Mohon tunggu...
Tria Cahya Puspita
Tria Cahya Puspita Mohon Tunggu... Lainnya - -

Katakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Lihat, dengar dan rasakan...menulis dengan hati.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Comic 8 Bukan untuk Anak-anak

18 Februari 2014   15:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43 1793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Indonesia sudah kembali menggeliat akhir-akhir ini. Banyak film Indonesia yang bagus dan menjadi hiburan tersendiri di hati penontonnya. Salah satunya adalah film terbaru besutan sutradara Anggi Umbara, Comic 8.

Comic 8 merupakan film bersetting comedi dengan alur flashback. Banyak nama-nama terkenal yang meramaikan jalan ceritanya. Sebut saja aktor legenda Indonesia, Indro Warkop. Berperan sebagai dalang dari keseluruhan kejadian dalam cerita. Kemudian ada Candil. Penonton akan diingatkan dengan teriakan khas dari sang rocker, yang menjadi tangan kanan dari Indro Warkop dalam film ini. Bintang terkenal lainnya yaitu Kiky Fatmala yang menjadi bintang tamu. Hanya sekilas berada dalam cerita Comic 8 ini, sebagai ibu dari salah satu stand up comedy, Kemal si Camel.

Lalu ada pula Pandji Pragiwaksono, aktor yang dapat menghayati perannya dengan sangat baik di berbagai film yang dibintanginya. Nirina Zubir memerankan seorang polisi wanita yang tangguh. Terlihat cantik dengan penampilan rambut panjangnya. Tak ketinggalan Nikita Mirzani, aktris seksi yang sangat menonjolkan keseksiannya di film ini. Serta pembawa acara dari akademi Agnes Monica beberapa waktu lalu, Boy William ikut pula meramaikan film ini. Ia menjadi seorang polisi yang senang sekali berbahasa inggris untuk berkomunikasi, bawahan dari Nirina Zubir. Aktor utama dari Comic 8 adalah para stand up comedy yang cukup memiliki nama. Sebut saja Mongol stres, Mudy Taylor, Kemal Palevi, Ernest Prakasa, Bintang Timur, Fico Fachriza, Babe Cabiita, dan Arie Kriting.

Saya lumayan tergelitik ketika menonton film ini. Komedi yang ditawarkan cukup segar. Tak heran karena di dalamnya terdapat 8 orang stand up yang cukup terkenal. Banyak pula sindiran-sindiran mengenai kota Jakarta, para wakil rakyat dan juga ciri khas etnis tertentu. Sindiran tersebut bisa membuat penonton mengangguk-angguk membenarkan atau bahkan geleng-geleng kepala. Ada pula saran-saran positif yang dimasukkan dalam beberapa adegan.

Jalan cerita dari Comic 8 menggambarkan 3 orang sahabat yang hendak merampok sebuah bank. Namun, keadaan menjadi tak terkendali ketika mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa ada grup lain yang juga memiliki ide yang sama, yaitu merampok bank. Ketika keadaan menjadi runyam, mereka pun bersepakat untuk bekerja sama demi dapat menjarah bank tersebut dan meloloskan diri. Mereka memperoleh gagasan untuk bekerja sama dari seorang sandera. Pada akhirnya mereka dapat meloloskan diri dengan bantuan tak terduga dari seorang wanita seksi. Namun, bantuan tersebut ternyata sebuah jebakan bagi mereka.  Mampukah mereka bertahan, lolos dari kejaran polisi, atau bahkan tertangkap?  Jalan cerita selanjutnya silahkan untuk menyimak sendiri ya...

Jalan ceritanya beralur flashback maju mundur. Kisah saat ini diceritakan kembali latar belakangnya. Mengapa si A begini, mengapa si B begitu. Cukup membuat kita berpikir alasan di balik sikap seseorang.

Menonton film ini serasa seperti menonton film-film luar negeri khususnya negeri paman Sam. Saya teringat dengan film seri Batman di televisi dahulu kala yang sering diselingi dengan gambar kartun. Begitu pun dengan Comic 8. Film ini juga diselingi dengan gambar-gambar komik, yang terkadang membuat penonton serasa membaca komik. Gambar-gambar animasinya sangat bagus. Indonesia memang patut berbangga hati memiliki animator-animator kelas dunia.

Sayangnya saking meniru gaya film Amerika, baik dari gaya cerita, gaya busana, hingga gaya bicara, film produksi Falcon Pictures ini menjadi tak layak tonton untuk anak-anak. Apa pasal?

Saya cukup kaget dengan ucapan-ucapan sarkasme kepada etnis tertentu dalam film ini. Meskipun memang ucapan tersebut telah menjadi pengetahuan publik. Belum lagi kata-kata seperti "gua tembak lu!" yang diucapkan berulang-ulang sambil menodongkan senjata.  Layaknya aktor di film Barat yang mengacungkan senjata sambil berkat "f**ck you". Atau tokoh Kemal yang mengatakan membeli narkoba pada seseorang dengan bangganya. Kesan yang ingin ditampilkan bahwa dengan mengucapkan kata-kata tersebut atau bergaya membawa senjata, seseorang menjadi terlihat keren. Waduh! Batin saya berucap. Mengapa hal-hal seperti itu ada dalam film Indonesia?

Selain itu, film ini juga mengumbar keseksian. Ada tampilan seorang wanita berpakaian seksi keluar dari mobil mewah dan bagus kemudian menungging untuk mengambil sesuatu. Dan posisi menungging tersebut sangat disorot oleh kameranya. Untuk adegan ini, saya teringat adegan di film-film balapan mobil seperti Fast n Furious. Kemudian di salah satu adegan, ada seorang wanita yang tiba-tiba membuka bajunya karena kelainan psikologis jika cemas. Meski di film hanya sedikit terekspos yaitu terlihat bagian atas masih memakai bra tetap saja kurang pantas. Ada pula seorang suster rumah sakit jiwa yang kemudian berganti baju dan memakai pakaian seksi hingga terlihat sebagian besar payudaranya. Lihat saja dulu trailernya, maka anda akan mengerti yang saya maksudkan.

Bagi kita yang telah dewasa tentunya bisa memilah dan memilih sesuatu. Tak lantas mengikuti/meniru  begitu saja dari sebuah tontonan. Namun berbeda dengan anak-anak. Kata-kata yang cenderung rasis, kebanggaan membeli narkoba bahkan hendak menembak seseorang, dapat ditiru langsung oleh anak-anak. Seperti hal nya di film, mereka juga akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang keren dan akan meningkatkan status sosial di lingkungan teman-temannya. Soal keseksian, tentu saja perlu sensor dari para orangtua kepada anak-anaknya.

Masih inginkah para orangtua mengajak anak-anak ketika menonton film ini? Saran saya sebaiknya jangan lakukan. Selain memang film ini adalah untuk kategori dewasa meski tergolong comedy, film ini tak layak tonton untuk anak-anak.

Salam Kompasiana :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun