Ada kemungkinan, tulisan itu diambil dari chat saya dg seseorang di inbox pada th 2016. Saya hanya meneruskan info dari seorang santri sarang yg menyampaikan kpd saya Dawuh Mbah Yai terkait fenomena 212.
Lalu oleh lawan bicara saya di inbox, chat terusan itu disebar seolah2 saya mendengar lgs dari Mbah Yai. Padahal, saya tidak mendengar langsung dari beliau (2016). Saya lupa dg siapa ngobrol ttg fenomena itu. Tapi pastinya orang itu jelas pembuat gaduh.
Di antara kebohongan gambar meme itu adalah kalimat perkataan terakhir, yang seakan saya menyertai Syaikhona Maimun Zubair berhaji. Padahal posisi saya di Jakarta. Bagaimana mungkin saya bisa tahu perkataan terakhir belio yang sedang di Makkah. Saya simpulkan Meme yang mengatasnamakan saya itu HOAX."
Melalui akunnya, @stakof menyampaikan kepada HNW, "Mohon maaf, ustaz, kabar yang antum sebarkan ini adalah hoax. Mohon dengan sangat untuk tidak menunggangi kepergian mendiang dengan hal begini. Sakit hati kami atas kepergian Murabbii, tolong jangan ditaburi garam lagi."
Lebih lanjut, Rumail Abbas menjelaskan bahwa apa yang sebenarnya disampaikan oleh Mbah Moen,Â
"Jangan sampai berani menghina Sayyid (keturunan nabi -penulis). Bagaimanapun, ada darah Kanjeng Nabi pada mereka. Kalau tidak suka, anggap saja seperti sobekan Quran. Yang namanya sobekan, tidak bisa dibaca. Tapi jika diterlantarkan/dihina, jelas haram! Namun jangan juga berani menghina kiai. Karena bagaimanapun, kiai adalah pewaris para nabi. Kalau tidak suka, tidak masalah. Tidak perlu kamu ikuti. Tapi jika sampai berani menghina mereka, Nabi pasti sakit hati jika pewarisnya dilukai."
Rumail Abbas kemudian menghimbau jangan sampai menyampaikan 'kebenaran sempalan' yang itu merupakan bagian dari hoax. Apalagi untuk legitimasi sikap yang picik.
Selain itu, Khozanah Hidayati Anggota DPRD Provinsi Jatim dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui akun twitternya @ana_khoz juga membantah tegas twit dari HNW, "Itu HOAX ustadz. Ini klarifikasi dr yang bersangkutan." Dengan memberikan tangkapan layar penyataan dari Abdi Kurnia Johan yang dengan jelas membantah.