Negeri ini kaya. Memiliki kesuburan tanah yang merata. Sawah-sawah yang indah, kebun-kebun yang membentang dengan gagah, semuanya ada di tanah kita tercinta. Ratusan macam tanaman menyebar sembarangan. Ya. Orang menyebut tanah kita tanah surga.
Begitu subur negeri ini. Burung-burung yang indah, kicauan merdu yang mereka miliki, semua berasal di negeri ini. Butiran emas dan perak yang tak terhingga banyaknya adalah hasil tambang di negeri ini. Air bersihnya mengalir di sela-sela sungai gunung yang indah nan murni.
Kita patut bersyukur bisa menginjak dan menikmati kehidupan di atas negeri ini. Negeri yang meciptakan konglomerat dan tidak ingin punya rakyat melarat. Sehingga banyak orang negeri seberang ingin merasakan hidup di tanah surga ini. Mereka ingin belajar disini, bahkan menjadi pembantu pun mau disini. Semata-mata hanya ingin menikmati surga dunia negeri ini. Tapi sayang, semua itu rangkaian kisah negeri kita dulu. Ya, 20 tahun yang lalu atau bahkan 30 tahun yang lalu, sampai-sampai 40 tahun yang lalu.
Kisah dulu memang indah, berbeda dengan kisah sekarang yang bikin kepala kening. Sungguh berbalik arah menuju hal yang parah. Kaum konglomerat pun menjadi melarat. Apalagi kaum melarat, yang entah bagaimana mereka bertahan hidup dengan tantangan berat. Hahaha. Alangkah lucunya negeri ini. Para pemimpin dengan enaknya berkocak mengocok perutnya sendiri tanpa menghiraukan rakyatnya kelaparan dan mati. Engkau-engkau memamerkan keberanian dalam kebodohan yang menggelikan dan mengharukan. Memilukan sekali karena kepengecutanmu dengan lagak memuakkan membuat para penuntut keadilan menjadi pusing.
Sudah pantas negeri ini diberi penghargaan besar dengan sebutan Negeri haha hihi karena kekocakkannya. Lagaknya yang sok tegas padahal ada amplop disana. Amplop yang mengatur dengan teratur hal-hal yang tak teratur. Hanya dengan amplop mereka bisa menguasai penguasa, mengendalikan orang biasa. Hahaha. Budaya amplop kok masih awet. Usir saja hakim yang main mata dengan maling. Siram tuh wakil rakyat yang baunya pesing.
Sungguh keadilan negeri ini miring. Tidak salah orang mengganti lirik lagu kesayangan kita Tanah Air Beta yang semula indah,
Indonesia Tanah Air Beta
Pusaka Abadi Nan Jaya
Indonesia Sejak Dulu Kala
Selalu dipuja-puja Bangsa
Disana Tempat Lahir Beta
Dibuai Dibesarkan Bunda
Tempat Berlindung Dihari Tua
Sampai Akhir Menutup Mata
Menjadi lagu yang muak untuk dinyanyikan, Air Mata Kita,
Indonesia air mata kita
bahagia menjadi nestapa
Indonesia kini tiba-tiba
Selalu dihina-hina bangsa
disana banyak orang lupa
dibuai kepentingan dunia
tempat bertarung berebut kuasa
sampai entah kapan akhirnya
Kita pasti ingin punya Indonesia yang dulu. Indonesia yang kaya. Indonesia yang konglomerat. Indonesia yang dipuja-puja bangsa. Kita juga ingin menyanyikan kembali lagu kesayangan dengan penuh haruan gembira Tanah Air Beta disertai keakraban dan renungan hati. Hapus Negeri haha hihi. Hapus Negeri Amplop. Hapus Keadilan yang miring. Bangun negeri ini menjadi pusaka abadi nan jaya sebagai tempat berlindung dihari tua.
(Dikutip dari sebuah syair puisi indah Gus Mus)
Â
"Ukiran Indah - Trian Ilus"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H