Dalam kehidupan sehari-hari, pasti ada waktu dimana seseorang mengalami persoalan dengan sesamanya. Sering kali dari persoalan yang ada seseorang akan sulit untuk memaafkan orang yang bersangkutan.
Memaafkan adalah kerelaan seseorang untuk melupakan persoalan, mengalah dengan ego nya sendiri, dan berdamai dengan orang lain atau dengan hal yang telah menyakiti mereka tanpa rasa dendam.
Sebagian orang menganggap bahwa “memaafkan” hanya sekedar kata kosong yang tidak benar-benar dilakukan oleh seseorang. Hal yang sering terjadi di kehidupan manusia adalah menerima permintaan maaf orang lain dengan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dalam arti lain seseorang memaafkan dengan tidak ikhlas atau masih menyimpan dendam.
Memaafkan adalah hal yang penting, tapi bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Di setiap lingkungan pasti ada seseorang yang bermuka dua dalam hal memaafkan. Kebanyakan dari mereka memilih untuk bermuka dua agar permasalahan yang ada tidak bertambah parah.
Sedangkan orang yang benar-benar tidak mau memaafkan cenderung mengingat bekas luka yang ada atau bahkan mereka enggan untuk berdamai dan lebih memilih untuk menyimpannya sebagai dendam atau kebencian.
Dalam era masyarakat sekarang ini, fenomena membalas tindakan seseorang sering terjadi. Apalagi, membalas perbuatan seseorang disesuaikan dengan proporsi atau pencapaian yang telah dilakukan seseorang.
Hal ini berarti, jika seseorang telah berbuat baik kepada diri kita, maka kita akan membalas dengan hal yang sama bahkan kita membalas hal yang telah dilakukan orang tersebut dengan effort yang lebih baik lagi. Sedangkan, jika seseorang telah berbuat jahat atau buruk pada diri kita, maka kita akan membalasnya dengan hal yang jauh lebih kejam lagi atau biasanya kita kenal dengan aksi balas dendam.
Tentu saja untuk pernyataan membalas kejahatan dengan balik berbuat jahat sangat tidak baik untuk dilakukan seseorang. Namun, pada faktanya banyak sebagian dari masyarakat yang masih membalas kejahatan dengan kejahatan pula. Ada beberapa alasan yang menjadikan seseorang tergerak untuk melakukan aksi balas dendam kepada sesama.
Alasan seseorang sukar untuk memaafkan kesalahan orang dan memilih untuk membalasnya dengan kejahatan di antaranya
1) Adanya pengaruh dari tontonan televisi yang kita tonton tiap harinya.
Tontonan televisi yang kita lihat setiap hari sama halnya sudah menjadi konsumsi atau santapan kita setiap harinya. Acara di televisi yang kita tonton biasanya akan memengaruhi karakter kita bahkan lebih parahnya lagi, apabila tontonan itu bersifat negatif maka dapat akan meracuni penonton acara televisi tersebut.
2) Lingkungan di sekitar yang tidak mendukung.
Maksud dari pernyataan ini adalah tindakan yang akan dilakukan seseorang atau dalam memilih membalas kejahatan dengan kebaikan atau sebaliknya juga ditentukan oleh lingkungan di sekitar. Apabila orang-orang di lingkungan sekitar kita memiliki pola pikir yang negatif atau lingkungan yang kurang mendukung, maka tidak akan menutup kemungkinan kita akan terus menerus didesak oleh orang di lingkungan sekitar kita untuk membalas kejahatan seseorang dengan balik berbuat jahat.
3) Adanya rasa trauma pada diri sendiri.
Biasanya, seseorang lebih memilih membalas kejahatan dengan kejahatan dikarenakan adanya rasa trauma pada diri sendiri. Hal ini memiliki maksud, dimana jika seseorang telah dijahati dan dikhianati oleh seseorang, maka ia lebih memilih untuk berbuat baik kepada orang yang telah menyakiti hatinya itu.
Namun, biasanya ketika seseorang tidak membalas perbuatan jahat orang tersebut dengan perbuatan yang jahat juga, maka orang tersebut akan dimanfaatkan atau dalam arti kebaikan seseorang itu akan dimanfaatkan atau disalahartikan. Sama seperti peribahasa "Air Susu Dibalas Air Tuba" atau kebaikan dibalas dengan kejahatan.
Sehingga, dengan adanya hal tersebut orang yang melakukan perbuatan jahat itu akan mengulang perbuatannya tersebut. Karena hal inipun, tentu seseorang akan merasa trauma dan memilih untuk membalas perbuatan jahat seseorang dengan kejahatan pula, karena merasa bahwa tindakan baiknya itu hanya dimanfaatkan saja.
Meskipun banyak orang yang menilai bahwa memaafkan kesalahan orang yang telah menyakiti hati kita itu terbilang mudah. Namun, pada realitanya masih banyak orang yang masih susah untuk memaafkan kesalahan orang lain atau jika melakukan kesalahan masih sulit rasanya untuk mengucapkan kata maaf.
Banyak orang-orang yang lebih memilih untuk membalas perbuatan jahat seseorang itu dengan balik berbuat kejahatan. Ya, kata "MAAF". Terdiri dari satu kata empat huruf, namun pada kenyataanya kata maaf masih sangat sulit untuk dilakukan. Beda halnya dengan kata kasar atau kata-kata makian yang justru lebih muda untuk diucapkan dan diutarakan oleh seseorang.
Masih banyak orang yang beranggapan "Untuk apa saya memaafkan orang itu, toh orang itu sudah berbuat jahat kepada saya?" "Lebih baik saya membalas orang itu saja biar tau rasa dia." Ya, pola pikir dan anggapan yang seperti ini masih banyak diterapkan oleh sebagian banyak orang. Rasanya susah sekali untuk memaafkan kesalahan orang dan mengucapkan kata maaf apabila berbuat salah.
Padahal, sesungguhnya kata maaf itu tidak mengurangi harga diri seseorang lhoo. Kata maaf juga tidak berarti seseorang itu terkihat lemah dan tak berdaya.
Namun, seseorang yang berani memaafkan dan mengucapkan kata maaf adalah orang yang paling tulus, paling kuat, dan boleh dianggap sebagai pahlawan yang sejati. Karena, dengan seseorang memaafkan kesalahan orang lain, hal itu berarti orang tersebut sudah sangat berani untuk menerima resiko dan kenyataan yang ada dan kenyataan pahit sekalipun.
Dan dengan seseorang berani mengucapkan kata maaf, berarti orang tersebut merupakan orang yang tulus dan sangat berani karena telah mengakui semua kesalahannya tanpa adanya rasa gengsi karena perlu diingat lagi, kata maaf sangat sulit diutarakan oleh seseorang.
Dalam ajaran agama pun, kita diajarkan untuk saling memaafkan satu sama lain dan tidak membalas kejahatan seseorang dengan balik berbuat jahat. Tentu saja ajaran agama selalu mengajarkan kita untuk membalas perbuatan jahat seseorang dengan kebaikan. Jangan balas kejahatan dengan kejahatan, namun balaslah kejahatan dengan seribu kebaikan.
Karena pada dasarnya, tidak ada satu agama pun yang mengajarkan kejahatan atau keburukan. Semua agama baik adanya. Justru dengan kita membalas perbuatan jahat seseorang dengan kebaikan, maka kita akan memperoleh pahala berkali kali lipat dan bisa saja orang yang awalnya berbuat jahat kepada kita akan tergerak hatinya dengan melihat kebaikan itu.
Agar seseorang tidak memiliki niat untuk membalas kejahatan seseorang dengan kejahatan, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan yaitu :
1) Selalu terapkan pola pikir yang positif atau Positive Thinking kepada orang di sekitar kita
2) Jangan cepat menilai seseorang apalagi jika penilaian kita itu salah
3) Berdoa pada Yang Maha Kuasa agar kita tidak punya sifat dendam terhadap seseorang
4) Menerima semua yang telah terjadi dengan tulus, ikhlas, dan lapang dada
5) Mempunyai pola pikir bahwa perbuatan yang telah dilakukan seseorang kepada kita apapun bentuknya merupakan pelajaran yang dapat kita ambil dan petik untuk kedepannya atau jadikan pelajaran hidup
6) Tetap sabar dan berbuat baik kepada sesama.
Taukah kamu? Sebenarnya, dengan kita tidak membalas perbuatan jahat seseorang dengan tindak kejahatan, banyak sekali dampak positif yang akan kita peroleh. Hal positif yang kita dapatkan itu adalah kita akan merasa lebih lega dan jauh lebih merasa bahagia ketika kita mampu membalas kejahatan seseorang dengan kebaikan.
Karena pada dasarnya manusia memang lebih menyukai kebaikan ketimbang kejahatan atau manusia lebih suka untuk diperlakukan secara baik.
Selain itu, kita akan melatih diri kita sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih sabar sehingga jika kedepannya kita dihadapkan dengan permasalahan yang sama kita akan menjadi pribadi yang jauh lebih kuat dan sabar dibandingkan sebelumnya. Dan, dengan kita menjadi pribadi yang pemaaf maka kita akan memperoleh pahala yang lebih lagi dari Yang Maha Kuasa atau dalam arti tidak menambah dosa kita juga.
Budaya memaafkan telah mewarnai kehidupan berbangsa kita. Kata ini sederhana, namun berat diungkapkan oleh sebagian orang. Mulai saat ini perlu ada kesadaran bahwa maaf adalah cermin dari diri kita. Dengan kita melihat orang lain, orang lain disana adalah representasi jejak berdiri kita.
Manusia terkadang luput salah dalam berbuat, itulah kemanusiaan, di mana masing-masing kita dapat saling mengingatkan dan juga memafkan. Memaafkan bukan melupakan kesalahan, tetapi memutus siklus kebencian agar tidak mewariskan dendam kepada generasi berikutnya. Masyarakat yang membudayakan memaafkan akan lebih mampu bersikap postif dan selalu mempererat hubungan sosial.
Memaafkan akan lebih mengutamakan jalan damai, menghargai perbedaan dan mengenyampingkan persoalan sepele demi terciptanya kerukunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H