Generasi Z, yang lahir dalam era teknologi dan globalisasi, menghadapi tantangan besar dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Keterbukaan informasi yang luas, arus budaya asing, serta dinamika sosial-politik seringkali memengaruhi pola pikir mereka. Akibatnya, pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, dan keadilan sosial sering tergerus oleh individualisme, polarisasi opini, dan pragmatisme. Â
Pendidikan formal sering kali hanya menekankan hafalan sila-sila Pancasila tanpa memberikan ruang bagi siswa untuk memahami relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, media sosial—sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi ini. Â
1. Materi pendidikan Pancasila di sekolah sering kali dianggap membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan nyata. Â
2. Minimnya Contoh Nyata: Banyak pemimpin dan tokoh masyarakat yang justru tidak menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, sehingga memengaruhi persepsi generasi muda. Â
3. Ketergantungan pada Pendidikan Formal: Penanaman nilai Pancasila lebih banyak bergantung pada pendidikan formal tanpa memanfaatkan lingkungan keluarga dan komunitas. Â
4. Pengaruh Media Sosial: Tidak ada strategi yang terkoordinasi untuk melawan narasi negatif di media sosial yang dapat merusak pemahaman nilai-nilai Pancasila. Â
Solusi untuk Menanamkan Nilai Pancasila pada Generasi Z:
1. Pendidikan Pancasila harus dikemas dalam bentuk kegiatan yang relevan, seperti diskusi tentang isu-isu sosial, simulasi pengambilan keputusan.
2. Peningkatan Peran Teladan: Para pemimpin, guru, dan tokoh masyarakat harus menjadi role model nyata yang mengamalkan Pancasila, sehingga nilai-nilai ini dapat diteladani oleh generasi muda. Â
3. Pendekatan Kolaboratif: Libatkan keluarga, komunitas, dan organisasi masyarakat dalam pendidikan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, melalui kegiatan gotong royong