Ibrahimovic meski sudah menginjak usia 39 tahun, masih tetap produktif mencetak berbagai gol bersama Rossoneri. Setidaknya ada tiga hal yang menjadikan para pemain sepak bola tersebut masih tetap eksis meski sudah beruisia gaek, yaitu:Â
(1) menjaga pola makan dengan pola gizi seimbang dan mengurangi asupan GGL (Gula, Garam, dan Lemak); (2) mengatur jam tidur atau waktu beristirahat; (3) membiasakan diri berolahraga ringan dengan melakukan jalan kaki rutin minimal selama 15-30 menit per hari; (4) mengelola stres dengan mengenali trigger yang kerap memicu stres pada diri kita.
Ketiga, menumbuhkembangkan jiwa mental juara. Menjaga performa timnas agar tetap survive, sangatlah penting tetapi membangun dan menumbuhkembangkan jiwa mental juara jauh lebih penting. Karena performa yang baikpun tanpa disertai tumbuhnya mental juara akan memudarkan harapan yang telah dibangun.Â
Apa kurangnya performa timnas senior Indonesia. Mereka tidaklah kalah dengan performa tim-tim di kawasan Asia Tenggara dan bahkan di Asia pun. Tetapi ketika mereka kemasukan satu gol saja, semangat juang mereka mulai kendor -- bahkan seperti tidak ada harapan lagi. Hal ini berbeda dengan timnas yunior (U-12, U-16), meski mereka kalah duluan tetapi semangat juang mereka tidaklah kendor.Â
Mereka tetap mengejar bola di manapun kondisinya. Mental juara mereka benar-benar telah membuat semangat pantang menyerah. Hal demikian yang harus dibangun oleh para pelatih dan pendamping. Mungkin ini pula yang dicoba oleh sang Bima Sakti dalam membangun karakter Timnas U-16 saat ini.
Keempat, jaminan masa depan. Saat ini olah raga prestasi belum mampu menjadikan para atlit yang berprestasi memperoleh jaminan masa depan. Artinya, tidak sedikit para atlit yang telah membela bangsa dan negara ini pada event-event dunia, tetapi mereka harus terlunta-lunta di usia tuanya.Â
Sungguh ironis. Oleh sebab itu para pimpinan PSSI, dan juga induk olah raga prestasi nasional lainnya serta pemerintah harus mencari cara bagaimana mereka mampu memberikan jaminan masa depan bagi para atit yang berprestasi tersebut. Pemerintah tentunya harus dapat mendekati lembaga swasta, agar mereka turut serta memberikan jaminan masa depan bagi para atlit.Â
Seperti pemerintah beasiswa pendidikan, dan/atau reward yang sekirnya dapat dimanfaatkan oleh para atlit untuk mengembangkan usaha setelah mereka tidak lagi produktif. Dan kepada para atlit pun harus memiliki manajemen diri, dengan mengoptimalkan potensi dan berbagai apa yang diperoleh sebagai reward untuk dijadikan modal masa depan.
Berikut adalah deretan para atlit nasional yang memberikan inspirasi hidup. Mereka telah menyiapkan masa depan setelah purna dari dunia olah raga. Bahkan ada yang sudah mempersipakan diri sebelum pensiun.Â
Pertama, Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti, peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 saat ini mereka mengembangkan Astec, yaitu jenama olahraga buatan mereka sendiri. Produknya menjadi kualitas ekspor ke luar negeri seperti Hongkong, Thailand, Singapura, dan Amerika Serikat.Â
Kedua, Chris John mantan jura tinju dunia menekuni dunia usaha di bidang asuransi bersama sang istri sebagai motivator. Ketiga, Lindswell Kwok dan Achmad Hulaefi pasangan emas kejuaraan dunia cabang wushu kini menekuni bisnis di bidang fashion setelah pensiun dari wushu.Â