mimpi deh" atau "mimpimu ketinggian, ntar jatoh sakit" sudah mulai jarang terdengar. Seringkali kita memikirkan bagaimana hidup kita sepuluh atau dua puluh tahun mendatang.Â
Kalimat-kalimat seperti "gausahBisa menjadi lebih baikkah atau bahkan lebih buruk? Harus jadi apa di masa depan, bagaimana rasanya, dan apakah usaha yang kita lakukan hari ini akan menunjang kehidupan di masa depan? Sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok.Â
Ketakutan-ketakutan seperti itu pasti pernah singgah dalam pikiran. Ada yang berpendapat bahwa semakin kita memikirkan masa depan maka kita akan semakin tidak menikmati apa yang terjadi hari ini. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan itu. Masa depan patut untuk dipikirkan dan diperjuangkan. Yang membuat kita tidak menikmati hari ini adalah kurangnya rasa syukur.
Tanpa disadari pada kenyatannya kita dituntut untuk menjalani hidup dengan lebih baik dari kehidupan para orang tua. Si anak petani kelak jangan sampai menjadi seorang petani, si anak guru kelak minimal harus menjadi seorang guru.Â
Profesi menjadi tolak ukur kesuksesan dalam lingkungan masyarakat. Jika mendengar kalimat "masa depan" yang tergambar dalam pikiran adalah kesuksesan, profesi apa yang akan kita jalani nantinya.Â
Padahal jika kita artikan secara sederhana, masa depan adalah waktu yang akan datang. Masa depan tidaklah jauh, besok pun sudah menjadi masa depan.
Sebagian orang percaya dengan hukum sebab akibat. Apa yang kita lakukan hari ini akan berakibat esok ataupun nanti sehingga mereka selalu melakukan hal-hal positif dalam hidupnya. Ada juga yang hidupnya mengalir saja seperti air, dengan dalih bahwa hidup yang mengikuti arus itu tenang tanpa ambisi dan mimpi. Jika dilihat sekilas maka "Ya" namun ada jurang yang menanti air untuk terjun bebas. Ya, karena itu.Â
Jadi untuk apa bersusah payah memikirkan hal yang akhirnya belum kita ketahui. Toh setiap orang akan melewati arus dan badainya masing-masing. Untuk apa bermimpi dan lelah memikirkan bagaimana cara menggapainya jika belum pasti dengan hasil akhirnya. Lebih baik ikuti saja alurnya, tidak harus dipusingkan dengan mimpi dan cara menggapainya. Begitu pikirnya.
Mimpi dalam kehidupan nyata adalah keinginan/target yang diharapkan dapat tercapai. Ada yang takut bermimpi hanya karena ia terlahir dari keluarga tidak mampu, tidak memiliki privillage dengan mimpinya itu, hingga ia merasa tidak akan pernah mampu. Sepertihalnya pepatah mengatakan bahwa "buah tidak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya". Akhirnya mindset yang terbentuk adalah kelak ia akan hidup seperti kedua orang tuanya.
Sama halnya dengan Saya yang bermimpi menjadi mahasiswa saat masa SMA. Di tengah keterdiaman saya sebagai seorang siswa saat itu, saya selalu berpikir akankah saya bisa, akankah saya mampu menjadi mahasiswa dengan kondisi finansial yang sial ini.Â
Berada dalam keadaan ekonomi yang tak pernah berubah membuat saya gerah. Bagi si miskin tentu saja kebebasan finansial menjadi impian yang digadang-gadangkan. Tentu di tengah keterbatasan finansial itu hanya bisa berharap sang penguasa alam semesta memberikan belas kasih pada hambanya ini dengan mengandalkan nilai yang dipunya.
Menjadi seorang mahasiswa adalah salah satu capaian besar dalam hidup saya. Untuk sampai pada titik ini entah sudah berapa banyak peluh dan tetes air mata yang dikeluarkan.Â
Kendala terus-menerus berdatangan, semangat hidup menurun di tengah kejamnya kehidupan kota. Bagaimana bisa bertahan hidup dan belajar dengan tenang agar keinginan tercapai adalah hal yang tak pernah luput dari pikiran. Satu tekad saya, bagaimanapun caranya saya harus membayar lunas keringat dan tangis orangtua dengan kelulusan saya sebagai seorang sarjana.
Bersyukurlah kawan-kawan sekalian yang memiliki finansial cukup, mampu berkuliah dengan mudah, yang tak bingung harus tinggal dimana, jauh dari keluarga, juga memikirkan keuangan yang dipaksa harus selalu cukup meskipun kekurangan. Saya yakin masih banyak yang serba kekurangan dari segi ekonomi sedang berjuang untuk hidup keluarganya, makannya, dan pendidikannya tanpa putus asa.
Seperti lirik lagu Laskar Pelangi yang mengajak kita semua untuk terus berlari. "Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan dunia. Berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya." Mimpi adalah bagian terindah dalam hidup. Untuk menjadikan mimpi itu nyata harus ada usaha disertai doa yang kita yakini sepenuhnya.Â
Bermimpi tanpa usaha untuk mendapatkannya sama saja seperti melihat tanpa menyentuh. Ingatlah bahwa hidup adalah perjuangan. Jalani apa yang memang harus dijalani. Kehidupan setiap orang berbeda-beda, begitupun dengan mimpi.
Jangan takut bermimpi hanya karena latar belakang keluarga, ekonomi dan psikologi Anda saat ini. Teruslah berusaha dan belajar untuk meningkatkan kemampuan agar bisa meraih keinginan Anda.Â
Akan ada berbagai hal yang menghambat perjalanan Anda, entah itu waktu, keuangan, orang-orang di sekitar bahkan keluarga sekalipun bisa menjadi penghambat.Â
Berhenti melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri. Buat suatu target capaian dalam hidup Anda. Jangan takut akan kegagalan. yakinlah bahwa Anda bisa. Temukan gairah dan motivasi dalam hidup Anda. Tetap berpatokan dengan realitas, buatlah batasan antara keinginan dan kenyataan yang ada.
"Bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi". - Andrea Hirata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H