Saat berbuka puasa pun demikian. Ia mengawali berbuka dengan menyantap buah dan sayur. Minumnya segelas air putih atau ramuan sendiri dengan menyeduh campuran jahe, ketumbar, dan kunyit. Bisa juga dengan membuat jus buah tanpa tambahan gula.
"Makan besar" biasanya dilakukan beberapa saat setelah magrib. Bisa menjelang atau setelah tarawih.
Makan besar pun "dijaga" dengan aturan food combining tadi. Mengusahakan diri mengkonsumsi makanan yang sedikit diolah dan kombinasi bahan yang sesuai dengan cara kerja lambung.
Menurut pengakuan istri saya, cara ini efektif mengerem sakit asam lambungnya dan membuat badan kembali fit dan bugar. Meski berat badannya belum masuk obesitas, tapi keinginannya menjaga berat badan "ideal" saat ia masih muda dan bugar dulu tampaknya dapat ditempuh dengan pola makan sehat ala food combining ini.
Sebagai personel yang biasanya "bekerja" di dapur, istri saya sebenarnya juga lebih ringan menyiapkan makanan ala food combining. Sebab cukup mengupas, membersihkan, dan mengolah sedikit saja. Tidak perlu sampai berjam-jam memasak ala masakan-masakan yang sering kita konsumsi biasanya.
Proses "memasak singkat" ini juga yang dapat mempertahankan gizi dan nutrisi bahan makanan, alih-alih menambahi rasa ini itu dari aneka bumbu yang malah menghilangkan kandungan nutrisi yang sudah diberikan Tuhan melalui bahan makanan.
Selain itu, menurut testimoni para praktisinya, diet ini juga efektif dan ampun mengembalikan berat badan dalam posisi ideal.
Bagaimana, tertarik mencoba pola makan sehat food combining?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H