Mohon tunggu...
TRI AMALIA HARIYATI
TRI AMALIA HARIYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi 23107030019 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Penulis Amatir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Masa Depan Tanpa Sampah: Sebuah Mimpi atau Kenyataan?

23 Juni 2024   21:22 Diperbarui: 23 Juni 2024   21:27 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa Depan Tanpa Sampah: Sebuah Mimpi atau Kenyataan?

Tahun 2024, Matahari pagi menyapa kota. Udara segar terasa di setiap tarikan napas, jauh berbeda dari hiruk pikuk dan polusi yang mewarnai kota di masa lampau. Di taman-taman yang rindang, anak-anak bermain riang tanpa terhalang tumpukan sampah. Jalanan bersih berkilau, dihiasi dengan arsitektur modern yang ramah lingkungan.

Pemandangan ini bukan lagi khayalan, melainkan gambaran nyata dari "Masa Depan Tanpa Sampah" yang telah terwujud di abad ke-22. Mimpi yang dulu dianggap mustahil kini menjadi kenyataan, berkat kegigihan, inovasi, dan kerjasama dari seluruh umat manusia.

Angan-angan manusia di abad yang ditunggu-tunggu.

Krisis Sampah Menjadi Sebuah Ancaman Nyata

Pada abad ke-21, krisis sampah menjadi momok menakutkan bagi umat manusia. Tumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) terus menggunung, mencemari lingkungan, dan membahayakan kesehatan. Dampaknya sangat terasa di berbagai aspek kehidupan, mulai dari pencemaran air dan udara hingga perubahan iklim.

Di beberapa negara, krisis sampah mencapai titik kritis. Kota-kota besar dibanjiri sampah, menimbulkan bau busuk yang tak sedap dan menjadi sarang penyakit. TPA tak lagi mampu menampung sampah yang terus bertambah, dan solusi jangka pendek seperti pembakaran sampah hanya memperparah masalah pencemaran udara.

Di tengah-tengah keputusasaan, muncullah secercah harapan: Gerakan "Sampah Zero". Mimpi ambisius ini mengusung visi dunia tanpa sampah, di mana setiap jenis sampah diolah dan dimanfaatkan kembali, tanpa tersisa yang dibuang ke TPA.

Awalnya, banyak yang meragukan mimpi ini. Bagaimana mungkin kita bisa hidup tanpa menghasilkan sampah? Akan tetapi, tekad dan semangat para penggerak "Sampah Zero" tak pernah padam. Mereka terus berkarya, merintis solusi inovatif, dan menyebarkan kesadaran kepada masyarakat.

Berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.

Seperti Upaya yang dilakukan oleh Program Pengelolaan Sampah di RW 05, Kec. Muja-muju, Yogyakarta (November 2017) RW 05 terdiri dari 7 RT, namun hanya 3 yang aktif. Program ini melibatkan 25 nasabah, dengan 16 di antaranya aktif pada hari tersebut. Nasabah dari luar RT juga boleh ikut serta. Program Bank Sampah ini dipimpin oleh Yudha sejak awal., yang merupakakn salah satu upaya umkm di daerah tersebut.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

"Dilakukan juga pembukaan tabungan tiga kali. Setelah tempat pengumpulan sampah di Piyungan ditutup, sampah dipilah berdasarkan jenisnya jadi kertas, plastik, logam, dan lain-lain. Barang-barang besar seperti kasur yang rusak harus dibawa sendiri ke Kecamatan Gondokusuman", ujar Yudha selaku ketua fasilitator RW 05.

Sampah diangkut setelah mobil dari pelapak Daur Resik Klaten datang. Barang-barang seperti sepatu, pakaian, plastik, logam, seng, dan kertas bisa dijual. Ada 18 jenis yang bisa diuangkan dan masuk ke buku tabungan, dengan sebagian besar nasabah memilih menabung hasil penjualan sampah, tambah Yudha.

Pembinaan mengenai pengelolaan sampah juga digadang-gadang oleh Ibu Fraksiyanti selaku Fasilitator bidang edukasi Tingkat kota Yogyakarta. Ibu Fraksiyanti mengatakan bahwa, dikarenakan penumpukan sampah menjadi permasalahan serius yang mana mengancam kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang efektif dan efisien menjadi kunci untuk mencapai keberlanjutan dalam pengelolaan sampah. 

Pendekatan komprehensif yang menggabungkan edukasi, regulasi, dan partisipasi masyarakat nyata diperlukan. Edukasi mengenai pentingnya 3R oleh pengelola bank sampah (Reduce, Reuse, Recycle) harus digalakkan untuk mengubah pola konsumsi masyarakat. 

Regulasi yang tegas tentang pembuangan sampah dan insentif bagi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan jelas sangat perlu diterapkan. 

Partisipasi masyarakat  dalam program pemilahan sampah dan daur ulang juga harus diupayakan. Dengan pengelolaan sampah yang efektif seperti yang sudah diterapkan oleh warga Yogyakarta, kita dapat meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran air dan tanah. 

Sampah juga dapat diolah menjadi sumber daya baru yang bermanfaat, seperti untuk pupuk (ecoenzim dan biopori) dan ecoprint. Mari bersama-sama wujudkan pengelolaan sampah yang efektif untuk masa depan yang lebih ramah lingkungan.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Fraksiyanti menegaskan bahwa limbah rumah tangga diolah menggunakan metode Losida dan biopori. Metode Losida membutuhkan beberapa tahun untuk menghasilkan kompos siap pakai, sedangkan ember tumpuk belum berjalan efektif meski sudah ada sosialisasi dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Untuk sampah yang tidak bisa diolah sendiri seperti pampers, softex, dan puntung rokok dibuang ke depo di Mandala. Sampah dapur diolah dengan biopori dan Losida, ujar Fraksiyanti.

Seiring waktu, mimpi "Sampah Zero" mulai menunjukkan sinarnya. Berkat kemajuan teknologi dan inovasi, berbagai solusi cerdas bermunculan, mengubah wajah pengelolaan sampah secara drastis.

Teknologi daur ulang yang sudah canggih mampu mengubah hampir semua jenis sampah menjadi bahan baku baru. Sampah plastik diolah menjadi produk baru, seperti pakaian, botol, dan bahkan bahan bangunan. Sampah organik diolah menjadi pupuk dan energi terbarukan, seperti yang sudah disebutkan.

Sistem pengolahan sampah terpadu didirikan di berbagai wilayah, mengolah sampah secara efisien dan ramah lingkungan. Sampah dipilah dan diklasifikasikan dengan teknologi cerdas, kemudian diolah dengan metode yang tepat sesuai dengan jenisnya.

Pada 2023, dicanangkan zero sampah anorganik dengan dilanjutkan oleh kampanye "Mbah Dirjo" dan "Organikan Jogja". Terdapat beberapa teknik pengomposan sampah seperti Losida, ember tumpuk, ekoenzim, dan biopori. Masing-masing teknik memiliki biaya dan hasil yang berbeda-beda.

Perubahan Gaya Hidup dan Kesadaran Masyarakat

Tidak hanya dari teknologi, perubahan gaya hidup dan kesadaran masyarakat pun menjadi kunci utama dalam mewujudkan "Sampah Zero". Masyarakat didorong untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, seperti:

  • Mengurangi konsumsi barang sekali pakai

Masyarakat didorong untuk menggunakan produk yang dapat digunakan kembali, seperti tas kain dan botol minum, serta menghindari produk sekali pakai seperti plastik kresek dan styrofoam.

  • Memilih produk yang mudah didaur ulang

Saat berbelanja, masyarakat didorong untuk memilih produk yang menggunakan bahan yang mudah didaur ulang, seperti kemasan plastik yang memiliki simbol daur ulang.

  • Melakukan kompos

Sampah organik seperti sisa makanan dan daun-daunan dapat diolah menjadi kompos di rumah, mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Yang bisa bermanfaat untuk memupuk tanaman dan untuk penggemburan tanah.

Pendidikan dan Kampanye "Sampah Zero"

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Pendidikan tentang pengelolaan sampah sejak dini ditanamkan kepada anak-anak melalui kurikulum sekolah dan berbagai program edukasi. Generasi muda dididik untuk memahami pentingnya menjaga lingkungan dan menerapkan gaya hidup "Sampah Zero".

Komunitas dan organisasi masyarakat seperti paguyuban yang ada di Masyarakat pun aktif dalam menyebarkan informasi dan mengkampanyekan gaya hidup "Sampah Zero". 

Berbagai kegiatan edukasi dan pelatihan diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang tepat seperti upaya yang dilakuka oleh Fraksiyanti kepada Masyarakat.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Tantangan dan Peluang yang Tetap Ada

Meskipun telah mencapai kemajuan pesat, mewujudkan "Sampah Zero" bukan tanpa tantangan. Biaya investasi teknologi tinggi dan edukasi masyarakat secara berkelanjutan masih menjadi kendala. 

Perubahan perilaku dan kebiasaan masyarakat pun membutuhkan waktu dan usaha yang konsisten. Namun, peluang yang terbuka jauh lebih besar.

Dalam tahun-tahun yang akan mendatang, Indonesia harus terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai target pengurangan dan penanganan sampah yang berkelanjutan dan menjaga lingkungan yang lebih seimbang dan bersih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun