Menjelang subuh aku terbangun sendiri
Kuraba jeding bersumber dari sungai
Tak ada pancuran wudu di sini
Hanya gayung dengan air segar dingin sekali
"Mas, ini sajadahnya buat besok. Kucari-cari ternyata masih ada di dasar lemari,
-Kemarin sebelum tidur, tuan rumah menitipkan pesan begini:-
Sisa milik ibu yg sudah lama tak dipakai."
Kugelar sajadah itu selepas bersuci sendiri
Sujud dan bertafakur melihat ke diri
Di tengah desa yg baru pertama kali ku hampiri
Tak ada suara azan di sini
Gantinya adalah sayup-sayup mantra silih berganti
Aku tak tahu artinya apa, yang jelas daya magisnya sampai ke hati
Mantra itu mengikutiku di belakang saat sujud di atas bumi
Alunan ritmisnya berdesakan dengan wirdul latif
Tak pernah terbayangkan bisa menyatu, tapi jelas keduanya untuk Tuhan sawiji
***
Matahari semakin menerangi bumi
Ayam berkokok memulai pagi
Ini bukan gambaran artifisial elegi
Tapi memang inilah desa sejati
Aku benar duluan menyambut pagi
Tapi mereka gesit juga seperti mau lari
Para tuan rumah yang baik hati
Memulai hari dengan jampi
Dupa dinyalakan menggunakan api
Diantarkan bareng dengan sesaji
Khidmat khusuk mengunjungi diri
Yang sedang berhadapan dengan Hyang Widhi
Kucium aroma dupa yang wangi
Menyatu dengan dinginnya pagi
Dan suasana magis yg menyelimuti
Mulainya denyut desa ini
Kulongok keluar suasana sunyi
Setiap rumah sudah tampak gerak-gerik penghuni
Rumah yg taat Asta Kosala Kosali
Dan penghuni yg taat darma bhakti