Ramainya berita tentang Pokemon Go membuat saya berpikir, sudah cerdaskah mereka para pemain Pokemon Go? Bayangkan, berlarian ke sana kemari mengejar sesuatu yang sifatnya maya, bukan yang riil di dunia nyata. Beramai-ramai mengejar pokemon apalagi yang langka, sampai-sampai tidak melihat kendaraan di depan karena seriusnya melihat layar mobile phone. Mengasyikkan? Iya. Seru! Tapi apa gunanya?
Teknologi dewasa ini semakin berkembang. Menggabungkan teknologi dunia maya dan dunia nyata patut diacungi jempol. Ide yang brilian! Sayangnya hal itu digunakan hanya untuk sebuah permainan.
Kenapa ya ide brilian semacam itu tidak digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat? Seperti teknologi yang diciptakan oleh pakar informasi dan komunikasi Prof.Dr.Ir Suhono H.Supangkat, seorang Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Beliau mengembangkan aplikasi berbasis android bernama sistem SOROT (Smart Online Reporting and Observation Tools). Melalui aplikasi ini, masyarakat dapat menyampaikan keluhan, saran, pertanyaan dan informasi kepada pemerintah dan langsung mendapat tanggapan, informasi dan peringatan dini sebagai feedback. SOROT telah digunakan di kota Bogor, Bekasi, dan Makassar.
Berbeda dengan kota-kota tersebut, Jakarta telah memiliki aplikasi sejenis yang diberi nama Jakarta Smart City, suatu aplikasi yang mengintegrasikan berbagai aplikasi seperti Qraved, Appaja, Waze, Info Pangan Jakarta, Jakarta Digital Library, dan sebagainya. Ada pula Kabupaten lain yang mempunyai aplikasi informasi wisata daerahnya yang disebut Banyuwangi In Your Hand. Banyuwangi pun memiliki situs jual beli online layaknya bukalapak, tokopedia, lazada. Bedanya, situs yang diberi nama Banyuwangi Mall ini hanya menjual produk-produk UMKM dan paket wisata Banyuwangi.
Ada apa sih sebenarnya? Mengapa kota dan kabupaten di Indonesia seolah berlomba-lomba memiliki aplikasi ataupun web? Hanya untuk sekedar tren? Ataukah ada hal lain yang mendasarinya?
Smart City
Berdasarkan hasil riset Asian Development Bank (ADB), bahwa 75% penduduk Indonesia akan hidup di perkotaan pada tahun 2035. Kawasan perkotaan akan menyumbang pertumbuhan ekonomi hingga 80%. Sayangnya, begitu banyak permasalahan perkotaan yang ada di Indonesia, terutama kota besar seperti Jakarta. Diantaranya kemacetan, banjir, sampah, jalan rusak, minimnya fasilitas umum yang terawat, kaki lima liar, kurangnya sarana bagi warga untuk melapor, dan lainnya.
Ke depan, pemerintah akan mengatasinya melalui Smart Citydi berbagai daerah. Kota cerdas dimana ada pemerintah yang mendengar dan warga yang berpartisipasi, terhubung melalui teknologi informasi yang mudah dan cepat. Kemudahan dan kecepatan pelaporan masyarakat nantinya diimbangi dengan ketepatan dan kecepatan penanganan di lapangan oleh pemerintah.
Lima aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kota menjadi kota cerdas adalah infrastruktur digital yang modern, keterbukaan terhadap kritik dan saran, pelayanan berbasis citizen centric, infrastruktur fisik yang cerdas, dan transparansi dalam hal kinerja pemerintah. Kepemimpinan dengan visi yang jelas dan konsisten merupakan aspek utama dalam pengembangan Smart City.*)
Bila keseluruhan aspek dapat terlaksana, maka akan tercipta Smart Goverment, Smart People, Smart Living, Smart Environment, Smart Mobility dan Smart Economy yang merupakan indikator dari kesuksesan Smart City.
Peran Bank Indonesia