"Bu, kata Ibu Guru hari Rabu depan Kakak sama Dede berenang." Kakak beradik Zaid dan Naizar menyambut saya yang baru saja pulang kantor."Oya?" balas saya sambil memeluk mereka satu per satu. "Coba kita lihat Rabu depan tanggal berapa ya?" lanjut saya sambil duduk di kursi tamu dan mulai membuka handphone, mencari aplikasi kalender. Zaid dan Naizar setia mengapit saya. Rabu depan, tanggal muda, tanggal dimana laporan bulanan pekerjaan saya dimulai.
"Tanggal berapa, Bu?" Naizar mendekatkan wajahnya ke handphone.
"Tanggal 6 Desember, Sayang, Ibu di kantor sedang sibuk bikin laporan. Ibu gak bisa nemenin, gak apa-apa?" tanya saya kecewa. Sejenak mereka terdiam.
"Gak apa-apa, tapi pas Ibu libur kita jadi kemping kan?" Zaid mengingatkan janji kami.
"Tentu saja." Kami bertiga berpelukan.
Malam harinya sebelum Zaid dan Naizar pergi berenang bersama teman-teman sekolahnya, saya menyiapkan semua keperluan mereka, lalu melakukan 'briefing' khas orang tua.
"Setelah berenang, baju basah dimasukkan ke dalam kantong kresek. Kantong kresek untuk baju basah ada di saku tas sebelah kanan." Â Zaid dan Naizar tampak menyimak. "Kalo dijalan Kakak sama Dede keringetan, tisu ada di saku tas sebelah kiri. Kayu putih dipakai kalau Kakak sama Dede pusing dijalan, atau dipakai setelah berenang biar engga kedinginan."
"Ko tutup kayu putihnya warna ungu, Bu? Bukan merk Lang?" Zaid memperhatikan botol minyak kayu putih yang baru saja saya masukkan kedalam tasnya.
"Ini masih kayu putih Lang, Sayang, langganan keluarga kita. Sekarang ada wangi baru, KayuPutihAroma yang warna ungu ini wangi Lavender. Hangatnya masih sama, tapi sensasi wanginya lebih menyegarkan." Saya lihat Zaid mengangguk.
Setelah menyiapkan semua keperluan anak-anak, giliran saya menyiapkan keperluan kantor saya untuk besok.
Esok harinya saat jam istirahat kantor seperti biasa saya menghubungi Ibu saya yang menemani Bilal, putra bungsu saya di rumah.