Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan ?
Mengenai kebudayaan dan masyarakat ini dari buku yang telah saya baca telah dipelajari beberapa konsep, seperti kategori social, golongan social, komunitas,kelompok adat, perkumpulan adat istiadat, pranata social, dan sebagainya, yang semua diperlukan bila kita akan menganalisa gejala – gejala serta kejadian – kejadian social budaya yang ada di sekeliling kita dari segi perwujudan, atau morfologi.
Konsep yang perlu diperlukan untuk menganalisa proses – proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosioogi yang disebut “dinamika social”. Di antara konsep – konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Selain itu ada proses perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk – bentuk kebudayaan yang sederhana hingga yang makin lama makin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses penyebaran kebudayaan – kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa – bangsa di muka bumi. Proses lainnya adalah proses pengenalan unsur – unsur kebudayaan asing, yang disebut proses akulturasi dan proses asimilasi. Dan ahirnya pun ada proses pembaruan, atau inovasi, yang berkaitan erat dengan penemuan baru dalam bahasa inggris disebut discovery dan invention.
Proses proses diatas akan diuraikan sebagai berikut:
a.Proses internalisasi
Adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai ahir hayatnya. Spanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya.
Manusia memiliki bakat yang telah terrkandung dalam gennya, untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosinya, tetapi wujud dan pengaktifannya sangat dipengaruhi berbagai stimulasi yang terdapat dalam lingkungan sosialnya, budayanya, dan alam sekitarnya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadiannya saat bayi ialah rasa tidak puas, yang menyebabkan ia menangis, lingkungan yang memiliki perbedaan suhu saat ia masih dalam kandungan ibunya itu sebagai sebab kenapa ia merasa tidak puas untuk pertama kali dirasakannya. Dan rasa ketidakpuasan itu dapat gugur pada waktu ia mendapat kesempatan untuk menyusu pada ibunya. Dan hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap kali pengaruh ingkungannya menyebabkan ia merasa tidak puas, ia akan menangis, tetapi jika dilakukan upaya untuk membuatnya merasa nyaman maka ia akan berhenti menangis. Dengan demikian tidak perlu untuk mengalaminya setiap kali, seorang bayi bias mendapatkan rasa kepuasannya dengan jalan menangis.
Semakin lama, bertambahlah pengalamannya mengenai perasaan baru seperti, kesenangan, kebahagiaan, simpati, cinta, benci, harga diri, kebenaran, dll. Tidak hanya mengenai perasaan baru yang muncul, akan tetapi muncul juga berbagai hasrat seperti, hasrat untuk bertahan hidup bergaul, meniru, tahu, berbakti, dll. Yang dipelajari melalui proses internalisasi sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.
b.Proses sosialisasi
Teori tindakan Talcott Parsons, semua pola tindakan beberapa individu yang menempati berbagai kedudukan dalam masyarakatnya yang dijumpai seseorang dalam kehidupannya sehari – hari sejak ia dilahirkan, dicerna olehnya sehingga individu tersebut pun akan menjadikan pola – pola tindakan tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya. Oleh karena itu untuk dapat memahami suatu kebudayaan, mengamati jalannya proses sosialisasi baku yang lazim dialami sebagian besar individu dalam suatu kebudayaan merupakan suatu metode yang sejak lama diminati para ahli antropologi.
Telah didapati pengumpulan bahan yang biasanya dilakukan penelitian yang terdapat dilapangan yang dapat menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat – istiadat pengasuhan anak, kebiasaan – kebiasaan dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci daari sejumlah individu. Pengumpulan mengenai adat istiadat pengasuhan anak yang antara lain meliputi hal – hal seperti cara memandikan dan membersihkan bayi, cara menyapih, mengajari disiplin, dan sebagainya dan sekarang telah banyak dilakukan oleh para ahli antropolog.
c.Proses enkulturasi
Enkulturasi adalah pembudayaan, proses enkulturasi adalah proses belajar menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini telah dimulai sejak awal kehidupan, yaitu dalam lingkungan keluarga, kemudian dalam lingkungan yang makin lama makin luas. pada awalnya seorang anak kecil mulai belajar dengan cara menirukan tingkah laku orang – orang disekitarnya, yang lama – kelamaan menjadi pola yang mantap, dan norma yang mengatur tingkah lakunya dibudidayakan. Selain dalam lingkungan keluarga, norma – norma dapat pula dipelajarinya dari pengalamannya bergaul dengan sesame warga masyarakatnya dan secara formal di sekolah.
d.Proses evolusi social
Proses mikroskopik dan makroskopik dalam evolusi social. Proses evolusi dapat dianalisa secara mendetil (mikroskopik), tetapi dapat juga dilihat secara keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan – perubahan besar yang terjadi (makroskopik). Proses – proses social budaya yang dianalisa secara detil dapat memberi gambaran mengenai berbagai proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari dari suatu masyarakat. Proses evolusi social budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut proses – proses pemberi arah, atau directional processes.
Proses – proses berulang dalam evolusi social buadaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap proses – proses berulang dalam evolusi social budaya baru timbul sekitar tahun 1920, bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat. Sebelumnya, para ahli antropologi umumnya hanya memperhatikan adat istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat yang mereka teliti, tanpa memperhatikan sikap, perasaan, serta tingkah laku para individu yang bertentangan dengan adat istiadat.
Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadatyang berlaku dengan kebutuhan yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep yang berbeda: a). kebudayaan sebagai kompleks dari konsep norma – norma, pandangan – pandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak; b). kebudayaan sebagai serangkalan tindakan yang kongkret, dimana para individu saling berinteraksi. Kedua system tersebut saling bertentangan, dan dengan mempelajari konflik – konflik yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.
Proses mengarah dalam evolusi kebudayaan. Apabila evolusi masyarakat dan kebudayaan dipandang dari suatu jarak yang jauh dengan suatu interval yang panjang, maka tampak terjadinya perubahan – perubahan besar yang seakan – akan menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Perubahan – peubahan besar ini dalam adab ke 19 secara umum disadari para ahli antropologi budaya, tetapi sekarang gejala ini secara khusus diperhatikan oleh sub-ilmu dari antropologi, yaitu ilmu prasejarah, yang mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam kurun waktu yang panjang, maupun oleh ilmu sejarah, yang telah merekonstruksi sejarah perkembangan seluruh umat manusia dalam suatu kurun waktu yang panjang.
e.Proses difusi
Penyebaran manusia. ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia yang pertama hidup di daerah sabanaberiklim tropis di Afrika timur. Manusia sekarang telah menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklimyang berbeda – beda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan social budaya, yang berlangsung berates – ratus ribu tahun lamanya.
Migrasi ada yang berlangsung lamban dan otomatis, tetapi ada pula yang cepat dan mendadak. Migrasi yang lamban dan otomatis berkembang sejajar dengan penigkatan jumlah umat manusia di dunia. Proses evolusi itu menyebabkan bahwa manusia senantiasa memerlukan daerah yang makin lama makin luas. Selain migrasi – migrasi yang berlangsung sangat lamban itu, terjadi pula migrasi – migrasi yang cepat dan mendadak, yang dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa, wabah, perubahan ,ata pencaharian hidup, perang, dan peristiwa – peristiwa khusus yang telah tercatat dalam sejarah.
Penyebaran unsur – unsur kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dengan migrasi kelompok – kelompok manusia, turut tersebarpula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses penyebaran unsur – unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah satu obyek penelitian ilmu antropologi , terutama sub ilmu antroopologi diakronik. Proses difusi dari unsur – unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa – bangsa yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi. Penyebaran usur – unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahankelompok – kelompok manusia atau bangsa – bangsa, tetapi karen unsur – unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu – individu tertentu.
Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur – unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan – pertemuan antara individu – individu dari berbagai kelompok yang berbeda. Hubungan antara kelompok – kelompok yang berbeda itu telah berlangsung selama berabad abad tu dan hampir mempengaruhi bentuk kebudayaan masing – masing adalah symbiotic. Pertemuan antara kelompok – kelompok yang berbeda juga terdapat terjadi karena perdagangan dengan akibat yang lebih jauh daripada yang terjadi pada hubungan symbiotic,yang disebut penetration pacifique.
f.Proses akulturasi
Akulturasi istilah yang dalam antropologi mempunyai beberapa makna acculturation, atau culture contact) ini semua menyangkut konsep mengenai proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur – unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribaian kebudayaan itu. Proses akulturasi memang sudaha ada sejak dahulu kala, tapi proses akulturasi dengan sifat yang khusus baru ada ketika kebudayaan – kebudayaan bangsa – bangsa Eropa Barat mulai menyebar ke daerah – daerah lain di muka bumi pada awal abad ke-15.
Setelah perang dunia II perhatian pada masalah akulturasi makin besar, dan metode – metode yang digunakan pun makin tajam. Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a.Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai;
b.Para individu pembawa unsur – unsur kebudayaan asing;
c.Saluran – saluran yang dilalui oleh unsur – unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima;
d.Bagian – bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh;
e.Reaksi para individu yang terkena unsur – unsur kebudayaan asing.
g.Proses asimilasi
Asimilasi. Asimilasi adalah suatu proses social yang terjadi pada berbagai goongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur – unsur kebudayaan golongan itu masing – masing berubah menjadi unsur – unsur kebudayaan campuran. Biasanya suatu proses asimilasi terjadi antara suatu golongan mayoritas dengan golongan minoritas.
Dari berbagai proses asimilasi yang pernah diteliti, diketahui bahwa pergaulan intensif saja belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati antara kedua golongan. Contohnya adalah orang Cina di Indonesia, yang meskipun telah bergaul secara intensif dengan penduduk pribumi bangsa Indonesia sejak beberapa abad, belum seluruhnya terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudyaan Indonesia. Sebaliknya, kurangnya toleransi dan simpati terhadap suatu kebudayaan lain umumnya disebabkan karena berbagai kendala, yaitu kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan pihak yang dihadapi, kekhawatiran atau kekuatan yang dimiliki kebudayaan tersebut, dan perasaan bahwa kebudayaanya sendiri lebih baik dari kebudayaan pihak yang dihadapi.
h.Proses inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber – sumber alam, energy, dan modal, serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu system produksi dari produk – produk baru. Dengan demikian inovasi adalah unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan.
Suatu proses inovasi tentu berkaitan erat dengan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses social yang melalui tahap discovery dan invention. Discovery adalah penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik suatu alat atau gagasan baru dari seseorang; discovery baru menjadi invention apabila suatu penemuan baru telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat.
Proses sejak discovery menjadi invention seringkali tidak hanya melibatkan seorang individu saja, tapi seringkali terdiri dari sejumlah pencipta yang membentuk serangkaian mata rangkai. Penemuan mobil, misalnya, diawali dengan pengembangan motor gas oleh S. Marcus dari Amerika dalam tahun 1875, walaupun system motor gas sebelumnay telah melalui berbagai tahap yang dikembangkan berbagai pencipta lain. Bentuk mobil yang kemudian berkembang sehingga menjadi salah satu alat yang terpenting dalam kehidupan masyarakat manusia sekarang ini, merupakan invention.
Pada saat penemuan menjadi invention, proses penemuan belm selesai. Walaupun sesudah tahun 1911 mobil berbagai suatu inovasi teknologi yang bernilai ekonomi mulai diproduksi, benda itu belum dikenal orang secara luas, sehingga perlu dilakukan propaganda.
Pendorong penemuan baru. Factor – factor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru ialah: kesadaran askan kekurangan dalam kebudayaan; mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; dan system perangsang bagi kegiatan mencipta. Penemuan seringkali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas dengan keadaan. Sebaliknya, mereka tidak tidak puas karena mereka melihat kekurangan kekurangan yang ad di sekelilingnya.
Inovasi dan evolusi. Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam rangka kebudayaan tempat penemuan tersebut terjadi, karena suatu penemuan baru jarang merupakan perubahan yang bersifat mendadak, yaitu dari tidak ada menjadi ada. Suatu penemuan baru umumnya merupakan suatu rangkaian panjang, yang mula – mula merupakan penemuan – penemuan kecil yang dihasilkan sejumlah pencipta. Dengan demikian proses inovasi (proses pembaruan teknologi ekonomi dan lanjutnya) itu merupakan suatu proses evolusi juga. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi, para individu berperan secara aktif, sedang dalam proses inovasi, para individu berperan secara pasif, bahkan seringkali negative. Karena kegiatan dan upaya individu itulah, maka suatu inovasi merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat daripada proses evolusi kebudayaan.
Sumber: Koentjotoningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H