Pengaruh teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin terasa signifikan dalam dunia kerja, mengubah cara individu dan perusahaan menyelesaikan tugas sehari-hari. Meskipun AI telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaan, namun dampaknya terhadap lapangan kerja global menjadi perhatian serius, seperti yang disampaikan oleh Kristalina Georgieva, Ketua Dana Moneter Internasional (IMF).
Menurut Georgieva, AI dianggap akan mempengaruhi hingga 40 persen lapangan kerja global di masa depan. Hal ini menciptakan ketidakpastian di kalangan pekerja yang khawatir pekerjaan mereka dapat digantikan oleh teknologi. IMF mencatat bahwa hampir 40 persen pekerjaan di seluruh dunia telah terpapar oleh penggunaan AI, dengan prediksi peningkatan yang lebih besar di negara-negara maju.
Namun, sejauh mana kecanggihan AI dapat mempengaruhi pekerjaan bergantung pada sektor dan lokasi geografis. Pekerja kantoran dianggap memiliki risiko lebih besar terdampak AI dibandingkan dengan pekerja sektor kasar. IMF juga mencatat bahwa negara-negara maju lebih rentan terhadap pengaruh AI, di mana lebih dari separuh pekerjaan dapat dijalankan oleh teknologi ini.
Namun, situasi di Indonesia saat ini masih tergolong minim dalam adopsi teknologi AI. Managing Partner Skystar Capital, Abraham Hidayat, menekankan bahwa perusahaan di Indonesia masih dalam tahap pencarian bentuk AI yang sesuai dengan konteks lokal. Meskipun demikian, Indonesia sebagai pemakai AI harus bersiap menghadapi dampaknya terhadap lapangan kerja, meskipun perkembangannya masih membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun.
Dalam konteks global, IMF memberikan peringatan terkait potensi AI dalam memperburuk kesenjangan masyarakat. Pekerja yang mampu mengembangkan dan memahami penggunaan AI akan lebih mampu bertahan dalam pasar kerja, sementara yang hanya memiliki pemahaman dasar atau bahkan tidak mengikuti perkembangan akan berisiko menjadi pekerja kelas bawah.
Melihat potensi dampak negatif AI, IMF memberikan beberapa saran kepada pemerintah dan masyarakat. Pelatihan keterampilan dasar bagi tenaga kerja dianggap perlu untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi. IMF juga menekankan pentingnya regulasi yang kuat terkait aplikasi AI agar dapat diintegrasikan dengan baik dalam konteks masing-masing negara.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) memang memberikan kemajuan dalam berbagai bidang, namun juga dapat mempengaruhi beberapa jenis pekerjaan yang cenderung terotomatisasi. Berikut adalah 20 jenis pekerjaan yang berpotensi terancam punah dengan adanya teknologi AI:
1. Pekerjaan Rutin Administratif: Tugas-tugas administratif yang bersifat rutin dan dapat diotomatisasi, seperti pengisian formulir dan pengarsipan data.
2. Operator Pabrik: Pekerjaan operator mesin dan pabrik yang dapat digantikan oleh sistem otomatisasi dan robotika.
3. Teller Bank: Pekerjaan teller yang melibatkan transaksi keuangan sederhana dapat tergantikan oleh layanan perbankan digital.