Mohon tunggu...
Tri Annisa Larassati
Tri Annisa Larassati Mohon Tunggu... Jurnalis - Selalu semangat

Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendaki Gunung Sampah di TPST Bantar Gebang?

21 Desember 2020   01:13 Diperbarui: 21 Desember 2020   05:20 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Tri Annisa Larassati

Sampah.. Oh sampah yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Sampah adalah sesuatu hal yang sering dianggap tidak berguna bagi sebagian orang. Padahal, sampah masih bisa dijadikan barang yang bermanfaat jika manusianya mau mengelolanya.  TPST Bantar Gebang ini merupakan Tempat Pembuangan Sampah Akhir, dimana sebagian besar sampah diolah disini untuk dijadikan sumber daya

Dikutip dari Portal Resmi Unit Pengelola Sampah Terpadu, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Lokasi TPST ini berada di Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar gebang Kota Bekasi. Luas Area : 110,3 Ha terdiri dari : Luas efektif TPST 81,91 % dan sisanya 18,09% untuk prasarana seperti Jalan masuk, Jalan Kantor dan Instalasi Pengolahan Lindi. Status Tanah : Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. TPST ini mulai Beroperasi pada Tahun 1989 oleh BKLH Provinsi DKI Jakarta dan BKL Provinsi Jawa Barat yang kemudian direvisi dengan surat persetujuan kelayakan lingkungan AMDAL, RKL dan RPL No. 660.1/206.BPLH. AMDAL/III/2010 tanggal 11 Maret 2010.

Kawasan Bantar Gebang terbagi dalam 5 zona, total luasnya 81,9 Ha. Zona 1 seluas 18,3 ha, zona 2 seluas 17,7 ha, zona 3 seluas 25,41 ha, zona 4 seluas 11 ha, dan zona 5 seluas 9,5 ha. Sebanyak 6500-7000 ton sampah ditampung disini setiap harinya. Tiap truk yang masuk harus melewati jembatan timbang, begitupun saat truk meninggalkan TPST BantarGebang.

Setiap harinya warga DKI Jakarta menghasilkan 7.600 ton sampah. DKI Jakarta merupakan kota dengan volume sampah terbesar berkisar 6500-7000 ton perhari. Volume tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Eropa yang hanya menghasilkan sampah 1500-2000 ton perhari.

Foto : Tri Annisa Larassati
Foto : Tri Annisa Larassati

Pada Tahun 2019, Saya berkesempatan untuk mengunjungi TPST Bantar Gebang ini dan bisa berbincang langsung dengan Kepala Staff Bantar Gebang yaitu Pak Roy Sihombing. Setiap hari kurang lebih ada 1.500 truk dari Jakarta yang datang mengirim sampah ke sini. Selain dari Jakarta, juga dari wilayah Bekasi, tapi berbeda zona pembuangannya," ujar Pak Roy Sihombing selaku seorang Kepala Staff TPST Bantargebang

Menurut pemaparan beliau, Lapisan hitam yang menutupi sampah ini bernama Geomembran. Geomembran ini terbuat dari bahan High Density Polyethylene (HDPE). Material ini merupakan produk lembaran lapis kedap yang berfungsi untuk menampung segala macam cairan yang dikhawatirkan akan merembes atau bocor, dan juga merangkap gas metan supaya gas metan dapat disalurkan. Gas metan sendiri merupakan bahan bakar siap pakai yang bisa diubah menjadi energi listrik. Sebelum ditutupi dengan Geomembran, sampah ditimbun terlebih dahulu dengan menggunakan tanah merah.

Foto : Tri Annisa Larassati
Foto : Tri Annisa Larassati
Air tersebut merupakan air lindih yang akan ditampung dan diproses agar tidak mencemari air tanah masyarakat disekitarnya.Warga di sekitar TPST Bantar Gebang ini beberapa kali komplain mengenai dampak negatif yang mereka rasakan. Sehingga Pemerintah memberikan kompensasi dana, yang disebut dengan dana BLT. Nilai Kompensasi yang diberikan yaitu Rp. 900 ribu yang dibayarkan setiap tiga bulan sekali pertahunnya, jadi dalam sebulan mendapatkan dana kompensasi sebesar Rp. 300ribu rupiah. Pemerintah DKI Jakarta juga memberikan program-program supaya kehidupan warga di sekitar TPST menjadi lebih baik seperti penyediaan air bersih, penambahan sumur artesis dan pipanisasi, penyediaan obat-obatan bagi warga sekitar, dan masih banyak lagi.

Diperkirakan tahun 2022 TPST Bantar Gebang habis usianya, dengan jumlah sampah yang diperkirakannya 7.900 ton per hari, kapasitas maksimum lahan di Bantargebang akan penuh pada 2022. Dan, bila Bantargebang terus dipaksakan menerima kiriman sampah, maka ditakutkan akan berdampak buruk bagi lingkungan warga desa yang mengitari lahan TPST Bantargebang, entah itu longsor atau bagaimana, kan bahaya, tangkas Pak Roy.

Untuk itu pemerintah merencanakan untuk menerapkan program waste to energy, yaitu Intermediate Treatment Facility Sunter (ITF Sunter). ITF ini pengolahan sampah berkapasitas sebesar 2200 ton perhari, dan dapat menghasilkan listrik mencapai 35 MWH dan mampu mereduksi 80-90 persen dari bobot sampah yang masuk, begitu menurut Pak Roy Sihombing selaku Staff TPST Bantar Gebang.

Di sisi lain, Pemprov DKI Jakarta juga melakukan kampanye untuk mengurangi sampah yang akan masuk ke Bantargebang. Salah satunya kampanye program yang bernama 'Samtama' atau 'Sampah Tanggung Jawab Bersama' yang telah diluncurkan Anies Baswedan. Program ini adalah mengenai bagaimana mengolah sampah sejak dari hulu atau sumbernya dimulai dari rumah. Salah satu cara untuk mengurangi jumlah sampah adalah dengan cara memilah-milah mana sampah yang masih bisa digunakan dan mana yang tidak. Pemisahan juga dibedakan berdasarkan mana sampah organik dan mana sampah non-organik, sampah non-organik yang berupa plastik juga dapat disuplai ke bank sampah yang ada. Sampah- sampah kertas juga dipisahkan, dan jangan dicampur dengan cairan agar mudah untuk didaur ulang. Karna menurut pemaparan Pak Roy sendiri, jumlah sampah yang mendominasi adalah sampah organic atau sampah rumah tangga.

Jadi, walaupun ada solusi dari pemerintah, warga masyarakat sudah sepantasnya berkontribusi dalam hal mengurangi sampah. Maka dari itu sebagai warga yang budiman, sangat penting untuk belajar Pendidikan Lingkungan Hidup, agar kita bisa membuka mata dan hati kita akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun