"Heh - Siapa yang berani mengusik istanaku."
Berandal Lokajaya serta merta, keluar dari kaamrnya dan berdiri di tengah-tengah pintu rumah panggung. Matanya nanar melihat, apa yang terjadi di bawah. Dia sangat terkejut di sana semua anak buahnya terkulai, dan berkelososotan di tanah, sementara di tengah-tengah merdeka berdiri seorang pemuda berdiri tegap, gagah, dan perkasa menatapnya dengan tajam.
"Hei. Kisanak siapa namamu. Berani mengusak sarangku. Memang sedang mencari mati."
Raden Said, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Berandal Lokajaya. Ia hanya menatap dengan tajam ke arah raja perampok itu dengan sikap menantang. Hal ini membuat Berandal Lokajaya menjadi geram. Dia pun segera melesat dari rumah panggung untuk menyerang Raden Said.
"Dasar, anak tak tahu diuntung. Heahhh!"
Raden Said segera menyambut serangan Lokajaya. Perang tanding pun segera terjadi. Masing-masing jual-beli pukulan dan tendangan dengan hebat. Gerakan yang sangat cepat sangat sulit untuk diikuti mata. Tiba-tiba saja terdengar jeritan melengking. Ternyata Raden Said berhasil menagkap kaki kanan Lokajaya, dan mematahkannya da melemparkan tubuh LOkajaya sampai membentur sebuah pohon randu besar yang berada di kalangan tersebut. Lokajaya meringis kesakitan memegang kaki kanannya yang patah, dan berusaha berdiri tetapi tidak mampu.
Jiwa dan hati Raden Said pun tidak tega saat melihat lawan yang sudah kalah. Ia mendekat dan bermaksud membantu Lokajaya untuk berdiri, tetapi Lokajaya mengira kalau Raden Said akan membunuhnya. Tinggal beberapa meter saja tubuh Raden Said mendekat, tangan kanannya yang memegang golok serta merta melemparkan ke arah leher Raden Said. Melihat hal tersebut spontan Raden Said menghindar dan tanpa sengaja kakinya menendang golok yang melayang tersebut dan jleb -- tepat menancap di leher Lokajaya. Lokajaya mati dengan leher hamper terputus mencapa pada pohon randu. Mata Lokajaya yang masih membelalak segera ditutup oleh Raden Said. Dan berakhirlah riwayat raja Perampok Berandal Lokajawa.
Kawanan perampok yang lain segera bersujud, kepada Raden Said minta ampun dan minta dibuarkan hidup. Memang dari awal Raden Said datang ke hutan Jatiwangi bukan untuk membasmi mereka, tapi menyadarkan mereka. Setelah maksud itu diketahui oleh kawanan perampok, maka mereka pun mengangkat Raden Said untuk menggantian Berandal Lokajaya. Raden Said menerimanya dengan 3 (tiga) syarat: Pertama, dilarang merampok kepada rakyat jelata, tetapi boleh merampok kepada para pejabat yang korup, dan menindas rakat. Kedua, hasil rampasan dibagai kepada rakyat miskin, dan hanya sekedar diambil untuk makan. Ketiga, kepada yang ingin kembali kepada keluarga dipersilahkan.
 Pada akhirnya Raden Said menetap di hutan Jatiwangi. Selama bertahun-tahun dia menjadi perampok budiman. Disebut demikian karena hasil rampokannya itu tak pernah dimakannya, melainkan diberikan kepada fakir miskin . Yang dirampoknya hanya para hartawan atau orang kaya yang kikir, tidak menyantuni rakyat jelata, dan tidak mau membayar zakat. Di hutan Jatiwangi dia membuang nama aslinya. Orang menyebutnya sebagai Berandal Lokajaya, sebagaimana nama pimpinan perampok sebelumnya
Trianto Ibnu Badar at-Taubany
Penulis, Praktisi, Pemerhati, dan Birokrasi Pendidikan, Seni, dan Budaya. Kelahiran Tuban, sekarang berdomisili di Sidoarjo. Penulis Buku Bestseller "Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.".