Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jawaban Ilmiah Mengapa Manusia Suka Anabul

22 Oktober 2024   14:31 Diperbarui: 23 Oktober 2024   12:56 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anabul-anabul bikin gemas | Sumber: Desain pribadi

Ketertarikan manusia terhadap hewan peliharaan berbulu (anabul) dapat ditelusuri dari berbagai aspek, mulai dari penampilan fisik hingga sifat yang dimiliki oleh hewan tersebut. Salah satu faktor utama yang menarik perhatian manusia adalah penampilan fisik hewan berbulu. 

Penelitian menunjukkan bahwa manusia cenderung lebih menyukai hewan dengan fitur wajah yang dianggap 'imut', seperti mata besar, wajah bulat, dan ukuran kecil (Kellert, 1993). Fitur-fitur ini sering kali ditemukan pada hewan berbulu seperti kucing dan anjing, yang membuat mereka lebih menarik di mata manusia.

Selain penampilan, sifat dan perilaku hewan berbulu juga memainkan peran penting dalam ketertarikan manusia. Banyak hewan peliharaan berbulu, seperti anjing dan kucing, memiliki sifat yang ramah dan bersahabat, yang membuat mereka mudah dijadikan teman. 

Menurut penelitian oleh Animal Behavior Society, interaksi positif antara manusia dan hewan peliharaan dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin, yang dikenal sebagai 'hormon cinta'. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran hewan peliharaan berbulu dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat antara manusia dan hewan.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap ketertarikan ini adalah kemudahan perawatan dan kemampuan hewan berbulu untuk beradaptasi dengan lingkungan manusia. Banyak hewan berbulu, terutama anjing dan kucing, telah dijinakkan selama ribuan tahun dan telah beradaptasi dengan baik terhadap kehidupan bersama manusia.

Sebagai contoh, anjing dikenal sebagai hewan yang setia dan loyal, sementara kucing sering kali dianggap sebagai hewan yang mandiri namun tetap dapat memberikan kenyamanan bagi pemiliknya. Hal ini menjadikan hewan-hewan ini sebagai pilihan yang populer di kalangan masyarakat sebagai hewan peliharaan.

Dalam konteks budaya, hewan berbulu juga sering kali dihubungkan dengan simbol-simbol positif. Banyak budaya di seluruh dunia menganggap hewan berbulu, seperti kucing, sebagai simbol keberuntungan dan perlindungan. 

Misalnya, di Jepang, kucing 'maneki-neko' dianggap membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap hewan berbulu tidak hanya bersifat individu, tetapi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat.

Mengapa Video Anabul Mudah Viral di Era Social Media?

Dalam era digital saat ini, video hewan peliharaan berbulu telah menjadi salah satu konten yang paling banyak ditonton di platform media sosial. Menurut data dari YouTube, video hewan peliharaan memiliki lebih dari 100 juta tampilan setiap hari, dan kategori ini terus berkembang pesat (YouTube, 2022). 

Ketertarikan ini dapat dijelaskan melalui beberapa faktor, termasuk faktor hiburan, emosional, dan pendidikan.

Pertama, faktor hiburan adalah salah satu alasan utama mengapa orang tertarik menonton video hewan peliharaan berbulu. Video yang menampilkan tingkah laku lucu dan menggemaskan dari hewan peliharaan dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penontonnya. 

Menurut penelitian oleh the Journal of Consumer Research, menonton video lucu dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres (Lerner et al., 2015). Dengan demikian, video hewan peliharaan berbulu tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan manfaat psikologis bagi penontonnya.

Kedua, video hewan peliharaan berbulu sering kali memicu respons emosional yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa melihat gambar atau video hewan dengan ekspresi wajah yang menggemaskan dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin, yang berkontribusi pada perasaan cinta dan keterikatan (Nagasawa et al., 2009). Ini menjelaskan mengapa banyak orang merasa terhubung secara emosional dengan hewan peliharaan yang mereka lihat di media sosial. 

Respons emosional ini sering kali mendorong orang untuk berbagi video tersebut dengan teman-teman mereka, sehingga menciptakan efek viral yang semakin memperluas jangkauan konten tersebut.

Ketiga, video hewan peliharaan berbulu juga berfungsi sebagai sumber pendidikan. Banyak video yang tidak hanya menampilkan tingkah laku lucu, tetapi juga memberikan informasi tentang cara merawat hewan peliharaan dengan baik. 

Misalnya, beberapa saluran di YouTube menawarkan tips tentang pelatihan anjing atau perawatan kucing, yang dapat membantu pemilik hewan peliharaan baru untuk memahami kebutuhan hewan mereka. 

Hal ini menunjukkan bahwa video hewan peliharaan tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan nilai tambah dalam hal pengetahuan dan pendidikan.

Selain itu, faktor komunitas juga berperan dalam ketertarikan terhadap video hewan peliharaan berbulu. Banyak orang merasa bahwa menonton dan berbagi video hewan peliharaan adalah cara untuk terhubung dengan orang lain yang memiliki minat yang sama.

Komunitas online yang dibangun di sekitar hewan peliharaan sering kali menciptakan rasa kebersamaan dan dukungan di antara anggotanya. Sebuah studi oleh Pew Research Center menemukan bahwa 59% orang dewasa di AS percaya bahwa media sosial membantu mereka terhubung dengan orang lain yang memiliki minat yang sama (Pew Research Center, 2021). 

Ini menunjukkan bahwa video hewan peliharaan berbulu dapat menjadi jembatan untuk membangun hubungan sosial yang lebih kuat.

Ditambah lagi, ketertarikan terhadap video hewan peliharaan berbulu juga dapat dipengaruhi oleh faktor algoritma di platform media sosial. Algoritma ini dirancang untuk menampilkan konten yang relevan dan menarik bagi pengguna, berdasarkan interaksi sebelumnya. 

Dengan banyaknya orang yang menonton dan berbagi video hewan peliharaan, algoritma akan semakin memprioritaskan konten tersebut, menciptakan siklus di mana video hewan peliharaan terus mendapatkan perhatian yang lebih besar. 

Hal ini menjelaskan mengapa konten ini terus berkembang dan menarik banyak perhatian dari masyarakat.

Jadi, jika Anda sedang berkepentingan untuk mempromosikan bisnis rumahan Anda namun terhalang oleh budget iklan yang terbatas, menunggangi konten-konten anabul seringkali bisa menjadi solusi untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Siap mencoba?

Referensi:

  • Kellert, S. R. (1993). The Biological Basis for Human Values of Nature.
  • Lerner, J. S., et al. (2015). The Effect of Humor on Mood and Stress.
  • Nagasawa, M., et al. (2009). Dogs Can Mediate Human Social Bonding.
  • Pew Research Center. (2021). Social Media Use in 2021
  • YouTube. (2022). YouTube Trends: Pet Videos.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun