Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Memanfaatkan Teknik KonMori untuk Merapikan Barang Koleksi Anda

5 Mei 2021   18:05 Diperbarui: 6 Mei 2021   15:55 2429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu-satunya hobi saya mengoleksi barang adalah mengoleksi buku | Dok. pribadi

Nama Marie Kondo sudah masyhur sebagai salah satu top-of-mind dalam hal seni merapikan barang. Marie Kondo mencetuskan teknik merapikan barang-barang kita di rumah yang kemudian diberi nama KonMori. Diambil dari nama depan dan belakangnya dengan pelafalan ala Jepang. Marie Kondo memang berasal dari Jepang.

Marie Kondo memang memiliki hobi membaca majalah interior sejak kecil. Kini, Ia telah menjadi konsultan "merapikan barang" yang diundang oleh berbagai pihak, baik orang pribadi maupun perusahaan. 

Dalam bukunya, The Life-Changing Magic of Tidying Up, ia menjelaskan bahwa aktivitasnya sekarang adalah berkeliling dari rumah ke rumah atau dari satu kantor ke kantor lainnya. Tujuannya adalah memberikan nasihat praktis bagaimana cara berbenah, bersih-bersih, dan beres-beres rumah yang baik sehingga menjadi lebih rapi.

Memang tampak sepele, namun ternyata kondisi rumah yang tidak bersih terbukti mempengaruhi performa orang di dalamnya. 

Berdasarkan jam terbang praktiknya yang tinggi bertemu beragam klien dan mendengarkan keluh kesah mereka, Marie Kondo menceritakan kesimpulannya bahwa:

Dengan menata ulang rumah kita secara menyeluruh, gaya hidup dan perspektif kita akan ikut berubah drastis. Kehidupan kita niscaya mengalami transformasi besar-besaran.

Teknik ini juga bisa digunakan untuk merapikan barang-barang koleksi kita.

Saya kira setiap kita pasti memiliki hobi mengoleksi barang. Saya sendiri hobi mengoleksi buku karena saya suka membaca dan belajar. Namun pada titik tertentu, tumpukan buku yang menggunung dapat mengganggu juga. Apalagi dari segi fungsionalitas, kadang barang koleksi kita sudah tidak terlalu berfungsi atau kita sebenarnya memiliki barang sejenis/mirip yang seharusnya tidak kita simpan dobel-dobel.

Maka, teknik KonMori ini dapat juga untuk kita pakai untuk merapikan barang-barang koleksi kita. Teknik ini berguna jika koleksi Anda sudah banyak dan mulai mengganggu serta berpikiran untuk coba "merapikan" dan membersihkan agar lebih teratur dan rapi.

Berikut ini aturan main yang disarankan Marie Kondo yang pernah saya coba dan sesuaikan dengan kondisi:

1. Sediakan Waktu Khusus untuk Berbenah Sekaligus!

Marie Kondo tidak menganjurkan beres-beres dengan cara dicicil. Kita harus menyediakan waktu khusus untuk beres-beres sekaligus dalam satu waktu. 

Maka dari itu kita perlu mengalokasikan satu waktu khusus untuk berbenah. Bisa di akhir pekan, atau saat ada waktu kosong yang kira-kira cukup untuk membereskan sekaligus.

2. Tanamkan Pikiran Default bahwa Anda akan Membuang Semuanya!

Yup, memang agak sadis tapi inilah saran yang diajukan pertama kali oleh Marie Kondo. Kita harus menanamkan pikiran bahwa kita akan "membereskan" dan membuang semuanya! Mind set awal ini berguna untuk meringankan pikiran dan melanjutkan ke tahap selanjutnya.

3. Visualisasikan Apa yang Anda Inginkan

Bayangkan apa tujuan akhir yang Anda inginkan dari berberes barang koleksi? Apakah memilih menampilkan yang paling favorit; apakah ingin menyortir barang yang sudah usang; atau ingin menyimpan di gudang saja dan menampilkan beberapa saja di tempat memajang?

Bayangkan dan visualisasikan tujuan akhir yang Anda inginkan!

3. Mulai Menyortir

Sebagian koleksi yang 'saya timbun' di perantauan dan belum mengalami proses sortir. | Dok. pribadi
Sebagian koleksi yang 'saya timbun' di perantauan dan belum mengalami proses sortir. | Dok. pribadi

Kita mulai memasuki fase yang paling krusial: tetap mempertahankan dan menyimpannya, atau mulai menyingkirkannya entah dengan memberikan kepada orang lain atau menjualnya.

Jangan mulai menyortir dari barang-barang sentimental dan mengandung emosional yang tinggi. Sebab ini akan menggagalkan Anda berbenah. Ada fase khusus nanti di akhir tahapan berbenah.

Gunakan 'kriteria' sederhana untuk menentukan: yang membangkitkan kegembiraan berarti pertahankan dan simpan; dan sebaliknya, yang tidak membuat gembira maka singkirkan.

Lakukan hal ini per kategori. Jika koleksi buku, saya melakukan per kategori semisal buku bisnis, buku sosial, buku fiksi, dll. Atau jika koleksi baju, mungkin bisa menggunakan kategori baju santai, gaun, baju jalan-jalan, dll.

Inilah biasanya fase yang paling sulit. Untuk memutuskan membuang dan tidak, seringkali kita akan berurusan dengan sisi intuisi dan sisi rasional. 

KonMori menganjurkan pertimbangan yang lebih digunakan adalah pertimbangan intuisi: mana yang membuat Anda bahagia. Sebab, pada dasarkan kita mengoleksi barang-barang tertentu dengan tujuan membuat hati kita semakin riang gembira. Bukan sebaliknya.

Bagaimana jika sisi rasional kita berkata lain? Solusinya adalah mempertanyakan kembali apakah barang tersebut benar-benar bermanfaat untuk kehidupan kita? Apakah barang itu akan lebih berguna jika kita berikan kepada orang lain atau menjualnya saja.

Fase ini adalah fase Anda berdialog dengan diri sendiri. Menggembirakan atau tidak, penting atau tidak, benar-benar berguna atau tidak, dan pertimbangan-pertimbangan lain yang hanya Anda yang tahu jawabannya.

Sekali lagi, saran dari Marie Kondo yang paling utama adalah: mana yang paling terus membangkitkan kegembiraan Anda jika tetap menyimpan dan mempertahankannya?

4. Akhiri dengan Barang Koleksi yang Paling Sentimental

Ini adalah fase yang paling berat. Saya memahami karena saat saya mempraktikkan, saya juga mengalami proses ini. Kita sering susah sekali memutuskan untuk membuang sesuatu yang memiliki banyak kenangan, namun sebenarnya kita sudah tidak terlalu membutuhkan.

Solusinya adalah dengan memperbaiki cara pikir kita terlebih dahulu. Bahwa yang lalu biarlah berlalu. Masa lalu, seindah apapun itu sudah tidak bisa dijalani kembali jika itu malah menimbulkan kesedihan atau kenangan buruk. 

Maka yang kita pertahankan adalah barang-barang koleksi yang membuat kita selalu gembira, karena itu yang lebih berguna untuk kehidupan kita kedepannya.

Dengan menata kembali pemahaman, kita akah terbantu untuk 'menghadapi' barang koleksi yang bersifat emosional untuk lebih mudah memutuskan akan tetap mempertahankan atau menyingkirkan.

Solusi lainnya adalah dengan mempertanyakan, kita sebenarnya membutuhkan kenangannya saja atau memang barangnya? Kadang kita hanya perlu kenangannya saja agar kita terus ingat, dan tidak terlalu membutuhkan barangnya. 

Maka solusinya adalah cukup memfoto dan mengabadikan barang tersebut dalam bentuk lain yang bisa lebih mudah disimpan sekaligus mudah untuk dilihat kembali untuk membangkitkan memori kita.

Dengan "menyimpan" dalam bentuk foto, sebenarnya itu sudah cukup tanpa perlu menyimpan betulan barangnya. Sebab ternyata kita hanya perlu getaran sensasi memorinya alih-alih terhadap barangnya.

***

Satu-satunya hobi saya mengoleksi barang adalah mengoleksi buku | Dok. pribadi
Satu-satunya hobi saya mengoleksi barang adalah mengoleksi buku | Dok. pribadi

Inilah langkah-langkah yang dapat kita gunakan dan pertimbangkan untuk "mengatur" kembali barang koleksi kita. Punya hobi mengoleksi barang memang menyenangkan. Kumpul, simpan, kumpul, simpan, dan seterusnya. Pada titik tertentu saat koleksi semakin menumpuk, seringkali bukannya membuat senang malah membikin pening.

Anda tertarik untuk mulai "merapikan" barang-barang koleksi Anda? Semoga tip ini bermanfaat. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun