Mohon tunggu...
Trianti Widiastutik
Trianti Widiastutik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menulis karena dengan menulis saya dapat menungkan apa yang ada di pikiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stroke dan Hipertensi, Apa Hubungan Keduanya?

4 Juni 2023   23:45 Diperbarui: 4 Juni 2023   23:45 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernahkah kalian melihat penderita stroke di sekitar lingkungan rumah? Bagaimana kondisi penderita stroke tersebut? Atau salah satu dari keluarga kalian ada yang menderita stroke? Pastinya sudah tidak jarang menemukan penderita stroke di sekitar kita, hal ini karena penyakit tersebut dapat dipicu oleh banyak faktor salah satunya darah tinggi. Penyakit darah tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan munculnya penyakit lain tidak terkecuali stroke. Agar mengetahui lebih jauh hubungan stroke dan hipertensi, mari simak penjelasan berikut ini.

Stroke menurut World Health Organization adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Lebih lanjut Kemenkes RI, 2018 menyatakan bahwa stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah yang mengakibatkan sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang membawa oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian sel/jaringan.

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang. Prevalensi stroke menurut data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat penyakit stroke (Setiawan, 2021). Data tersebut menunjukkan banyakknya individu yang terkena stroke disusul oleh jumlah kematiannya yang cukup tinggi.

Tingginya kasus penderita stroke hal in terjadi karena faktor resikonya ada dua yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor  yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin, dan genetik adapaun faktor yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, obesitas, alkohol dan atrial fibrillation (Mutiarasari, 2019). Pembahasan kali ini akan terfokus pada hubungan stroke dengan hipertensi, mari simak penjelasannya.

Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang sangat serius adalah hipertensi yang juga dikenal sebagai the silent killer karena sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas (Rahajeng dan Tuminah, 2009), sedangkan kondisi tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Faktor pemicu hipertensi dapat disebabkan oleh usia, jenis kelamin, faktor genetik serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol, dll (Pratama dan Yonanta, 2016). Data yang disampaikan oleh WHO sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengalami hipertensi, dan kemungkinan akan mengalami peningkatan menjadi 29,2% di tahun 2025. 

Sebanyak 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Peluang terkena stroke pada pengidap hipertensi merupakan faktor resiko yang cukup signifikan. Setiap 10 orang yang meninggal karena stroke, 4 diantaranya dapat diselamatkan jika tekanan darahnya diatur (WHO, 2023). Proses pengendalian tekanan darah agar tidak melebihi batas normal dapat dilakukan dengan cara dietary approaches to stop hypertension yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak; mempertahankan berat badan dan lingkar pinggul ideal, olahraga teratur, berhenti merokok, dan tidak mengonsumsi atau membatasi minum alkohol (Kemenkes,2017).

Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang yang memiliki tekanan darah melebihi batas tekanan darah normal. Hipertensi merupakan faktor risiko yang potensial pada penyakit stroke karena dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak atau penyempitan pembuluh darah otak. Pecahnya pembuluh darah otak akan mengakibatkan perdarahan otak, sedangkan penyempitan pembuluh darah otak akan mengganggu aliran darah ke otak yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel-sel otak (Dinata, et. al.,2013). 

Lebih lanjut pada Pratama dan Yonanta, 2016 pada hipertensi terjadi beberapa gangguan fisiologis yang dapat memicu terjadinya komplikasi berupa stroke. Selama jangka waktu yang panjang ini, serangkaian perubahan terjadi dalam sistem kardiovaskular termasuk sirkulasi serebral. Perubahan ini, seperti renovasi vaskular, peradangan, stres oksidatif dan disfungsi barorefleks, dan lain-lain yang dapat berkontribusi pada patogenesis stroke oleh hipertensi.

Mekanisme hipertensi dapat menyebabkan stroke terjadi karena hipertensi akan memacu timbulnya plak pada pembuluh darah besar (aterosklerosis). Timbulnya plak akan menyempitkan lumen atau diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Apabila ini terjadi maka seseorang yang mengalami hal tersebut akan mengidap penyakit stroke (Jamini, et.al., 2020). 

Hal ini karena otak manusia memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Jika terjadi sesuatu yang menghalangi arteri untuk mengalirkan darah ke otak yang terdapat oksigen, maka sel-sel otak akan mati dalam hitungan menit (CDV, 2023).

Terkait bahaya hipertensi yang menjadi faktor utama resiko stroke, hal ini menjadi himbauan bagi kita semua untuk menjaga tekanan darah kita agar tetap berada dalam batas normal. Cara untuk menjaga agar tekanan darah normal yaitu  melakukan cara dietary approaches to stop hypertension yaitu mengonsumsi makanan bergizi semimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak; mempertahankan berat badan dan lingkarpinggul ideal, olahraga teratur, berhenti merokok, tidak mengonsumsi atau membatasi minum alkohol.

Daftar Pustaka

Centers for Disease Control and Prevention. 2023. About Stroke. Diakses pada https://www.cdc.gov/stroke/about.htm 

Dinata, Syafrita, dan Saftri. (2013). Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2(2). 57-61.

Jamini,Yuninta, Yulyanti, dan Negara. 2020. Hubungan Kadar Kolesterol Darah dan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Di RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal Kesehatan Indonesia.11(1). 27-34.

Mutiasari, Dyah. (2020). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, And Prevention. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 6(1). 60-73.

P2PTM Kemenkes RI. 2017. Pengendalian Hipertensi. Diakses pada  https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/pengendalian-hipertensi-faq 

P2PTM Kemenkes RI. 2018. Apa Itu Stroke?. Diakses pada https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stroke/apa-itu-stroke

 Putri Ayundari, Setiawan. 2021. Diagnosis Dan Tatalaksana Stroke Hemoragik. Jurnal Medika Hutama. 3(1). 1660-1682.

Rahajeng dan Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 59(12). 580-587.

World Health Organization. 2023. Stroke Cerebrovascular Accident. Diakses pada https://www.emro.who.int/health-topics/stroke-cerebrovascular-accident/index.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun