Mohon tunggu...
Tria saputri simamora
Tria saputri simamora Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Karena semua ruang memiliki kisah, maka mencoba merawat semua melalui tulisan. Bagi yang mau beri saran dan kritik dapat email ke triasimamora5@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Energi Jabat Tangan

13 Agustus 2018   17:15 Diperbarui: 14 Agustus 2018   14:32 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan persiapan kilat saya mengajarkan lagu tersebut kepada anak-anak. Mereka cukup antusias karena memang lagunya cukup asik, dan sebagian besar mereka bisa menggunakan alat musik, sehingga tidak terasa sulit untuk mengajar mereka. Sampai saat relawan ditugaskan membantu anak membuat lagu secara berkelompok tentang perasaan mereka selama di LPKA. 

Macam-macam bentuk perasaan mereka curahkan. Ada yang merasa sedih karena rindu dengan keluarga, ada yang merasa menyesal, bahkan ada yang merasa sangat senang karena menemukan keluarga baru di LPKA. Sejauh ini respon saya terhadap mereka adalah kasihan.

Setelah mengikuti kelas musik ditiap minggunya saya, relawan lain mengajak saya untuk mengikuti dan membantu di kelas lain. Mengingat masa-masa menjadi relawan akan berakhir akhirnya saya mengiyakan dan ikut bergabung dikelas komik. Karena menggambar bukan keahlian saya, maka dari itu dikelas ini saya hanya akan mendampingi anak-anak. 

Hari itu anak-anak dibagikan kertas dan menggambar dengan tema "apa yang akan mereka lakukan setelah bebas dari tahanan". Didalam kelas tersebut saya hanya membantu mewarnai dan memberikan masukan bagi anak yang tidak punya harapan setelah bebas. Melalui kelas menggambar ini saya merespon bahwa saya tidak melihat mereka sebagai tersangka pidana, mereka terlihat anak-anak pada umumnya. 

Mereka bertanya bagaimana menggambar pesawat karena mereka ingin menjadi pilot, ada yang meminta digambarkan sosok wanita karena setelah bebas mereka ingin bertemu ibunya, ada juga yang meminta digambarkan gawang sepak bola karena ingin bermain sepak bola dengan adiknya yang balita yang juga dipenjara bersama ibunya. Hari itu saya meresponi bahwa kondisi mereka terlalu berat bagi mereka dipikul sendirian.

Hingga akhirnya masa saya sebagai relawan berakhir, saya memutuskan untuk selesai karena saya harus kembali kuliah. Selang beberapa minggu setelah saya tidak datang ke LPKA, ada pesan masuk ke telepon genggam saya. Sebuah pesan masuk: kak, makasih yaa, udah mau tosan dan ngobrol sama saya, yang lain belum tentu mau sama saya karena kulit saya. 

Lalu saya terdiam, memikirkan apa yang sudah saya lakukan dan siapa anak ini. Ternyata momen selama menjadi relawan saya selalu membiasakan memberikan tos kepada anak-anak, dan memang ada satu anak yang selama saya menjadi relawan dia tampak selalu sendiri karena dia sakit kulit dan badannya  semakin kurus, dan tiap saya dekati dan saya tanya apakah dia diberi perawatan dia selalu menjawab "gak tau, karena apapun penyakitnya obatnya kalo gak warna merah ya warna biru dikasihnya kak. Gak tau itu obat apa"  .

Betapa hal kecil yang saya lewatkan begitu saja ternyata menjadi energi besar dimata orang lain. Sering kita berjalan mengikuti arus tanpa menyadari bahwa banyak keindahan yang kita lewatkan. Dan barangkali sibuk mencari kebahagiaan di tengah-tengah kenyamanan, tanpa kita sadari bahwa energi-energi tersembunyi dalam hal-hal yang tak pernah kita bayangkan. 

Dalam hal ini saya mendapatkan energi baru dari orang-orang yang mungkin kita pikir tidak memiliki masa depan, tetapi ternyata merekalah yang mengajarkan saya. Seketika saya merenungi, dalam kelas komik mereka mengajarkan saya untuk menjalani hidup tidak seperti mayat hidup tanpa makna dan tujuan, karena dalam kondisi mereka sekalipun mereka masih memiliki harapan dan cita-cita. 

Dalam kelas musik tanpa saya sadari saya seharusnya juga belajar bersama-sama karena seluruh yang ada dalam alam raya semesta ini adalah sekolah kehidupan dan semua orang adalah guru tidak terkecuali meski seorang tahanan sekalipun.

Tidak harus dirumah, ditempat ibadah, ditempat belajar kita menemukan energi kebaikan, ternyata dipenjara sekalipun itu adalah sekolah bagi kita. Jika saja anak itu tidak ditahan, dan saya tidak menjabat tangan anak itu, saya mungkin tidak dikirimi pesan itu, dan saya tidak akan merenungi hal ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun