Mohon tunggu...
Triani Retno
Triani Retno Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan editor lepas. Sejak tahun 2006 telah menghasilkan lebih dari 25 buku solo. takhanyanovel.blogspot.com | Twitter: @retnoteera.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tes Keperawanan Bagi Calon Siswi: Untuk Kepentingan Siapa?

25 Agustus 2013   04:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:51 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang, aku terusik ketika membaca berita tentang ini. Yang pertama-tama kubaca adalah yang di Prabumulih, Sumsel. Kemudian, temenku yang tinggal di Sumsel bilang, di Banyuasin juga. Selain itu ada juga di Pamekasan, Madura.

Tes keperawanan? Untuk apa, sih? Untuk siapa? Mereka yang mengatakan perlu melakukan tes keperawanan bagi calon siswi SMA beralasan itu untuk menekan perilaku seks bebas.

Well, aku setuju seorang  perempuan harus bisa menjaga keperawanannya. Hei, keperawanan bukan sesuatu yang bisa diobral, bukan sesuatu yang bisa dinikmati di luar pernikahan. Tapi, aku SANGAT TIDAK SETUJU dengan tes keperawanan seperti ini.

Alasanku?

1. Keperawanan itu kan masalah yang pribadi banget.

2. Tes seperti ini melecehkan perempuan.

3. Yang punya ide begini, mikir nggak sih gimana dampak psikologisnya ke anak-anak unyu yang baru akan masuk SMA itu? Gimana dampak psikologisnya bagi ortu mereka? Helooo! Tes keperawanan itu bukan kayak meriksa mata. Kebayang nggak sih gimana perasaan anak-anak unyu itu (dan ortu mereka) ketika harus membuka celana dalam di depan dokter? Lebih-lebih ini bukan atas keinginan sendiri.

Pemaksaan kehendak nggak sih yang seperti itu? Melanggar HAM nggak sih yang seperti itu?  Belum lagi beban yang harus ditanggung oleh anak-anak unyu (dan ortu mereka) jika terbukti tidak perawan. Memang, katanya nama akan dirahasiakan. Tapi perlakuan terhadap mereka tidak dirahasiakan, kan? Mereka tidak bisa masuk SMA yang mereka inginkan hanya gara-gara tidak perawan. Padahal bisa jadi keperawanan itu hilang bukan karena seks bebas. Kecelakaan, olahraga, atau malah pernah menjadi korban perkosaan.

4. Kalau ada tes keperawanan, kenapa tidak sekalian tes keperjakaan? Please, deh. Seseorang yang menjadi tidak perawan karena seks bebas pasti tidak melakukannya seorang diri, kan? Pasti ada laki-laki yang menyebabkan si perempuan menjadi tidak perawan. So, kenapa hanya perempuan yang diperiksa, diobok-obok, dan diberi sanksi? Kenapa yang laki-laki tidak?

5. Pembatasan hak perempuan untuk mendapat pendidikan setara dengan laki-laki.

6. Anggarannya dari mana? APBD? APBN? Sebagai rakyat yang membayar pajak (royalti buku langsung dipotong pajak 15%, makan di resto kena pajak, nabung di bank kena pajak dsb), aku keberatan uang yang kuberikan pada negara dipakai untuk hal seperti ini.

7. Kalau untuk mencegah perilaku seks bebas, bukan dengan melakukan tes keperawanan yang rawan pelecehan begini. Pakailah cara yang lebih smart, lebih elegan, lebih bermoral, lebih bermartabat. Masukkan materi ini dalam pelajaran. Beri penjelasan kepada siswa-siswi tentang bahaya seks bebas. Agar lebih nyaman, pelajaran seperti ini bisa disampaikan di kelas terpisah antara murid perempuan dan laki-laki. Beri penjelasan secara logis. Gunakan pendekatan ilmiah dan agama. Bukan dengan menakut-nakuti, apalagi mengintimidasi mereka.

Aku cinta Indonesia.

Right or wrong is my country? Tidak. Kalau wrong tetap harus diluruskan. Cinta tidak buta. Love is not blind (novel Bila Mencintaimu Indah, halaman 186).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun