Tetapi, apa balasanku? Aku hanya membalas dengan senyum dan jarang dengan kata-kata. Bahkan, undangan ke kafe pun kutanggapi dengan penolakan, hanya karena ragu, nanti akan ngomong apa sementara hanya berduaan dengannya.
Oleh karena itu, seminggu yang lalu, dengan moge kebanggaannya, laki-laki ini melaju membelah malam hendak memberi kunjungan kejutan ke apartemen sang perempuan idaman...
Ah, tetapi perempuan ini bukanlah dia, batinnya. Tetapi tunggu, apakah wajah di balik rambut panjang ini benar-benar perempuan? Bagaimana kalau setalah kusapa dan ia berpaling tiba-tiba wajahnya.....
***
"Mbak," laki-laki itu memberanikan diri menyapa. Keraguan hanya dapat dipatahkan dengan tindakan dan bukan sekedar senam argumentasi dan opini. Sapaannya tak terbalas.
Ia pun bergeser, mendekati si perempuan. Diucapkannya sekali lagi sapaan yang sama.
"Mbak..."
Tiba-tiba si perempuan berdiri. Tubuhnya yang semampai bertegak kaku. Rambutnya terjuntai, lebih cepat dari derasnya hujan. Dan dari ufuk Timur, dua cahaya  bergerak mendekat.Â
Denyit ban mobil. Perempuan itu berlari ke sana. Setelah membuka pintu depan, ia membuang diri ke dalam.
"Duh maaf ya sayang, aku terlambat menjemputmu. Habis..."
Belum selesai si pria di depan kemudi menuntaskan kata-kata, si perempuan berseru,"Cepat, ambil putaran di depan. Lekas putar balik dan segera pergi dari tempat ini." Ada getaran ketakutan di balik suaranya.