Koneksi Antarmateri Modul 3.1
Kegiatan Pemantik:
Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
- Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini? Dari kutipan di atas, kaitannya dengan proses Pembelajaran yang sedang Saya pelajari saat ini adalah memang pembelajaran akademik perlu kita ajarkan ke murid, tetapi mengajari murid tentang nilai budi pekerti itu adalah yang paling baik karena untuk bekal masa depan mereka. Kaitannya tentang materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai Pemimpin adalah sekolah sebagai institusi moral yang dirancang untuk membentuk karakter setiap warganya.
- Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita? Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita, saat kita mengambil suatu keputusan di mana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah atau lingkungan sekitarnya.
- Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda? Saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Saya yakni saya sebagai guru menjadi teladan bagi murid, guru berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid.
Menurut saya, maksud kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Saya alami di modul ini adalah kita sebagai Pemimpin Pembelajaran hendaknya mampu membentuk karakter murid melalui pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Hai, sobat pembaca
Setelah melewati tahapan-tahapan pembelajaran sebelumnya, inilah saatnya Saya menarik kesimpulan, berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari, baik di dalam modul 3.1. ataupun kaitannya dengan materi di modul lain. Untuk menunjukkan pemahaman Saya akan kaitan antarmateri ini Saya akan membuat tulisan yang menunjukkan koneksi antarmateri dengan menulis di sebuah blog.
Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan".Pada era digital sekarang ini seorang guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada patrap triloka yaitu mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan kepada muridnya dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki murid sesuai dengan kodrat zamannya. Sebagai seorang guru, baik atau tidak karakternya, guru memang sudah dipandang sebagai seorang yang diteladani di tengah masyarakat oleh karena itu pembentukan nilai diri harus diupayakan dalam upaya menjadi teladan bagi muridnya. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang guru yang memilki nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
Sebagai seorang guru, baik atau tidak karakternya, guru memang sudah dipandang sebagai seorang yang diteladani di tengah masyarakat oleh karena itu pembentukan nilai diri harus diupayakan dalam upaya menjadi teladan bagi muridnya. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang guru yang memilki nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya. Untuk memudahkan seorang guru dalam pengambilan keputusan yang tepat yaitu keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman seorang guru harus memilki kemampuan coaching (pembimbingan). Salah satu model coaching yang mudah untuk dipahami dan dijalankan adalah coaching model TIRTa yaitu salah satu model coaching yang dikembangkan untuk dapat membantu seorang guru atau coach dalam menuntun murid menemukan potensi yang dimilikinya dengan memanfaat komunikasi positif melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Coaching model TIRTA itu sendiri adalah Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi dan TAnggung jawab. Guru hendaknya mampu mengembangkan coaching model ini tentunya memiliki kemampuan komunikasi efektif sehingga mampu mengembangkan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mampu menuntun murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Melalui coaching pengambilan keputusan yang telah diambil dapat direfleksikan kembali sehingga menjadi keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap masa depan murid kita.
Untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab khususnya masalah dilemma etika, diperlukan  kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial. Proses pengambilan keputusan juga dilakukan dengan kesadaran penuh.
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Karsa ini berhubungan erat dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut seseorang, disadari, atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Oleh karena itu, hendaknya pendidik mampu mengembangkan kepribadian yang baik sehingga bisa menjadi panutan muridnya.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman maksudnya dalam pengambilan keputusan hendaknya berpihak pada murid sehingga keputusan yang diambil dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan.nyaman
Tantangan-tantangan di lingkungan Saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika adalah rasa kasihan, rasa peduli, faktor agama, sosial, kesehatan, dan teknologi. Ada kaitan dengan perubahan paradigma di lingkungan Saya, seperti: individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang.
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita adalah memberikan kebebasan kepada murid untuk kegiatan belajar mengajar, tetapi kebebasan tersebut tetap bertanggung jawab. Maksudnya, tidak merugikan hak orang lain. Kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda yaitu dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi baik konten maupun prosesnya, kita sesuaikan sesuai gaya belajar siswa, apakah mereka tergolong auditory, visual, atau visual-auditory.
