini bukanlah sekadar kata biasa, melainkan sebuah istilah yang merujuk pada stimulus yang memicu ingatan menyakitkan yang mungkin muncul kembali. Bagi mereka yang telah mengalami trauma atau memiliki kondisi kesehatan mental tertentu, trigger dapat menjadi pemicu reaksi yang sangat kuat, bahkan memicu gejala PTSD (Gangguan Stres Pascatrauma).

Pemicu ini bisa berupa apa saja, mulai dari pengingat sensorik seperti suara, penglihatan, atau bau, hingga situasi atau waktu tertentu. Misalnya, perubahan iklim yang kuat atau suara kembang api dapat menjadi pemicu bagi para veteran perang yang mengalami PTSD. Begitu juga, seseorang yang pernah digigit anjing ketika kecil mungkin akan terpicu ketika melihat jenis anjing yang sama. Namun, trigger tidak hanya terkait dengan trauma. Mereka juga bisa memperburuk gejala kondisi kesehatan mental lainnya seperti gangguan obsesif kompulsif (OCD) atau gangguan penggunaan zat. Seorang dengan OCD tipe kontaminasi mungkin dipicu oleh melihat sesuatu yang kotor, sementara seseorang dengan gangguan penggunaan alkohol bisa dipicu oleh bau alkohol.

Bagaimana trigger terbentuk?

Pembentukan trigger terkait dengan bagaimana otak menyimpan memori, terutama dalam konteks trauma. Ketika seseorang mengalami trauma, otak cenderung menyimpan rangsangan sensorik di sekitarnya ke dalam memori. Kemudian, stimulus tersebut dapat menjadi pemicu di masa depan, yang memicu kembali perasaan terkait dengan trauma tersebut. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang akan merespons trigger dengan cara yang sama. Respon terhadap trigger bisa sangat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti ciri kepribadian individu, karakteristik acara itu sendiri, dan tahap perkembangan emosional seseorang.

Apa saja contoh trigger?

Trigger bisa datang dalam berbagai bentuk, mulai dari liburan atau peringatan trauma hingga suara atau situasi tertentu. Beberapa contoh trigger yang umum meliputi:

  • Liburan atau peringatan trauma atau kehilangan
  • Suara, pemandangan, bau, atau rasa tertentu yang berhubungan dengan trauma
  • Argumen, teriakan, suara keras
  • Kesendirian
  • Penolakan atau pengabaian
  • Putusnya suatu hubungan
  • Berita tentang kekerasan atau pelecehan

Bagaimana cara menghadapi trigger?

Menghadapi trigger bisa menjadi tantangan, terutama bagi mereka yang telah mengalami trauma atau memiliki kondisi kesehatan mental tertentu. Namun, ada beberapa strategi yang dapat membantu seseorang dalam mengelola trigger, seperti:

  • Terapi trauma: Terapi trauma seperti terapi berbasis kesadaran atau terapi berbasis sensorimotor dapat membantu seseorang memproses dan mengatasi trigger mereka.
  • Teknik relaksasi: Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi reaksi terhadap trigger.
  • Dukungan sosial: Mendapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu seseorang merasa didengar dan didukung saat mereka menghadapi trigger.
  • Menghindari trigger: Di beberapa kasus, menghindari trigger sepenuhnya mungkin merupakan langkah terbaik, terutama jika mereka memicu reaksi yang sangat kuat atau memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.

Generated with AI (www.bing.com)
Generated with AI (www.bing.com)

Apakah perbedaan antara glimmer dan trigger?

Perbedaan utama antara glimmer dan trigger adalah dampaknya pada emosi Anda. Glimmers membangkitkan perasaan positif dan merangsang sistem saraf parasimpatis, yang menghasilkan sensasi tenang dan relaksasi. Di sisi lain, trigger memicu respons negatif dan mengaktifkan sistem saraf simpatik, yang terjadi saat menghadapi potensi ancaman.

Bagaimana menemukan keseimbangan antara glimer dan trigger?

Kesehatan mental seringkali melibatkan pencarian keseimbangan antara Glimer dan Trigger. Kita tidak bisa menghindari pemicu emosional sepenuhnya, namun kita bisa belajar untuk meresponsnya dengan lebih baik. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan kesadaran diri terhadap pikiran, perasaan, dan reaksi kita terhadap lingkungan sekitar. Dengan demikian, kita bisa lebih siap dalam menghadapi situasi yang menantang.

Bagaimana jika kita dihadapkan pada tantangan kesehatan mental yang tampaknya tak terkendali? 

Menciptakan kesejahteraan mental adalah perjalanan yang membutuhkan kesabaran, dedikasi, dan komitmen terhadap diri sendiri. Dalam proses ini, dukungan dari terapis atau konselor, serta dukungan sosial dari keluarga dan teman, bisa sangat berarti. Dengan memahami dan mengelola momen-momen glimmer dan pemicu, kita dapat memperkuat keseimbangan emosional kita dan mengarahkan hidup kita menuju kebahagiaan yang lebih besar. Jika Anda mengalami kesulitan untuk merasakan kegembiraan atau menghadapi tantangan kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan. Tim dokter yang ahli dalam bidangnya dapat membantu Anda menyembuhkan luka-luka batin dan memulihkan keseimbangan dalam hidup Anda.

Mengingat bahwa kesehatan mental merupakan bagian integral dari kesejahteraan kita, penting untuk terus mengembangkan kemampuan kita dalam mengelola emosi dan merespons tantangan hidup dengan lebih bijaksana. Dengan demikian, kita bisa membangun fondasi yang kokoh untuk kebahagiaan dan kesejahteraan jangka panjang.

Referensi:

Gamayanti, Witrin. (2014). Usaha Bunuh Diri Berdasarkan Teori Ekologi Bronfenbrenner. Jurnal Ilmiah Psikologi, 2 (1). https://doi.org/10.15575/psy.v1i2.478

Newport Institute. (2023). What Are Glimmers and Why Are They Good for You?. https://www.newportinstitute.com/resources/mental-health/what-are-glimmers,

Nouval, Sevilla. Trigger: Pengertian, Contoh, serta Hal yang Penyebab Trigger.
https://www.gramedia.com/literasi/trigger-adalah

Susantyo, Badrun. (2011). Memahami Perilaku Agresif: sebuah Tinjauan Konseptual. Sosio Informa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun