Apakah harus bilang "wow" sambil koprol untuk menggambarkan situasi pemuda yang saat ini digambarkan oleh media. Situasi yang bagaimana? Situasi pemuda yang divisualisasikan dengan misal anak SMA yang roknya super pendek, bajunya junkist, pacaran berlebihan, hedonisme, tawuran yang baru-baru ini marak diperbincangkan, dan hal-hal buruk lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sinetron-sinetron di Indonesia. Sekalipun ada sinetron yang bermaksud memberikan pesan moral yang baik, tetap saja pemuda dan pemudinya digambarkan seperti itu. Padahal pada realitanya, sekolah pun punya aturan terkait cara berpakaian, sopan santun, dsb. Miris.
Contohnya lainnya, misalnya dalam infotainment. Terlepas dari pro dan kontra infotainment itu sendiri, di infotainment yang mungkin kehabisan berita, kerapkali yang diberitakan adalah kehidupan artis atau public figure yang hedonisme, bagaimana sang public figure menghabiskan hari-harinya, cinta lokasi sang public figure, dan lain sebagainya. Lantas, apakah salah memberitakan hal-hal seperti itu? Pun apakah dalam hal ini sang public figure juga salah dengan gaya hidupnya yang seperti itu? Yang membuat hal-hal tersebut menjadi tidak tepat adalah ketika yang disorot seputar hal-hal yang kurang baik dari public figure tersebut, bukan kebaikan yang seharusnya dapat menjadi inspirasi bagi pemuda pemudi lain yang menonton. Perpektif atau sudut pandang media yang lagi-lagi belum bisa membidik secara tepat, mementingkan aspek kepentingan golongan atau komersilitas belaka, padahal tentu ada hal-hal baik yang bisa diambil dari public figure tersebut.
Berbicara tentang tokoh atau public figure, pun pemuda Indonesia nampaknya sudah mulai melupakan tokoh-tokoh pahlawan yang dulu berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Jika ada dua acara televisi, yang satu adalah film dokumenter tentang perjuangan pahlawan merebut kemerdekaan.dan yang satu lagi adalah film percintaan terbaru yang dibintangi oleh boy band atau girl band yang sedang naik daun, mana kira-kira yang mempunyai rating lebih tinggi?
Indonesia sedang mengalami krisis kecintaan pemuda Indonesia terhadap tanah airnya. Sungguh sangat disayangkan ketika pesan Bung Karno "...bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarah dan para pahlawannya...." perlahan luntur. Ketika Jepang, Amerika, dan negara maju lain berhasil menjadi negara maju adi kuasa yang salah satu faktornya adalah karena tidak melupakan sejarah dan para pahlawannya, Indonesia justru berhasil dibalikkan atau dikuasai oleh negara maju dengan munculnya tokoh-tokoh atau public figure dari negara-negara maju tersebut, yang kini kerap menjadi idola. Indonesia krisis keteladanan dan salah satu faktor pendukungnya adalah media.
Resah, kecewa, dan tersinggung bertengger di hati para pemuda atas pencitraan atau gambaran yang kerap muncul. Janganlah citrakan pemuda seperti itu. Yang ada, ketika anak kecil, yang sedang beranjak remaja, menonton tayangan seperti itu, anak kecil tersebut akan bertingkah seperti itu kelak, misal visualisasi siswa dengan rok pendek, baju junkist, hedonisme, tawuran, dsb. Sungguh! Untuk menghancurkan suatu bangsa, yang perlu dilakukan adalah dengan menghancurkan anak mudanya terlebih dahulu.
Dampak lain dari pencitraan yang seperti itu adalah hilangnya optimisme dan semangat berprestasi dari pemuda Indonesia. Padahal, jika saja yang disoroti adalah semangat berprestasi dan optimisme yang telah ditunjukkan oleh pemuda-pemuda Indonesia yang telah berhasil mengharumkan nama bangsa di kancah nasional dan internasional, tentunya akan menimbulkan semangat dan inspirasi bagi pemuda Indonesia lainnya. Di balik segala dinamika kenakalan remaja yang kerap disoroti, jangan lupakan bahwa pemuda Indonesia kerap memenangkan olimpiade sains internasional. Pemuda Indonesia pun kerap memenangkan lomba-lomba paper atas ide-idenya yang cemerlang dan luar biasa. Tidak hanya dalam hal eksak, dalam hal olahraga dan seni pun, pemuda Indonesia kerap mengharumkan nama bangsa lewat paduan suara, karya seni, ataupun atlet-atlet muda yang kini berani unjuk taring kepada dunia. Pointnya adalah banyak karya dan prestasi yang telah diukir oleh pemuda Indonesia. Sudah sepatutnya, hal ini disoroti, pun dihargai.
Pemuda Indonesia tidak menuntut banyak.
Pemuda Indonesia butuh dihargai.
Kesimpulannya: Ngga perlu bilang "wow" sambil korpol!!
Tapi pemuda Indonesia perlu bangkit!!
Tidak hanya mengkritisi, tetapi juga melakukan aksi konkrit dan pasti!
Aksi pun tidak harus identik dengan turun ke jalan dan sebagainya.
Aksi adalah bergerak, berkarya, dan berkreasi. Aksi dengan cara masing-masing, untuk satu tujuan: kebaikan dan membangun peradaban Indonesia.
Pemuda bukan hanya bisa bakar ban atau tawuran,
pun turun ke jalan untuk kebaikan,
mengabdi pada masyarakat untuk pengabdian,
guna satu tujuan:
Indonesia dengan perubahan dan kemajuan.
Jangan sampai media berhasil memprorakporandakan pemikiran kita!
Karena sejatinya media juga punya andil dalam kemajuan atau kemunduran bangsa!
Sudah seharusnya media, pemuda, dan stakeholders yang ada tidak lagi mementingkan ego, kepentingan golongan, serta komersilitas belaka, pun tidak hanya sama-sama bekerja, melainkan saling bekerja sama untuk perubahan bangsa yang lebih baik.
Open up your mind!
Mari tumbuhkan optimisme!!
Mari buktikan bahwa pemuda Indonesia tidak kalah gemilang!!
Hidup Pemuda Indonesia!!
Triana Winni
Department of Science Communication and Community Development
Bogor Agricultural University
trianawinni@yahoo.com
trianawinni.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H