Mohon tunggu...
tria jayanti
tria jayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa D3 Akuntansi dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran TMII untuk Meminimalisir Anggaran bagi Masyarakat dalam Mengenal Keragaman Budaya

2 Juni 2024   21:00 Diperbarui: 2 Juni 2024   21:02 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TMII offers a variety of cultural attractions, such as museums, traditional art performances, and replicas of typical regional buildings from all over Indonesia, allowing visitors to explore Indonesia's cultural diversity without large costs. This research aims to understand the role of Taman Mini Indonesia Indah (TMII) as an affordable cultural education center for the community. Qualitative descriptive methods were used in this research with interview, observation and documentation techniques. The informants consisted of seven visitors with different backgrounds and purposes of visit. The research results show that TMII is effective in providing educational and recreational value at affordable costs, motivating visitors to learn Indonesian culture and have recreation with their families. TMII's strategic and easy to access location and affordable entrance tickets make it a good choice for the community. However, challenges such as maintaining facilities and improving the quality of educational programs need to be addressed. Overall, TMII has succeeded in fulfilling its function as a cultural and educational center, strengthening the sense of unity and nationality among diverse communities.

Keywords: TMII, Cultural Diversity, Tourism, Costs.

 

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keragaman budaya yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke. Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dengan berbagai adat istiadat, bahasa dan tradisi. Hal ini membuat pemahaman dan apresiasi terhadap keragaman budaya Indonesia menjadi penting sebagai bagian dari identitas bangsa. Terutama bagi warga Indonesia yang ingin memperdalam pengetahuan mereka tentang kekayaan bangsa.

Menurut badan WTTC (World Travel & Tourism Council) Pariwisata di Indonesia pada tahun 2016 berkontribusi sebanyak 56 miliar Dollar Amerika terhadap pendapatan kotor dalam negeri (World Travel & Tourism Council, 2017). Pada tahun 2018 sektor Pariwisata menyumbang sebanyak 10,4% pendapatan dunia dan mendukung 319 juta pekerjaan atau 10% dari seluruh total pekerjaan sedunia (World Travel & Tourism Council, 2019). Berdasarkan proyeksi yang dilakukan oleh Kementrian Pariwisata pada tahun 2017 dimana dinyatakan bahwa pada tahun 2020 pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar bagi pertumbuhan Indonesia, maka dari itu pada tahun 2018 Presiden Jokowi menetapkan Pariwisata sebagai salah satu dari "The Leading Sector, selain dari sektor pertanian dan perikanan (Thaib, 2018).

Menurut UNWTO lebih dari satu miliar orang melakukan perjalanan setiap tahunnya di seluruh dunia, dimana sebagian besar terdiri dari keluarga dengan anak kecil dan atau orang tua, penyandang disabilitas atau yang memiliki kebutuhan khusus (UNWTO, 2016). UNWTO berusaha meyakinkan semua sektor pariwisata bahwa aksesibilitas untuk semua ke fasilitas, produk, dan layanan wisata harus menjadi bagian sentral dari kebijakan wisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan (UNWTO, n.d.). Karena pariwisata yang dapat diakses atau dapat dikatakan Pariwisata untuk semua memiliki manfaat tidak hanya bagi penyandang cacat dan berkebutuhan khusus, tetapi bagi semua orang, karena melibatkan peluang ekonomi yang besar untuk berbagai sektor di luar sektor perjalanan dan Pariwisata (UNWTO, 2014).

Namun, mempelajari berbagai keragaman budaya tidaklah mudah, terutama dalam anggaran biayanya. Perjalanan ke berbagai daerah untuk mempelajari langsung budaya setempat dapat memakan biaya yang cukup besar, termasuk biaya transportasi, akomodasi dan lainnya. Selain itu, beberapa daerah mungkin sulit untuk dijangkau atau bahkan berisiko, terutama untuk mereka yang kurang berpengalaman dalam menjelajahi wilayah Indonesia yang luas. Bukan hanya itu, masuknya budaya asing dan arus globalisasi ke Indonesia juga memberikan tantangan tersendiri dalam melestarikan kebudayaan lokal.

TINJAUAN PUSTAKA

  1. Pengenalan tentang Taman Mini Indonesia Indah (TMII):

TMII adalah destinasi wisata budaya yang dibangun pada tahun 1975 oleh pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Indonesia ke-2 yang terletak di Jakarta.

TMII juga memiliki visi dan misi untuk memajukan potensi kebudayaan, alam, dan ekonomi Indonesia melalui pendidikan dan pariwisata.

  1. Peran TMII sebagai Pusat Pendidikan Budaya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun