Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengajari Anak Delay Gratification di Dunia Serba Instan

18 Januari 2024   07:45 Diperbarui: 18 Januari 2024   11:43 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Delay gratification, juga dikenal sebagai penundaan kepuasan, merujuk pada kemampuan untuk menahan godaan kenikmatan segera dengan harapan mendapatkan imbalan yang lebih berharga di masa depan. Dalam bahasa lain, delay gratification adalah proses menunda imbalan/hadiah segera untuk mendapatkan imbalan/hadian/balasan yang lebih besar atau lebih berharga di kemudian hari. 

Kemampuan untuk menunda kenikmatan penting untuk pengaturan diri, atau kendali diri, dan dianggap sebagai keterampilan hidup yang esensial. 

Delay gratification telah dikaitkan dengan sejumlah keterampilan lain, termasuk keterampilan sosial yang lebih baik, pencapaian akademis yang lebih tinggi, dan regulasi emosional yang lebih baik.

Namun semakin ke sini, tampaknya kemampuan kita untuk melakukan delay gratification semakin menipis, apalagi generasi yang sejak mereka lahir sudah terpapar oleh teknologi yang memungkinkan mereka mendapatkan secara instan apa yang mereka mau.

Anda dan saya pasti merasakan, otak kita semakin tidak terlatih menahan barang sebentar apa-apa yang kita perlukan disebabkan teknologi yang memang memudahkan semua. Cari informasi A, langsung dapat, butuh hiburan model B langsung bisa dicari, beberapa menit dinikmati kok ternyata tidak sesuai, bisa di-swipe terus menerus sampai menemukan sesuai dengen selera kita. Semua bisa dilakukan hanya dari ongkang-ongkang kaki bahkan rebahan di atas kasur.

Padahal, penelitian menemukan korelasi antara delay gratification dan berbagai hasil positif, termasuk akumulasi kekayaan, kesuksesan karier, dan pekerjaan sukarela.

Selain itu, studi telah menunjukkan bahwa kemampuan menunda kenikmatan sangat berkorelasi dengan kesuksesan akademis dan kesehatan mental, yang keduanya terkait dengan kebahagiaan.

Delay gratification juga dapat membentuk rasa empati dan tanggung jawab terhadap masyarakat lebih luas, berkontribusi pada masyarakat yang lebih berbelas kasih dan peduli.

Selain itu, hasil penelitian telah menunjukkan bahwa delay gratification dapat memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan kebahagiaan. Kemampuan untuk menunda kenikmatan terkait dengan kepuasan hidup, kebahagiaan, dan kesejahteraan mental yang lebih besar.

Dengan mampu menahan imbalan segera demi tujuan jangka panjang yang lebih besar, individu dapat merasakan rasa pencapaian, tujuan, dan kendali diri, yang semuanya terkait dengan hasil kesehatan mental yang positif.

Jika dibuat senarai, delay gratification menawarkan beberapa manfaat praktis, antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun