Mohon tunggu...
Tria Nila Hifdziatin
Tria Nila Hifdziatin Mohon Tunggu... -

13410054\r\nMahasiswa Psikologi UIN MALIKI Malang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahasa

6 November 2014   01:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:31 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa. . ada yang tau nggak artian bahasa sendiri itu apa?

Dalam buku Kognisi Teori Aplikasi (Stephen. K. Reed, 2011) menyatakan bahwa bahasa adalah kumpulan dari simbol dan aturan untuk mengombinasikan simbol-simbol yang dapat menghasilkan berbagai kalimat yang tidak terbatas. Sebuah kalimat dapat dibagi menjadi frasa tata bahasa, kata, morfem, dan fonem. Di bangku SMA kita sudah mempelajari apa itu frasa, dan kata sendiri itu adalah bagian dari sebuah kalimat, dan Morfem sendiri itu adalah unit terkecil makna dan mencakup kata-kata batang(friend), awalan (un), dan akhirnya (iy). Dan sedangkan Fonem adalah bunyi dasar suatu bahasa.

Bayi yang baru lahir memiliki kemampuan untuk membedakan berbagai ujaran yang berbed, tapi kehilangan kemampuan in kerna mereka belajar untuk mengkategorikan suara kedalam kategori fonemik bahasa mereka. Dan kadang kita juga sering mengalami kesalahan dalam berbicara, nah kesalahan dalam tutur bicara ini menghasilkan konsistenan dengan organisasi hierarki bahasa. Pertukaran dua unit linguistik diganti untuk satu sama lain terjadi pada tingkat yang memiliki tingkat hierarki sama, menghasilkan pertukaran kata, pertukaran morfem, ataupun pertukaran fonem.

Salah satu pertanyaan utama yang telah membuat para psikolog tertarik dalam bidang bahasa adalah tentang cara seseorang belajar untuk berbicara dalam kalimat yang benar secara tata bahasa. Pandangan awal menyarankan bahwa anak-anak belajar mengasosiasikan kata-kata yang berdekatan dalam kalimat. Menurut pandangan ini, setiap kata berfungsi sevagai stimulus untuk kata yang mengikutinya. Ada beberapa masalah dengan teori ini, satu yang utama adalah seseorang harus belajar dalam jumlah yang tidak dibatasi asosiasi. Pandagan alternatif menggambarkan bahwa seorang anak belajar tata bahasa yang terjadi atas peraturan untuk menghasilkan kalimat-kalimat. Seperti waktu kita kecil, perkataan awal yang kita bisa adalah kata “ibu” dikarenakan kita juga menghabiskan waktu bersama ibu kita, jadi kita berussaha untuk bisa mengungkapkan kata itu, lalu seterusya kita mencoba/ belajar mengikuti perkataan ibu, atau seseorang yang berada disekitar kita, dan itu semua akan membentuk banyak kalimat.

Tata bahasa transformasional yang disusun oleh Chomsky menstimuluskan banyak penelitian seperti hal tersebutdapat menghitung hasil dari suatu kaimat dan aturan transformasi untuk mengubah sebuah kalimat mengubah sebuah kalimat menjadi kalimat yang berhubungan. Kata-kata spesifik dan fitur-fitur umum dari kata-kata membetikan peyunjuk tentang struktur gramatika kalimat. Sebuah model umumdari pemahaman kalimat mencakup perbaiksn dan pengenalan kats, mendapatkan kembali makna konseptual yang cukup diaktifkan oleh kata dan konteks sebelumnya, pengujian untuk menentukan apagah integrasi ini berhasil, dan memperbaiki kesalahan jika gagal. Psikologi telah sering menggunakan kalimat-kalimat ambigu untuk mempelajari pemahaman dan telah menemukan bahwa klarifikasi sematik menjelaskan untuk dapat memilihmakna yang tepat dari kata yang ambigu secara cepat meskipun kedua makna telah diaktifkan. Perbedaan setiap individu dalam menyelesaikan ambigualitas disebablan oleh perbedaan kemampuan pembaca untuk tetap mengaktifkan makna ganda dalam STM hingga menjumpai sebuah klarifikasi konteks dan kemudian menekankan makna yang tidak secara cepat.

Aspek bahasa yang memiliki aplikasi praktis langsung adalah perbedaan antara pernyataan dan implikasi. Sebuah kalimat yang hanya menyiratkan beberapa peristiwa yang mungkin memiliki dampak lebih besar sebagai kalimat yang menegaskan peristiwa ini secara langsung. Membuat orang menyadari perbedaan antara pernyataan tegas dan pernyataan tersirat merupakan hal yang sangat penting dalam ruang testimoni. Penelitian menggunakan stimulasi testimoni telah menemukan bahwa orang seringkali tidak membedakan atau tidak mengingat akan informasi apa yang hanya tersirat dan apa yang ditegaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun