Kalau alasan yang terakhir yang dipilih, patut disayangkan. Mengapa?Â
Pertama, karena orang datang ke situs IMDB untuk mengetahui kesan penonton atas sebuah film dan itu membantu banyak calon penonton. Bagaiman calon penonton dapat terbantu kalau yang ditulis bukanlah perihal filmnya tetapi hal-hal lain di luar karya seni itu sendiri?
Kedua, mestinya, menikmati sebuah karya seni adalah kesempatan mengambil jarak dari rutinitas sehari-hari, yaitu untuk menyadari pertanyaan-pertanyaan hakiki seperti dari mana aku datang, ke mana aku pergi, sudah benarkah jalan yang kutempuh, dan seterusnya. Kalau melihat trailernya, kedua film ini sebenarnya mau menawarkan permenungan atas pertanyaan-pertanyaan tadi.
Sayangnya, kegaduhan politik mengaburkan misi yang mau dibawa kedua buah karya seni ini. Alih-alih menjadi oase batin, keduanya sekarang dikaitkan dengan kontestasi pilpres dan pileg. Tidak cukupkah membawa tempe, emak-emak, pasar, jenis tunggangan sampai nama setan ke atas panggung politik? Mengapa sekarang, ruang bioskop pun dikooptasi menjadi ring tinju politik?
Kalau ruang batinpun diperebutkan, ke mana lagi kita cari alasan yang dapat menyatukan?
Bumi Batavia, senin subuh... di kala mata tak mau terpejam karena Atalanta membantai Inter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H