Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bagaimana Sebenarnya Pesan Mbah Moen Soal Habib Rizieq?

7 Agustus 2019   15:18 Diperbarui: 7 Agustus 2019   15:26 3359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar twit dari akun @stakof

Sebagaimana kita ketahui bersama, kemarin pagi waktu Mekah telah berpulang ke hadirat Allah SWT, ulama kharismatik sekaligus Mustasyar PBNU, KH Maemoen Zoebair atau biasa dipanggil Mbah Moen. Riuh rendah ucapan bela sungkawa kemudian mengalir dari seluruh penjuru tanah air. Perasaan kehilangan akan tokoh panutan kental terasa dalam unggahan warganet melalui akun sosial media mereka.

Tak tekecuali unggahan Hidayat Nur Wahid (HNW), Wakil Ketua Majlis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sekaligus Wakil Ketua MPR RI 2014-2019, di akun twitternya. Terpantau, HNW mengunggah dua twit yang disertai dengan link portal berita untuk mendukung apa yang ingin disampaikannya.

Di twit kedua HNW menyampaikan, "Pengasuh Ponpes alHikam, Depok, KH DR Abdi Kurnia Johan, Ungkap Pesan Almarhum Mbah Moen (KH Maemon Zoebair), Soal Habib Rizieq Syihab; Agar Menghormatinya dan Tidak Membencinya." disertai dengan sebuah tautan ke portal berita swamedium.com

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi
Jika diikuti ke halaman yang dirujuk oleh HNW, di dalamnya memuat sebuah gambar meme dengan foto ilustrasi KH Maemoen Zoebair yang diikuti dengan berita yang kesimpulannya kira-kira mirip dengan apa yang ditwitkan oleh HNW.

Dalam portal itu disebutkan bahwa Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Depok, Jawa Barat Ustaz Dr. Abdi Kurnia Johan mengungkapkan pesan KH Maimun Zubair atau Mbah Moen (allahuyarham) tentang sosok Habib Rizieq Syihab (HRS),

"Ndok, Habaib itu jangan dikatai-katai, darah mereka ada darah Rasulullah, Habib Rizieq itu wali, jangan dimusuhi."

Sontak saja twit ini kemudian ramai diperbincangkan oleh warganet di Twitter. Hingga tulisan ini dibuat setidaknya sudah ada 500an kali retwit dan 1600an kali like. Namun bagaimana sebenarnya terkait pernyataan tersebut?

Pihak-pihak yang merasa menjadi santri dari Mbah Moen merasa keberatan dan kemudian melakukan konfirmasi kebenaran atas pernyataan tersebut. Benar saja, tidak lama kemudian, muncul pernyataan dari pihak yang disebutkan menyampaikan pesan Mbah Moen tadi, "Saya simpulkan, meme yang mengatasnamakan saya itu hoax."

Secara lengkap, Abdi Kurnia Johan menyampaikan melalui akun facebooknya,

"Terkait beredarnya meme ttg Perkataan Terakhir Syaikhona Maimun Zubair. Saya coba periksa apa saya pernah tulis pada tahun 2016 itu, di lini masa. Berkali2 saya periksa linimasa gak ditemukan.

Ada kemungkinan, tulisan itu diambil dari chat saya dg seseorang di inbox pada th 2016. Saya hanya meneruskan info dari seorang santri sarang yg menyampaikan kpd saya Dawuh Mbah Yai terkait fenomena 212.

Lalu oleh lawan bicara saya di inbox, chat terusan itu disebar seolah2 saya mendengar lgs dari Mbah Yai. Padahal, saya tidak mendengar langsung dari beliau (2016). Saya lupa dg siapa ngobrol ttg fenomena itu. Tapi pastinya orang itu jelas pembuat gaduh.

Di antara kebohongan gambar meme itu adalah kalimat perkataan terakhir, yang seakan saya menyertai Syaikhona Maimun Zubair berhaji. Padahal posisi saya di Jakarta. Bagaimana mungkin saya bisa tahu perkataan terakhir belio yang sedang di Makkah. Saya simpulkan Meme yang mengatasnamakan saya itu HOAX."

dokpri @abdi kurnia djohan
dokpri @abdi kurnia djohan
Selain itu, tanggapan dari akun twitter @stakof, seoran Gusdurian bernama Rumail Abbas, juga menyangkal twit yang disampaikan HNW.

Melalui akunnya, @stakof menyampaikan kepada HNW, "Mohon maaf, ustaz, kabar yang antum sebarkan ini adalah hoax. Mohon dengan sangat untuk tidak menunggangi kepergian mendiang dengan hal begini. Sakit hati kami atas kepergian Murabbii, tolong jangan ditaburi garam lagi."

Tangkapan layar twit dari akun @stakof
Tangkapan layar twit dari akun @stakof

Lebih lanjut, Rumail Abbas menjelaskan bahwa apa yang sebenarnya disampaikan oleh Mbah Moen, 

"Jangan sampai berani menghina Sayyid (keturunan nabi -penulis). Bagaimanapun, ada darah Kanjeng Nabi pada mereka. Kalau tidak suka, anggap saja seperti sobekan Quran. Yang namanya sobekan, tidak bisa dibaca. Tapi jika diterlantarkan/dihina, jelas haram! Namun jangan juga berani menghina kiai. Karena bagaimanapun, kiai adalah pewaris para nabi. Kalau tidak suka, tidak masalah. Tidak perlu kamu ikuti. Tapi jika sampai berani menghina mereka, Nabi pasti sakit hati jika pewarisnya dilukai."

Rumail Abbas kemudian menghimbau jangan sampai menyampaikan 'kebenaran sempalan' yang itu merupakan bagian dari hoax. Apalagi untuk legitimasi sikap yang picik.

Selain itu, Khozanah Hidayati Anggota DPRD Provinsi Jatim dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui akun twitternya @ana_khoz juga membantah tegas twit dari HNW, "Itu HOAX ustadz. Ini klarifikasi dr yang bersangkutan." Dengan memberikan tangkapan layar penyataan dari Abdi Kurnia Johan yang dengan jelas membantah.

Tangkapan layar dari akun @ana_khoz
Tangkapan layar dari akun @ana_khoz

Hingga tulisan ini dimuat, belum ada tanggapan balik dari HNW maupun situs swamedium.com atas berita hoax yang mereka sampaikan.

Swamedium sendiri adalah sebuah portal berita dengan pemimpin redaksi Denni Risman. Dikutip dari laman 'tentang kami', Swamedium berupaya menjadi penerbit yang fokus pada kepentingan Islam dan juga fokus pada penyediaan layanan informasi cepat dan terpercaya.

Media ini juga memiliki slogan Fakta, Berita, Fakta, yang bertujuan untuk memacu semangat agar tetap di jalur kebenaran dengan berita-berita terkini.

***

Hikmah untuk kita adalah jangan sampai menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya. Apalagi jika hal yang disampaikan adalah perkara yang sensitif dan asal klaim tanpa diverifikasi terlebih dahulu.

Selain itu, kita perlu meningkatkan kemampuan literasi digital ditengah banjirnya informasi yang mengepung keseharian kita. Bahkan sekaliber mantan pejabat tinggi negara pun beberapa kali terpantau terpeleset menyebarkan berita yang kurang valid kebenarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun