Mohon tunggu...
T Eva Christine Rindu Mahaganti
T Eva Christine Rindu Mahaganti Mohon Tunggu... lainnya -

Memimpikan Indonesia benar-benar merdeka. Suka menuangkan semua mimpi, harap,kecemasan,keprihatinan dan gagasan dalam tulisan. Percaya bahwa menulis adalah amunisi yang ampuh untuk menggerakkan perubahan....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Geger Demokrat

1 Juli 2011   07:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:01 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Geger Demokrat. Kali ini Demokrat benar-benar pusing kepala, karena M. Nazaruddin akhirnya buka suara. Nazaruddin yang 'melarikan diri' ke Singapura dengan alasan sakit, karena merasa tak bersalah, kepada Tempo Interaktif (Jumat,1/7/11), mengatakan bahwa ia bingung, atas dasar apa KPK menjadikan tersangka. Ia mengatakan bahwa ia tak menerima 'uang hasil' Wisma Atlet Palembang itu.


Menurut Nazaruddin, uang Rp 9 miliar dari Wafid Muharam, SekJen Kementerian Pemuda dan Olahraga diberikan oleh Paul (pengusaha) ke I Wayan Koster (anggota Badan Anggaran dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan Angelina Sondakh (anggota Badan Anggaran dari Demokrat). Setelah itu diserahkan ke Mirwan Amir (Wakil Ketua Badan Anggaran dari Demokrat), lalu diserahkan ke pemimpin Badan Anggaran dan Ketua Fraksi Demokrat (Jafar Hafsah). Jatah untuk Demokrat diberikan langsung ke Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum. Mirwan memberi Rp 7 miliar untuk mengamankan media. Sedangkan Andi Mallarangeng terima Rp 5 miliar.


Nazaruddin akhirnya membuktikan 'ancamannya' pada Demokrat. Harus diakui bahwa sikap Nazaruddin ini sangat berani. Ia berani mengungkap aliran uang itu dan siapa saja yang menerimanya. Ia berani menghadapi resiko 'dibenci' oleh orang-orang Demokrat yang namanya ia singgung sebagai penerima aliran dana.


Saat dikonfirmasi oleh Tempointeraktif, tentu saja Mirwan Amir, Angelina Sondakh, I Wayan Koster dan Andi Mallarangeng membantah hal itu. Andi Mallarangeng malah menyuruh Nazaruddin pulang untuk mengatakannya langsung ke KPK. Seandainya Nazaruddin berani pulang dan mengungkapkan ini langsung kepada KPK, tentu akan memudahkan tugas KPK untuk menyelidiki aliran dana ini dan mengumpulkan buktinya. Apalagi menurut Nazarrudin, ia punya rekaman percakapan aliran dana itu.


Bila Nazaruddin tidak pernah berani pulang, tentu kasus ini akan mengambang, bahkan gelap-gulita seperti kasus-kasus korupsi kakap lainnya. Nazaruddin akan tetap jadi tersangka dan namanya tidak akan pernah bersih, karena ia tidak berani menyelesaikan masalah hukumnya ini. Butuh keberanian dan jiwa besar dari Nazaruddin. Kalau memang Nazaruddin merasa tidak bersalah, mengapa tidak pulang dan membuktikannya sambil menyerahkan bukti rekaman itu? Rakyat sedang menunggu kebenaran dapat segera terungkap.(Eva)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun