Mohon tunggu...
T Eva Christine Rindu Mahaganti
T Eva Christine Rindu Mahaganti Mohon Tunggu... lainnya -

Memimpikan Indonesia benar-benar merdeka. Suka menuangkan semua mimpi, harap,kecemasan,keprihatinan dan gagasan dalam tulisan. Percaya bahwa menulis adalah amunisi yang ampuh untuk menggerakkan perubahan....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bila Suatu Hari Mereka Terpilih Menjadi Anggota Dewan

5 Juli 2011   04:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:55 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Solidaritas Mahasiswa Unpatti Kota Ambon, berunjuk rasa di kampus mereka menolak hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi, Senin (4/7/2011) yang berakhir bentrok.Mahasiswa memboikot pelaksanaan registrasi ulang mahasiswa baru yang lulus SNMPTN. Mahasiswa merusak gedung kantor registrasi Unpatti tersebut, melempari kaca-kaca gedung dengan batu hingga pecah.'Ini adalah bentuk kekecewaan kami atas penerimaan yang tidak berimbang di kampus ini," teriak kordinator aksi FSM Unpatti Idrus Wakano.

Melihat tayangan di TV betapa anarkisnya mereka, jadi membayangkan bagaimana kalau suatu saat mereka memimpin negeri ini. Mereka adalah calon intelektual dan pemimpin bangsa, namun melakukan aksi seperti bukan calon intelektual, tetapi seperti preman. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, bila mereka terpilih menjadi anggota DPR atau DPRD. Saat terjadi perbedaan pendapat , pasti rapat anggota dewan yang terhormat itu akan sangat seru sekali. Saling tuding, saling tunjuk dan bahkan bisa berkelahi di ruang sidang. Tidak heran mengapa anggota dewan bisa saling tunjuk dan berkelahi di ruang sidang, mungkin saat mahasiswa, mereka seperti itu. Biasa menyelesaikan masalah dengan menambah masalah baru.

Sepertinya gerakan mahasiswa di beberapa kampus memang cenderung anarkis. Memprotes pihak kampus dengan merusak fasilitas kampus. Aksi gerakannya mengalami pergeseran nilai, karena berubah menjadi sangat anarkis. Tujuan dari aksi yang mereka lakukan sebenarnya sangat baik, namun ketika aksi sudah berubah menjadi brutal dan merusak, maka tujuan aksi yang mulia itu menjadi kabur. Aksi yang bertujuan mulia, menjadi kehilangan makna. Mau dibawa kemana sebenarnya gerakan mahasiswa ini? Memperjuangkan kebenaran sekalipun dengan kekerasan atau dengan cara yang lebih elegan layaknya mahasiswa, calon intelektual bangsa?(Eva/sumber Kompas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun