Rasanya kurang lengkap jika berlibur dari manapun tanpa membawa oleh-oleh, yang biasa kita bagikan untuk kerabat dekat atau sekedar koleksi pribadi. Â Pada umumnya setiap tempat pasti memiliki keunikan dan ciri khas dalam menawarkan buah tangan. Â Sebut saja makanan khas, hasil kerajinan tangan dalam bentuk souvenir, baju, asbak, topi, makanan kering dll menjadi buruan para wisatawan.Â
Nah,bagi kita yang berlibur keluar negeri, pastinya kita tidak akan melewatkan untuk membeli cendera mata apalagi jika kita memiliki pertimbangan butuh waktu yang lama untuk kembali ke negeri itu. Sudah pasti kita akan meluangkan waktu untuk membeli oleh-oleh.
Jika pada kesempatan sebelumnya saya sudah membagikan pengalaman tentang persiapan untuk solo travel dalam tulisan kali ini saya akan membagikan pengalaman saya selama di Jepang khususnya mengenai membeli oleh-oleh di Jepang.
Saya memiliki perencanaan selama di Jepang saya hanya akan membeli oleh-oleh di satu tempat saja yaitu pasar nakamise yang terletak di daerah Asakusa, tetapi nyatanya di kota-kota lain bahkan hanya berpindah lokasi saja saya tergiur pula untuk membeli oleh-oleh.Â
Sebut saja saat saya ke akibahara, walaupun saya bukan pecinta anime, ternyata saya tergiur pula untuk membeli seperti gantungan kunci, action figure anime, serta aksesoris -- aksesoris yang sangat nyaris tidak kita temukan di Indonesia.
Pusat perbelanjaan yang pertama yang saya kunjungi adalah di daerah Asakusa, yaitu Nakamise dori. Sebelum membahas tentang pusat perbelanjaan ini ada yang menarik di daerah Asakusa, yaitu kuil Sensoji di asakusa. Kuil tertua di Jepang ini selalu ramai dengan wisatawan. Warna merah menyala menjadi dominan kuil ini.Â
Kuil Sensoji ini sangat terkenal dengan nama Kaminarimon (gerbang halilintar) yang ditengahnya tergantung lentera raksasa berwarna merah. Begitu banyak fakta tentang kuil ini, tetapi saya tidak membahas itu.Â
Kesimpulan saya tentang Kuil Sensoji ini seperti sisi penyeimbang, kita semua tahu bahwa Tokyo adalah kota yang sangat metropolitan yang bisa kita lihat dari bangunan -- bangunan besarnya serta teknologi yang super canggih, namun saat kita berkunjung ke kuil Sensoji kita akan merasakan sisi yang berbeda dengan sensasi yang teduh, sederhana namun tetap memukau.Â
Kita akan sangat terkesan dengan bangunan merahnya yang begitu unik dan arsitektur Budha dan patung-patung yang ada di bagian dalam bangunan.
Pusat perbelanjaan Nakamise ini terasa sangat berbeda dengan tempat -- tempat lain di Tokyo karena tempat ini memiliki nuansa tradisional, berbeda dengan tempat-tempat lainnya di Tokyo.Â
Menurut informasi dari guide saya, ini adalah pasar yang menjual macam-macam oleh-oleh khas Jepang dengan harga murah. Benar saja pasar ini begitu ramai dan padat dengan wisatawan. Pasar ini bersih dan ada sekitar 90 toko yang menjual oleh-oleh. Pedagang di pasar ini menjual macam-macam-macam makanan, aksesoris khas Jepang, kimono, yukata, tas, sepatu, serta barang-barang unik lainnya yang mungkin hanya kita temukan di Jepang.Â
Pasar yang cukup luas ini mampu membuat kita lupa  dompet, barang-barang yang lucu dan unik membuat kita ketagihan membeli walaupun hanya dengan berpindah toko.Â
Sesuai prinsip pembeli pasar, kita bisa tawar menawar ditoko ini. Walaupun mereka atau kita tidak fasih berbahasa inggris dengan bermodalkan kalkulator proses tawar menawar tetap bisa kita lakukan.Â
Yang membuat pasar ini sangat berbeda adalah saya tidak merasakan lelah walaupun sudah 2 jam mengelilingi pasar ini. Sepadat apapun tempat ini saya tidak merasakan sesak dan bosan, pedagang yang ramah, pasar yang bersih, sesekali melihat penduduk dan wisatawan menggunakan kimono sambil berbelanja memberikan kesan manis saat berbelanja.Â
Jika kita lelah dan lapar saat berbelanja tidak perlu khawatir karena dengan berpindah blok saja kita sudah melihat macam-macam restoran dan jajanan-jajanan khas Jepang.Â
Dari mulai sushi, ramen, udon sampai takoyaki dijual di sepanjang jalan. Bahkan saya menemukan sebuah restoran yang sangat ramai dengan pengunjung sampai mengantri panjang diluar toko, saya pun ikut mengantri penasaran, ternyata restoran tersebut menjual ramen dan udon yang pembuatan mie nya dapat kita lihat secara langsung.Â
Kita dapat melihat bagaimana pembuat mie menguleni adonan, mengurai mie menjadi sangat panjang hingga dipotong-potong menjadi mie, dan semuanya dilakukan dengan cara tradisional. Info tambahannya mayoritas makanan disini non halal, walaupun sebenarnya ada beberapa restoran yang menawarkan makanan halal.
Saya tidak tahu sebelumnya tentang Ginza, info yang saya dapatkan bahwa Ginza adalah pusat perbelanjaan juga. Akhirnya dengan menggunakan kereta saya tiba di Ginza, terlihat bangunan-bangunan tinggi bergaya eropa, mal dan butik elite. Karena saat itu bertepatan dengan hari minggu, sepanjang jalan Ginza bebas kendaraan atau car free day.Â
Wisatawan dan penduduk ramai-ramai memadati Ginza. Kita dapat menemukan banyak toko menjual brand-brand internasional disini dan Ginza sendiri adalah pusat fashion dan aksesoris maka dari itu tidak jarang artis-artis menyempatkan ke Ginza jika berkunjung ke Jepang. Sebut saja seperti brand high H&M, ZARA, Louis Vuitton, Dior, Coach, Furla, Gucci, Hermes. Untuk belanja kosmetik dan perawatan tubuh ada Gedung Shiseido yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.Â
Untuk menambah kepuasan berbelanja anda juga dapat berbelanja di salah satu brand yang sudah tidak asing di Indonesia yaitu Uniqlo, kerennya toko Uniglo di Ginza terdiri dari 12 lantai dan menurut info tour guide saya ini  adalah toko Uniqlo terbesar di dunia. Â
Untuk menghilangkan rasa penasaran saya terhadap Ginza akhirnya saya mengunjungi beberapa toko dan saya tertarik dengan salah satu toko yang menjual produk-produk brand high namun second  dengan kualitas baik. Ternyata harganya masih cukup mencengangkan, maklum dibenak saya, jika mendengar kata-kata second pasti terbayang banting harga layaknya berbelanja di Pasar Senen di Jakarta.Â
Walaupun tidak ada barang yang saya beli tetapi saya cukup puas karena lagi-lagi suasana di Ginza cukup unik pula. Karena saat itu car free day maka jalanan besar Ginza penuh dengan wisatawan dan banyak pertujukkan di sepanjang jalan, seperti sulap, ada komunitas anjing berkumpul menjadikan momen sore di Ginza terasa mewah namun tetap manis untuk dinikmati.Â
Oia, jangan lupa jika anda berada di Ginza, jangan sampai melewatkan berfoto atau menikmati menara jam Hattori. Gedung dan menara ini dibangun oleh Kintaro Hattori yang merupan pendiri perusahaan jam Seiko.
Selamat berbelanja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H