Buat saya, bersepeda artinya kegembiraan. Entah mengapa, saya memiliki memori menyenangkan saat bersepeda. Mungkin ekstase dulu saat berhasil menguasai skill bersepeda benar-benar membekas karena perjuangan yang tidak ringan. Harus terjatuh, pinjam sepeda ke teman, dan bahkan masuk selokan saat jam (terbang) bersepeda belum tinggi.
Karena kesenangan ini, saya selalu pernah bersepeda saat berangkat ke sekolah, baik saat SD, SMP, SMA, bahkan pergi kuliah ke kampus.
Saat bekerja pun saya selalu pernah menempuh perjalanan berangkat-pulang dengan bersepeda #biketowork, di beberapa tempat bekerja di beberapa kota.
Sebenarnya saya punya keinginan untuk melakukan touring dengan bersepeda keliling Indonesia, tapi entah kapan bisa terlaksana. Untuk sekarang, saya mulai membiasakan dan mengeset sepeda saya untuk mendukung aktivitas harian. Ini juga sebagai upaya dan tanggung jawab ikut mengurangi polusi.Â
Karena saya sadar juga bahwa udara berpolusi itu tidak enak dan udara segar adalah sebuah kenikmatan tiada tara.
Di bulan ramadan pun, saya sempatkan bersepeda tapi tidak di siang hari. Biasanya saya curi waktu di malam hari untuk bersepeda sekadar ke minimarket depan komplek rumah, atau berputar-putar untuk berolahraga ringan sekaligus 'menciptakan' kegembiraan untuk diri saya sendiri.
Sebab, buat saya bersepeda adalah kegembiraan. Memori kegembiraan masa kecil saya dulu bisa saya akses kembali dengan bersepeda. Tak perlu sepeda mahal: cukup enak digowes, bisa digunakan sehari-hari, dan ergonomis di badan, sudah cukup.
Di bawah ini saya merekam aktivitas bersepeda di malam hari bulan ramadan. Itung-itung aktivitas fisik dan olahraga ringan agar kebiasaan olahraga saya tetap terjaga. Maklum kalau pas puasa saya menahan diri untuk melakukan jogging atau gowes di siang hari.
Bagaimana, kapan terakhir kali Anda bersepeda? Masih kuat menempuh jarak jauh?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H