Sekitar dua pekan lalu, tepatnya 24 Januari 2021, saya berkesempatan mendapatkan vaksin booster. Jenisnya AstraZeneca. Apa yang saya rasakan?
Sebelum bercerita tentang efek vaksin ini pada saya, perlu juga kiranya saya menceritakan kondisi sebelum saya divaksin booster ini agar kondisi komplit dapat ditangkap dan menjadi gambaran bagi Anda yang masih ragu melakukan vaksinasi booster, apalagi masih parno divaksin.
Saya mendapatkan vaksin pertama dan kedua berjenis Sinovac pada tanggal 5 Maret 2021 dan 19 Maret 2021. Data itu saya ambil dari tampilan sertifikat telah divaksin di aplikasi Pedulilindungi.Â
Saat dilakukan kedua vaksin tersebut, nyaris tidak ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang signifikan. Tidak ada demam, pusing, atau yang lainnya. Saya masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa dan berolahraga sesuai dengan jadwal.
Saya memiliki kebiasaan olahraga yang cukup teratur. Sedikit tips dan cerita pernah saya tuliskan di artikel Setahun Memakai Smartwatch, Benarkah Semakin Sehat? Teratur yang saya maksud di sini tentu versi saya sendiri: orang kantoran yang perlu mengurus dua anak kecil hanya dengan istri tanpa ada bantuan dari asisten rumah tangga. Teratur di sini setidaknya jogging 3-5 kilometer tiga kali per pekan ditambah olahraga-olahraga lainnya.
Untuk urusan makan, saya termasuk tidak terlalu melakukan diet khusus. Apa yang ada dan tersaji di meja makan itu yang saya konsumsi. Dan jika pun sedang ingin menu khusus atau jajan di luar, tidak segan saya memesannya tanpa perlu memikirkan kandungan gizi dan nutrisi ini itu. Makan ya makan saja.
Jadwal tidur saya juga relatif teratur, berangkat ke tempat tidur sekira pukul 9 atau 10 malam dan terbangun menjelang subuh atau pas subuh.
Saya juga cukup rutin melakukan donor darah setiap 3-4 bulan sekali dalam dua tahun terakhir.
Dengan background kehidupan seperti ini, bagaimana efek vaksin booster yang saya rasakan?
Kondisi awal pas hari divaksin, saya sedang dalam kondisi berpuasa. Saya agak lupa ada jadwal vaksinasi dari kantor.Â