Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Memahami Big Data agar Tak Salah Kaprah

1 Februari 2021   17:17 Diperbarui: 2 Februari 2021   03:30 2259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini banyak sekali yang menggunakan term big data sebagai bagian dari diksi yang dipakai untuk berbicara ataupun memberikan pidato, baik oleh pihak institusi swasta maupun oleh para pejabat publik. 

Jika sudah menggunakan diksi big data, pembicaraan tampak advance dan seakan-akan makin seksi. Segendang sepermainan dengan diksi Revolusi Industri 4.0, Artificial Intelegence, dan Machine Learning. Namun sayangnya saat kita perhatikan, banyak sekali miss leading saat mengelaborasi apa itu big data.

Agar mendapat pemahaman yang komprehensif, saya mencoba mengelaborasi dari apa yang telah saya pelajari dengan bahasa yang lebih udah dipahami.

Big data adalah sebuah keniscayaan di kala semua aktivitas kita sehari-hari telah terekam di penyimpanan cloud dengan pintu masuknya adalah segala gadget yang kita pegang, baik itu ponsel maupun laptop. Hal ini menjadi mungkin di kala terjadi pertemuan antara tingkat perekonomian suatu masyarakat semakin baik harga perangkat cerdas semakin murah. 

Saat di dalamnya di-install aplikasi semisal media sosial, alat perekam aktivitas fisik, dan sejenisnya. Maka BOOM... timbunan data itu menjadi nyata. Inilah awal mula BIG DATA, sebuah landscape dokumentasi informasi yang berbeda jauh sebelum era internet.

Dalam perkembangannya, konsep big data ini kemudian diadopsi oleh perusahaan-perusahaan private dalam rangka mengefisienkan kinerja demi mendulang keuntungan yang lebih besar. 

Melihat benefit dan potensi yang bisa dihasilkan oleh olah data dari big data, maka institusi publik didorong untuk memanfaatkannya juga sehingga muncullah jargon-jargon big data oleh para birokrat dan pejabat.

Sebenarnya apa yang dikatakan big data merupakan sebuah kumpulan data dalam jumlah yang sangat sangat besar (sangatnya sampai dua kali karena memang tidak terbayangkan sebelum adanya era big data) yang terdiri dari data terstruktur (structured), semi terstruktur (semi-structured), tidak terstrukstur (unstructured), data internal, data eksternal, dan data dinamis (dynamic data). 

Algoritma big dibangun dengan coding yang rumit | sumber: unsplash
Algoritma big dibangun dengan coding yang rumit | sumber: unsplash

Bentuk data ini bisa bermacam-macam, mulai dari teks, gambar, audio, video, percakapan di sosial media, aktivitas/log, hingga apapun kemungkinan data yang bisa terjadi. Yang kesemuanya itu tidak dapat ditangani oleh metode tradisional relational database seperti biasa atau software yang pada umumnya kita gunakan (diistilahkan sebagai legacy software).

Maka jika ada orang yang ngomong big data tapi bisa diselesaikan dengan (misal) Microsoft Excel saja, artinya itu belumlah big data!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun