"Pertama-tama, kita harus membela Trade Mark kita, identitas kita. Jangan biarkan bangsa manusia menggunakan label setan seenaknya. Ini lebih dari sekedar masalah hak cipta... ini masalah hak berada!"
"Setuju dengan apa yang dikatakan mas Gendo," timpal mbak Sundhel, "Bangsa manusia semakin kehilangan sensibilitasnya dalam berucap dan bertindak. Dengan mudahnya mereka memberi cap 'ini Setan', 'ini Iblis', 'ini Dhemit'. Apakah ada salah satu dari kita yang pernah berkomunikasi dengan mereka sehingga mereka mampu memberi label-label yang membawa nama baik kita?"
"Belum lagi masalah royalti. Berapa banyak film dibuat memakai image kita dan tidak sepeser menyanpun kita terima dari mereka?" potong Bb Ngepet.Â
"Banyak suara dari daerah mengeluhkan tiga atau empat tahun belakangan ini, sesajen semakin berkurang. Rupanya bangsa manusia di negara ini semakin tidak percaya lagi pada tenaga kita. Mereka sekarang punya dewan menteri yang lebih rasional, lebih teliti dalam pembukuan keuangan. Ada penyelewengan sedikit, sikat. Akibatnya, banyak dhemit, setan dan iblis daerah kekurangan bahan-bahan kehidupan dasar seperti menyan, harum bunga, bahkan tumbal yang bentuknya paling kecil pun, seperti kepala kambing, sudah semakin jarang ditemukan."
"Untuk yang di daerah" Thuyul kembali bersuara,"Saya usulkan bantuan kilat dengan mengirimkan paket sembako murah. Bukan sekedar untuk membantu mereka, tetapi juga supaya mereka setuju dengan keputusan kita malam ini. Bukan begitu mas Gendo."
"Nah, jadi kita sepakat kan untuk mendirikan satu partai yang membela kepentingan kita," tandas Genderuwo.
"Sepakat!" seru sekalian penghuni alam ghaib yang ikut rapat. Bumi pekuburan di pojokan Ibu Kota bergetar karena kesatuan seruan mereka.
"Nah," lanjut Gendo,"Sebelum kita masuk ke pembicaraan nama untuk partai baru ini, ada baiknya kita perjelas juga strateginya. Pertama-tama, kita ingin dalam jangka pendek, mendapat kursi di parlemen. Untuk jangka panjang, tidak saja punya kedudukan di sana, tetapi juga menguasainya.!"
Tanah pekuburan kembali bergetar mendengar ambisi Gendo.
"Untuk mencapai tujuan itu, perlu dibentuk semacam asosiasi advokat para dhemit, tentu bekerja sama dengan lawyer-lawyer bangsa manusia karena kita tidak punya atau lebih tepatnya belum punya legal standing dalam tata beperkara menurut undang-undang bangsa manusia. Untuk kepentingan ini, yaitu berdirinya semacam asosiasi advokat para dhemit, saya minta kesediaan mbk Kuyang untuk menanganinya."
"Siap, laksanakan!" jawab yang bersangkutan.