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya yaitu pemimpin pembelajaran akan lebih mengembangkan sikap toleran dan demokratis sehingga para murid dapat menghadapi dunia masyarakat yang beragam, secara tidak langsung sekolah sebagai institusi moral yang dirancang untuk membentuk karakter murid. Keputusan yang diambil guru akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai yang dijunjung sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil akan menjadi rujukan atau teladan para muridnya.
Kesimpulan akhir dari Pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah dalam Modul 3.1 ini fokus membahas tentang pengambilan suatu keputusan, khususnya  pada kasus-kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan atau etika. Nilai-nilai kebajikan ini merupakan materi di modul 1.4 tentang Budaya Positif. Keputusan yang diambil secara langsung atau tidak, menentukan arah dan tujuan suatu institusi, serta menunjukkan nilai-nilai atau integritas dari institusi tersebut. Arah dan tujuan suatu institusi ini merupakan visi dan misi sekolah yang telah kita pelajari di modul 1.3 Visi Guru Penggerak, seorang Pemimpin hendaknya memahami nilai-nilai kebajikan yang tertuang dalam visi dan misi sekolah, berkepribadian, serta berkinerja baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, khususnya dalam mengambil suatu keputusan, hendaknya keputusan yang diambil selaras dengan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi oleh institusi tersebut, yaitu bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Berpihak pada murid ini telah kita pelajari di Modul 1.2 tentang Peran dan Nilai Guru Penggerak. Salah satu nilai guru penggerak adalah berpihak pada murid, maksudnya pengambilan suatu keputusan hendaknya dapat menciptakan suasana yang aman, dan nyaman bagi murid. Di Modul 1.1 tentang Philosofi Ki Hajar Dewantara juga dipaparkan salah satu dasar pendidikan juga berpihak pada murid. Selain itu, di Modul 1.1 juga dipaparkan tentas asas Patrap Triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan".Pada era digital sekarang ini seorang guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada patrap triloka yaitu mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan kepada muridnya dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki murid sesuai dengan kodrat zamannya. Sebagai seorang guru, baik atau tidak karakternya, guru memang sudah dipandang sebagai seorang yang diteladani di tengah masyarakat oleh karena itu pembentukan nilai diri harus diupayakan dalam upaya menjadi teladan bagi muridnya. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang guru yang memilki nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka. Dalam pengambilan keputusan, selain mengikuti 4 paradigma, 3 prinsip resolusi, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, kita juga hendaknya menguasai keterampilan coaching Modul 2.3 karena kemampuan ini akan membekali guru menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Selain itu, kita juga memerlukan 5 KSE yang telah kita pelajari di Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional yakni kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berelasi agar kita dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Ketika kita menemui murid yang memiliki berbagai gaya belajar, sebaiknya kita mengambil keputusan melakukan pembelajaran berdiferensiasi yang telah kita pelajari di Modul 2.3, baik diferensiasi konten, proses, maupun produk.
Dilema etika jika nilai-nilai kebajikan yang bertentangan tersebut, sama-sama benar jika kita mengambil salah satu keputusan tersebut, sedangkan bujukan moral,jika nilai-nilai yang bertentangan tersebut, salah satu dari nilai kebajikan tersebut ada yang benar dan ada yang salah.
Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan yaitu:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Tiga prinsip resolusi penyelesaian dilema, yaitu
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Sembilan langkah dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, yakni
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
4. Pengujian benar atau salah
a. Uji Legal
b. Uji Regulasi/Standar Profesional
c. Uji Intuisi
d. Uji Publikasi
e. Uji Panutan/Idola
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip Resolusi
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Yang di luar dugaan, menurut saya pada bagian prinsip resolusi, yang diutamakan basis peduli, basis peraturan kadang kala di nomor duakan karena kadang bertentangan dengan kesehatan seseorang atau bertentangan dengan hak-hak pihak tertentu.
Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Bedanya saat itu, saya hanya berfikir utamanya berpihak pada murid, demi integritas sekolah.
Dampak mempelajari konsep ini bagi Saya, perubahan yang terjadi pada cara Saya dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini, saya akan berusaha mengambil keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip resolusi, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Modul ini penting bagi Saya sebagai seorang individu dan Saya sebagai seorang Pemimpin karena modul ini mengarahkan kita melakukan pengambilan keputusan  berbasis nilai-nilai kebajikan, menerapkan prinsip moral dan menerapkan strategi pengambilan keputusan untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan.
Demikian koneksi antar materi modul 3.1 ini, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H