Hampir 2 tahun kita berada di kondisi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya; dipaksa berjarak dengan apapun dan siapapun namun lebih dekat dengan sesuatu yang lainnya. Ada yang lebih dekat dengan keluarganya, hewan peliharaannya, tanaman hiasnya, buku-bukunya, rilisan fisik musisi idolanya, dirinya sendiri, bahkan kematiannya (yang untungnya hanya dekat).
Survei mengatakan 98% orang Indonesia kesepian di masa pandemi. Mengutip thread dari akun twitter @GNFI, "kesepian jangka pendek seharusnya tidak membahayakan kesehatan mental, namun jika terjadi terus-menerus, kesepian jangka panjang dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kesehatan mental seperti kecemasan, stres, hingga depresi".
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membunuh kesepian dan cara yang paling sederhana adalah ngobrol (dengan orang lain atau bahkan dengan diri sendiri), sebab katanya, ngobrol itu obat.
Berdasarkan laporan James Pennebaker pada tahun 2007, ia menyatakan rata-rata perempuan dan laki-laki menggunakan jumlah kata yang sama pada setiap harinya. Rata-rata kaum hawa mengeluarkan sebanyak 16.215 kata per hari sedangkan kaum adam menggunakan rata-rata 15.669 kata setiap hari.
Bayangkan jika kata-kata itu tidak dikeluarkan dan hanya menumpuk di dalam diri. Untuk orang yang biasa bersosialisasi jelas itu sangat mengganggu.
Teringat beberapa waktu yang lalu ketika iseng mengadakan group call bersama beberapa teman sekadar menanyakan kabar dan membicarakan hal remeh-temeh. Alih-alih membicarakan lelucon dan memori lucu yang pernah terjadi, semakin larut obrolan malah semakin personal. Kekhawatiran akan esok, masalah karir yang tak kunjung menemu titik terang, dan sudah pasti perihal cinta--lalu memutar Cinta Melulu dari ERK---.
Saya tidak tahu apa yang mereka rasakan setelah percakapan hari itu berakhir, tapi untuk saya sendiri, saya merasa ada 'ruang' yang tidak lagi penuh.
"You can't share what you don't have, you don't have what you can't share" begitu kira-kira guratan mas Farid Stevy di unggahan instagramnya. Selain rezeki, rasa-rasanya kisah/cerita/pengalaman juga harus dibagi kepada yang membutuhkan, tentu dengan tidak berlebihan.
Selain perasaan yang lebih tenang karena bisa berbagi keresahan, ternyata ngobrol banyak manfaatnya. Dari ngobrol dengan orang lain kita dapat bertukar pengalaman dan menambah wawasan. Kita juga bisa lebih peka terhadap lawan bicara, sebelumnya mungkin kita tidak terlalu mengenal orang itu seperti apa, tapi dari ngobrol (terlebih obrolan personal) kita bisa tahu lebih dalam.
Juga tindakan kebaikan yang tidak disengaja. Obrolan-obrolan tersebut memberikan energi positif untuk orang lain bahkan untuk diri kita sendiri, hal kecil yang mampu memberi dampak besar.