"Bilal sedang apa, Bu?" tanya saya via telepon.
"Bilal sedang agak rewel, hari ini sudah 2 kali BAB, sepertinya masuk angin." jawab Ibu saya.
"Coba perutnya dioles minyak kayu putih di kotak obat, Bu." saran saya.
"Tapi kan Bilal gak suka kayu putih, wanginya pedih ke mata."
"Yang ini minyak kayu putih baru, Bu, aroma theraphy, wanginya pas gak pedih ke mata, Bilal pasti suka." jelas saya. Â Ibu saya setuju.
Hari ini saya tak sabar pulang ke rumah, ingin mendengar cerita Zaid dan Naizar yang pergi berenang, juga kabar Bilal yang sedang kurang fit.
"Buu, Kakak sama Dede sudah berenangnya, seruuu.." sambut Zaid dengan sumringah.
"Oya? Baju basahnya dimasukkan ke kresek gak?" tanya saya. Mereka mengangguk.
"Tadi Dede pusing dijalan, Bu, terus pake minyak kayu putih, pusingnya ilang, minyak kayu putihnya wangi." kenang Naizar.
"Tadi habis mandi Kakak olesin minyak kayu putih ke punggung dan perut, hangat, rasanya seperti dipeluk Ibuuu.." seru Zaid sambil memeluk saya erat. Saya membalas pelukan mereka.
Percakapan kami terhenti saat Bilal, bayi 2,5 tahun yang cerewetnya gak ketulungan itu menghampiri kami.